Minggu, 12 April 2009
Reduksi Senjata Tak Bisa Sembarangan
13 April 2009, Jakarta -- Reduksi alat utama sistem persenjataan Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang berusia tua tidak bisa sembarangan dilakukan. Berkurangnya armada militer seperti pesawat, kapal, maupun tank tidak semata-mata hanya berpengaruh pada operasional TNI.
"Ada efek psikologis bagi prajurit jika senjata berkurang signifikan," kata Pengamat Militer LIPI Jaleswari Pramodhawardani kepada Jurnal Nasional, Minggu (12/4).
Menurutnya, jika dievaluasi menyeluruh senjata layak yang dimiliki TNI tidak lebih dari 50 persen. Pasalnya, sekitar 70 persen telah berusia di atas 20 tahun. Kondisi diperparah dengan minimnya anggaran pertahanan yang berimbas pada perawatan. "Kesiapan armada otomatis menurun," kata dia.
Kementerian Negara Riset dan Teknologi (Ristek) berencana mengaudit teknologi pesawat yang dimiliki TNI Angkatan Udara, terutama yang berusia tua. Hal ini tertuang dalam nota kesepahaman yang disepakati Kementerian Ristek dan TNI AU, Rabu (8/4).
Jaleswari menyambut baik pemeriksaan eksternal tersebut. Dia meminta TNI legowo diperiksa. Caranya, dengan memberi informasi yang sebenarnya. "Jangan ada yang ditutup-tutupi," kata dia.
Hanya saja, dia kembali mengingatkan, apapun hasilnya jangan langkah reduksi signifikan dilakukan. Hasil rekomendasi, katanya, seharusnya dijadikan landasan bagi Departemen Pertahanan, untuk menekan Departemen Keuangan, dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memberi porsi lebih bagi militer.
Menurutnya, kesejahteraan rakyat dan ekonomi yang menjadi sektor prioritas pemerintah memang penting. Namun, pertahanan juga tak kalah penting. "Kedaulatan mutlak dipertahanankan," kata Jaleswari.
Hal senada diungkapkan Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso. Menurutnya, militer siap mengkandangkan armada tua setelah ada anggaran penggantian yang baru. Meski demikian, bukan berarti pihaknya memaksakan operasional pesawat maupun kapal yang tak layak.
TNI, kata dia, telah mengkaji senjata berusia 20 tahun ke atas untuk dilihat kembali kelayakannya. Yang benar-benar tak layak dikandangkan. Sedangkan beberapa diantaranya dilakukan peremajaan ulang. "Keselamatan prajurit menjadi hal utama yang harus didahulukan," katanya.
Fokker Belum Diganti
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Subandrio mengatakan, matra udara belum akan mengajukan percepatan penggantian Fokker F-27. "Belum. Yang sudah diajukan saja realisasinya masih sulit," katanya.
Meski produsen pesawat tersebut tidak lagi beroperasi, dia menjamin ketersediaan suku cadang pesawat buatan Belanda tersebut hingga 15 tahun mendatang. "Masih banyak dipasaran," kata Subandrio. (JurnalNasional)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar