Minggu, 31 Mei 2009

KRI Diponegoro Adalah Asset Yang Sangat Berharga

Para awak KRI Diponegoro 365 berbaris saat merapat di Pelabuhan Beirut, Beirut, Lebanon, Kamis (16/4). KRI yang berawak 100 personel TNI itu akan tergabung dalam Satgas Kontingen Garuda Multi Task Force XXVIII A dalam misi perdamaian PBB di kawasan Lebanon Selatan selama enam bulan. (Foto: Kompas/Benny Dwi Koestanto)

31 Mei 2009, Lebanon -- KRI Diponegoro-365 dan seluruh ABK-nya adalah merupakan asset yang sangat berharga atas keberhasilan yang diraih dalam pelaksanaan tugas Maritime Task Force (MTF). Hal tersebut disampaikan Commander MTF Rear Admiral Jean Thiery Pynoo dalam kunjungannya ke KRI Diponegoro-365, baru-baru ini.

Setelah dijemput pilot dan co pilot Helly-BO 105 Kpt Laut (P) Panji P dan Lettu Laut (P) Novam dari kapal Markas Leopold, sekitar pukul 10.00 LT, Commander MTF beserta salah seorang staffnya landing di KRI Diponegoro yang dikomandani Letkol Laut (P) Arsyad Abdullah. Begitu turun dari helly buatan PTDI langsung disambut Komandan KRI dan beberapa staffnya yang dilanjutkan dengan meninjau beberapa pos tempur antara lain Pusat Informasi Tempur (PIT), Anjungan, MCR termasuk lounge room Bintara/Tamtama dan dapur. Ia sangat terkesan dengan keadaan KRI Diponegoro yang selalu tampak rapi, bersih dan terawat karena kepedulian dari crewnya.

Menurut Komandan KRI Diponegoro-365 Letkol Laut (P) Arsyad Abdullah kunjungan resmi ini bertujuan untuk meninjau secara langsung aktivitas kegiatan sehari-hari yang dilaksanakan unsur-unsurnya dan hal ini juga dilakukan secara bergantian terhadap unsur-unsur yang lain.

Dalam tatap muka dengan ABK KRI Diponegoro-365 yang dilaksanakan untuk pertama kalinya, Rear Admiral Pynoo mengatakan bahwa sejak berdirinya MTF pada tahun 2006 lalu dan untuk pertama kalinya dalam sejarah PBB MTF didirikan telah mendulang kesuksesan. Ini dibuktikan dengan keamanan lalulintas perdagangan di pelabuhan Beirut yang mengalami peningkatan secara signifikan bahkan Beirut menjadi salah satu pelabuhan di dunia yang mengalami peningkatan paling pesat. Ini tentunya akan berdampak terhadap stabilitas dan kesejahteraan masyarakat Lebanon.

Ia menyadari bahwa kerjasama adalah merupakan kunci kesuksesan. Kerjasama yang telah terjalin dengan baik selama ini dengan semua pihak termasuk Autority Lebanon, Markas Besar UNIFIL dan unsur-unsur MTF yang bekerja saling menghargai, friendship dengan visi yang sama yaitu demi terciptanya perdamaian dan kesejahteraan di Lebanon. Demikian pula Lebanesse Armed Force – Navy yang memberikan tanggapan sangat positif dengan meningkatkan kerjasama dalam bentuk latihan-latihan bersama.

Perwira Tinggi lulusan Royal Military Academy in Brussels ini juga mengucapkan terimakasih atas spirit, motivasi dan performance yang telah ditunjukkan oleh KRI Diponegoro-selama ini, sebagaimana yang diungkapkannya sebagai berikut : ” I thank you all for achievements and results, for the fighting spirit and motivation the crew of the KRI Diponegoro showed throughout their participation in the MTF. Indonesia Can be very proud of this ship that is always showing the spirit of a great Navy.

Dalam kesempatan tersebut ia sekaligus mohon pamit kepada Komandan dan seluruh ABK KRI Diponegoro karena telah selesai melaksanakan tugasnya dan akan segera kembali ke negaranya. Sebagai ucapan selamat jalan, Komandan KRI Diponegoro memberikan cenderamata berupa plakat.

Mengakhiri kunjungan tersebut sekali lagi RADM Pynoo mengucapkan terimakasih kepada Komandan dan crew KRI Diponegoro. ”Posisi saya akan segera di tempati pejabat yang baru Rear Admiral Rugiere de Biase dari Itali’’ ujarnya sambil kemudian segera menuju geladak helly untuk kembali ke kapal markas BNS Leopold menggunakan Helly BO-105.

(Dispenal)

EMBRAER Menyerahkan Super Tucano Ke-100 ke AU Brazilia

Frederico Fleury Curado (kiri) Presiden dan CEO Embraer, dan Jenderal AU Juniti Saito, Komandan Aeronautika berjabat tangan saat acara penyerahan pesawat Super Tucano keseratus, (26/5/2009). (Foto: Embraer)

31 Mei 2009 -- Pabrik pesawat Embraer (Empresa Brasileria de Auronatica S.A.), Brazilia menyerahkan pesawat turboprop EMB-314 Super Tucano keseratus di kantor pusat Embraer, Sao Jose dos Campos, Sao Paulo, Brazilia, ke Angkatan Udara Brazilia (FAB/Forca Aerea Brasileira), Senin (26/5). FAB memesan pesawat ini sebanyak 99 unit, mulai dioperasikan Desember 2003 menjadikan operator Super Tucano pertama di dunia, dan memberikan kode sebagai A-29. Pesawat ini digunakan sebagai pesawat latih dan penerbangan misi operasional.

Super Tucano keseratus. (Foto: Embraer)

Sudah terjual 169 unit sampai saat ini, Embraer menerima pesanan dari AU Chile, Republik Dominika, dan Ekuador, serta sukses dioperasikan oleh FAB dan AU Kolombia. Super Tucano mempunyai versi kursi tunggal dan tandem, mampu dioperasikan lapangan terbang perintis dengan kondisi landasan kasar, mampu beroperasi malam hari dengan bantuan NVG (Night Vision Goggle), optikal elektro serta sensor sinar infra merah.

Embraer (Empresa Brasileria de Auronatica S.A.)

Embraer (NYSE = ERJ; Bovespa = EMBR3) didirikan tahun 1969 dan diprivatisasi 7 Desember 1994, sebagai perusahan yang mendisain, mengembangkan, membuat dan menjual pesawat untuk segmen penerbangan komersial, eksekutif, pertahanan dan pemerintahan. Perusahaan menyediakan dukungan penjualan dan pelayanan ke para pelanggan di seluruh dunia. Embraer berkantor pusat di Sao Jose dos Campos, Sao Paulo, Brazilia, membuka kantor di Amerika Serikat, Perancis, Portugal, Cina dan Singapura. Embraer memperkerjakan 17.375 karyawan, diluar karyawan yang berkerja di OGMA dan HEAI.

TNI AU Memilih Super Tucano


Setelah serangkaian kecelakaan dialami OV-10 Bronco, akhirnya si kuda liar diistirahatkan selamanya oleh TNI AU. Super Tucano dipilih sebagai pengganti OV-10 Bronco, setelah menyisihkan kandidat lainnya. Lima jenis pesawat sempat dikaji oleh TNI AU, Korean Observation-1 (KO-1), K-8 Karakorum produksi bersama Cina dan Pakistan, EMB-314 Super Tucano buatan Brasil, T-6 B Texan II (Amerika Serikat), dan Pilatus PC-9 buatan Swiss.

KO-1 Wong Bee lebih baik daripada Super Tucano karena mampu melaju dengan kecepatan hingga 648 kilometer per jam dengan roket dan bom yang bisa ditentengnya, akan tetapi harganya lebih mahal menurut pengamat penerbangan Dudi Sudibyo.

K-8 Karakorum tersisih karena mesin dan sistem operasionalnya tidak familiar.

Pilatus PC-9 tidak dipilih TNI AU karena pabrik pesawat Pilatus tidak melayani up-grade persenjataan yang dibawa.

T-6B Texan II masih prototipe sehingga diabaikan untuk dipilih, tetapi Iraq mengajukan pembelian 36 unit pesawat dan Maroko belum dapat konfirmasi jumlahnya.

EMBRAER/KORAN TEMPO/@info-terkumpul

Kapal Malaysia Langgar Wilayah, Nyaris Bentrok di Ambalat

KD Baung. (Foto: navy.mil.my)

31 Mei 2009, Jakarta -- Kapal perang Malaysia masih saja ''menggoda'' dengan memasuki perairan Indonesia. Buktinya, meski perairan Ambalat di Kaltim dijaga ketat tujuh kapal perang TNI-AL dari Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim), kapal perang Malaysia kembali melanggar. Insiden pun nyaris terjadi antara kapal perang TNI dan Malaysia.

Kapal perang Malaysia dari jenis Fast Attack Craft KD Baung-3509 kemarin pagi (30/5) secara terang-terangan melakukan provokasi dengan memasuki perairan Indonesia. Insiden pada pukul 06.00 Wita itu terjadi sejauh 7,3 mil laut pada posisi 04 00 00 utara -118 09 00 timur. Kapal perang Tentara Laut Diraja Malaysia (TLDM) saat itu melaju dengan kecepatan 11 knot, baringan 128, dan halu 300. Lokasi persisnya di sebelah tenggara mercusuar Karang Unarang.

''Titik dan posisi pelanggaran kapal Malaysia ini berhasil dideteksi lewat radar KRI Untung Suropati-872 yang tengah berpatroli di perairan Ambalat,'' ujar Kepala Dinas Penerangan Armada Timur Letkol Toni Syaiful kepada Jawa Pos kemarin (30/5).

Saat itu, kata Toni, KRI Untung Suropati sedang berpatroli pada posisi 04?04 80 utara-118?03 10 timur. Merespons hasil deteksi radar soal kapal asing yang memasuki wilayah NKRI, Komandan Kapal Mayor Laut (P) Salim memerintah ABK melaksanakan peran tempur bahaya kapal permukaan dan langsung mengejar kapal asing.

''Dua KRI lain, masing-masing KRI Pulau Rimau dan KRI Suluh Pari, yang juga tengah berpatroli di sektor perbatasan utara perairan Ambalat, bergabung dengan melakukan pengejaran,'' tutur Toni.


Kapal perang patroli Malaysia terdeteksi dengan kecepatan 15 knot per jam dengan titik koordinat 04.10 utara-118.00 timur mengarah ke blok Ambalat sekitar pukul 02.28 UTC atau pukul 09.28 WIB. (Foto: detikfoto/Pandu Purnama)

Setelah mendekati titik pengejaran, terdeteksi bahwa kapal Malaysia itu adalah KD Baung-3509. Kapal perang ini sejenis dengan KD Yu-3508 yang juga melanggar kedaulatan NKRI pada 24 Mei lalu. Kapal kelas Jerong berbobot 244 ton dengan panjang 44,9 meter serta lebar 7 meter tersebut dibuat di Jerman pada 1976. Dari posisinya, diketahui bahwa kapal Malaysia itu memasuki wilayah perairan NKRI sejauh 7,3 mil laut.

''Komandan KRI Untung Suropati-872 mencoba melakukan kontak komunikasi radio dengan komandan KD Baung-3509. Tapi, kapal bermeriam 57 mm dan 40 mm tersebut menutup radio dan tidak mau menjalin komunikasi,'' jelas Toni.

Selanjutnya, KRI Untung Suropati melakukan intersepsi sampai sejauh 400 yard. Tapi, komunikasi masih belum terjalin. KD Baung-3509 sama sekali tak mengindahkan peringatan KRI Untung Suropati.

Karena tidak juga terjalin komunikasi radio, KRI Untung Suropati mencoba melakukan komunikasi isyarat sekaligus membayangi ketat untuk memaksa KD Baung-3509 keluar dari perairan NKRI. ''Selama proses shadowing (membayangi) itu, KD Baung telah melakukan provokasi melalui empat kali manuver zig-zag dan meningkatkan kecepatan kapal yang amat membahayakan KRI Untung Suropati,'' papar Toni.

Setelah 1,5 jam membayangi kapal Malaysia itu, KRI Untung Suropati berhasil menghalau dan mengusirnya sampai batas wilayah NKRI.

Dari informasi yang diperoleh Radar Tarakan (Jawa Pos Group), kapal perang TLDM sempat berlabuh selama sekitar 15 menit di Kota Tawao, Malaysia, setelah mendapat pengawasan ketat KRI Untung Suropati. Tapi, tidak lama kemudian, kapal perang TLDM itu berbalik memutar arah 180 derajat dan kembali ke jalur sesuai arah kedatangan mereka (di wilayah Malaysia).

''Tak lama setelah KD Baung-3509 memasuki perairan Malaysia, sebuah helikopter Malaysia melintas di atas kapal dalam posisi memberikan perlindungan,'' kata Toni.

Helikopter patroli jenis Belt milik Police Marine Malaysia itu sempat terbang melintas di atas KRI Untung Suropati dan bahkan mendekati pos TNI-AL yang berada di bibir pantai Sei Pancang, Pulau Sebatik.

KRI Untung Suropati pun mengontak unsur patroli udara TNI-AL Nomad P-834 yang berada di Tarakan. Selanjutnya, pesawat intai maritim tersebut terbang menuju posisi untuk membantu menghalau kapal Malaysia.

(Jawa Pos)

AS Bantu Pengadaan Enam Hercules Baru

C-130 J Super Hercules. (Foto: lockheedmartin)

31 Mei 2009, Jakarta -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) menjanjikan bantuan pengadaan enam pesawat angkut C-130 Hercules tipe H dan J untuk Indonesia.

"Bantuan berupa potongan harga dengan menggunakan fasilitas Foreign Military Financing (FMF)," ungkap Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono kepada ANTARA usai mengadakan pertemuan dengan Menteri Pertahanan AS Robert Gate di sela-sela Forum ke-8 Dialog Keamanan Asia Pasifik "Shangrilla-Dialogue" di Singapura, Minggu.

Selain itu, tambah dia, AS juga menjanjikan bantuan suku cadang bagi pesawat angkut berat Hercules.

Juwono tidak berkomentar lebih jauh tentang jumlah potongan harga dan jangka waktu kredit yang digunakan untuk pengadaan enam Hercules baru tersebut .

Indonesia mengoperasikan jenis C-130B sejak 1960 dalam dua tahap kedatangan, tahap pertama membeli langsung dari Lockheed sebanyak delapan unit C-130B dan dua KC-130B (air-refueling capability).

Tahap kedua pada tahun 1975 setelah mendapat hibah dari Amerika sebanyak 3 unit C-130B bersama dengan pesawat latih jet T-33A dan helly S-58T lewat program Defense Liaison Group (DLG).

C-130J Super Hercules telah digunakan oleh Amerika Serikat, Australia, Denmark, Itali, dan Inggris. Norwegia, Kanada dan India segera menerima pesawat angkut ini. (Foto: lockheedmartin)

Dalam program peningkatan kemampuan AU pada 1980 didatangkan tiga unit C-130H, 7 unit C-130HS (long body), satu unit C-130 MP (maritime patrol), satu unit L-100-30 (Hercules tipe sipil untuk VIP), selain enam unit L-100-30 yang juga dioperasikan PT Merpati dan Pelita Air untuk program transmigrasi. Populasi Hercules 27 unit di Indonesia kini dioperasikan semua Skadron Udara 31/Halim dan Skadron 32/Abdurahman Saleh.

Hingga kini Indonesia memiliki sekitar satu skadron C-130 Hercules berbagai tipe, yakni C-130 Hercules VIP, C-130 H/HS, C-130 B/H dan C-130 BT dengan tingkat rata-rata kesiapan 60 persen atau sekitar sembilan unit.

C-130J Super Hercules milik Coast Guard. (Foto: lockheedmartin)

Meskipun telah puluhan tahun, TNI AU tetap menggunakan dan memelihara C-130 Hercules melalui perawatan terjadwal service life extension programmed (SLEP), inspection repair as necessary (IRAN), dan program retrofit dengan biaya 51 juta dollar AS untuk empat pesawat agar dapat bertugas lebih lama lagi yakni sekitar 15 tahun.

"Kini dari dua Hercules yang menjalani peremajaan di Singapura, dua telah selesai dan sisanya akan dikerjakan dan menyusul lima unit lainnya," kata Juwono Sudarsono Pemerintah Amerika Serikat (AS) menjanjikan bantuan pengadaan enam pesawat angkut C-130 Hercules tipe H dan J untuk Indonesia.

"Kini dari dua Hercules yang menjalani peremajaan di Singapura, dua telah selesai dan sisanya akan dikerjakan dan menyusul lima unit lainnya," kata Juwono Sudarsono.

(ANTARA News)

AL India Kirim Empat Kapal Perang ke Atlantik

INS Aditya. (Foto: indiannavy.nic.in)

30 Mei 2009 -- Dibawah ambisi menjadi kekuatan “Blue Water”, Angkatan Laut India mengirimkan 4 kapal perangnya pertama kalinya ke Atlantik, guna bergabung dengan kapal-kapal perang AL Perancis, Inggris, Rusia dan Jerman melakukan latihan perang dan peperangan anti kapal selam.

Selama empat bulan penugasan, keempat kapal perang INS Beas, INS Delhi, INS Brahmaputra, dan INS Aditya, akan berlayar melewati laut Arab dan Mediterania kemudian menuju St. Petersburg, Rusia.

INS Delhi adalah dari jenis perusak berpeluru kendali, Brahmaputra dan Beas merupakan frigate berpeluru kendali, sedangkan Aditya kapal tanker yang membawa logistik untuk kapal perang, yang memungkinkan kapal perang berlayar lama jauh dari pangkalan, hingga meningkatkan kemampuan perang laut kapal perang tersebut.

INS Delhi. (Foto: indiannavy.nic.in)

INS Brahmaputra. (Foto: indiannavy.nic.in)

Seluruh kapal perang sudah dalam perjalanan, INS Beas telah berlayar 27 April dan melaksanakan operasi anti perompak di teluk, tiga kapal lainnya meninggalkan Mumbai 13 Mei.

Seluruh kapal perang bergabung dengan AL Inggris untuk melakukan latihan perang tahunan Konkan antara 20 Juni dan 25 Juni, kemudian bergabung dengan AL Juni mulai 30 Juni hingga 4 Juli.

india-defence/@info-terkumpul

Yang Hilang dari Indonesia Saat Malaysia Terobos Perbatasan

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat meninjau Pulau Sebatik. (Foto: tarakankota)

31 Mei 2009, Jakarta -- Belakangan ini, perpolitikan Indonesia kembali "dimeriahkan" dengan perdebatan sikap tentang langkah yang perlu diambil terhadap negara asing, khususnya Malaysia. Hal itu disebabkan beberapa kapal perang asing, termasuk Malaysia berulang kali memasuki wilayah Indonesia seperti perairan Nunukan dan Pulau Ambalat, Kalimantan Timur serta sekitar Pulau Nipah, Kepulauan Riau (Kepri).

Berbagai pendapat muncul, ada yang menyarankan Indonesia bersikap tegas dan ada pula yang mengimbau agar ditempuh upaya perundingan. Apa motif dari pihak asing itu serta ada apa dengan pulau-pulau di nusantara ?

Berdasarkan data di Departemen Dalam Negeri, terdapat 17.504 pulau di Indonesia, 7.870 pulau di antaranya telah memiliki nama sedangkan 9.634 lainnya belum dinamai. Dari jumlah itu, provinsi yang paling banyak memiliki pulau adalah Kepri dengan 2.408 pulau, yang 1.350 pulau telah diberi nama sedangkan sisanya sebanyak 1.058 masih belum dikenal.


Prajurit TNI bersiaga di perbatasan Sebatik, perbatasan antara wilayah NKRI dan Malaysia. (Foto: tarakankota)

Namun, menurut peneliti kelautan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof. Dr. Ono Kurnaen Sumadiharga, kebanyakan pulau-pulau itu berada di daerah terluar dan dalam jarak yang sangat jauh. "Dan sebanyak 92 pulau terluar itu sangat berpeluang diambil alih pihak asing," katanya.

Selain banyak yang belum berpenghuni, peluang diambil pihak asing disebabkan 92 pulau itu jarang, bahkan sebagian tidak pernah dikunjungi pejabat pemerintahan. Ia mencontohkan dengan beberapa pulau di timur Pulau Biak, Provinsi Papua yang lokasinya sangat jauh dan jarang dikunjungi.

Demikian juga dengan beberapa pulau kecil yang berada di sekitar kepulauan Natuna, Kepri yang tidak ditempati dan juga jarang dikunjungi. "Kalau tidak (diamankan) segera, nasib 92 pulau itu akan sama dengan (Pulau) Sipadan dan Ligitan," kata Ono.

Guru besar bidang oseanografi Universitas Indonesia (UI) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) itu pun menambahkan, ada juga pulau yang sudah berpenduduk namun tetap memiliki peluang diklaim pihak asing menjadi milik negara mereka.
Contohnya, kata dia, ada beberapa pulau di Kabupaten Sangihe, Sulawesi Utara yang penduduknya banyak berbahasa Tagalog, bahasa resmi Philipina dan menggunakan mata uang negara tetangga itu, Peso.

Jika tidak disikapi dengan tepat dan bijaksana, tidak tertutup kemungkinan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di pulau tersebut.

Jadi "incaran"

Kondisi lokasi yang sangat jauh, belum berpenghuni dan jarang dikunjungi itu diperkirakan banyak pulau-pulau di Indonesia menjadi incaran pihak asing. Dua di antaranya, Pulau Sipadan dan Ligitan telah berpindah ke tangan ke Malaysia.

Menurut Prof. Ono Kurnaen Sumadiharga, banyak cara yang ditempuh pihak asing untuk mencoba menduduki pulau-pulau terluar itu. Salah satunya, melalui nelayan asing yang mencuri ikan dan menggunakan pulau-pulau itu sebagai tempat tinggal.

"Setelah itu, nelayan-nelayan asing itu menancapkan bendera nasional mereka dan mengaku bagian dari negaranya," kata Ono. Dengan kondisi tersebut, banyak pihak yang menuntut pemerintah Indonesia untuk bertindak tegas terhadap kapal- kapal asing itu, termasuk Malaysia.

Mantan anggota Komisi I DPR, Permadi pernah meminta pemerintah, dalam hal ini TNI untuk menembak atau menabrak kapal-kapal asing seperti Malaysia dan Singapura yang memasuki wilayah kedaulatan RI. Namun, mantan Duta Besar RI untuk Malaysia dan Singapura, Letjen TNI (Purn) Rais Abin menganjurkan agar hal itu diselesaikan melalui ASEAN.

Menurut dia, Indonesia mulai kurang memberdayakan dan memanfaatkan ASEAN untuk mengatasi masalah regional, seperti masuknya kapal negara tetangga ke perairan nasional. Akibatnya, permasalahan yang muncul seperti itu sering tidak terselesaikan dan berpeluang terjadi lagi di kemudian hari.

Padahal, ASEAN sengaja dibentuk para pemimpin negara di kawasan Asia Tenggara masa lalu agar dapat menjadi wadah berdiskusi dan bermusyawarah untuk menyelesaikan persoalan yang mungkin muncul antar negara di daerah itu.
ASEAN juga didirikan dengan tujuan agar negara-negara di Asia Tenggara dapat saling menghormati dan bekerja sama untuk kemajuan.

"Untuk apa ada ASEAN kalau tidak bisa menyelesaikan masalah-masalah seperti itu. Buat apa juga ada ASEAN kalau tidak saling menghormati," katanya. Rais Abin yang juga Ketua Umum Legiun Veteran RI itu juga mengimbau pemerintah Indonesia tidak perlu bersikap reaktif, seperti mengerahkan TNI untuk menembaki kapal-kapal asing yang dapat menyulut perang.

Memang, kata dia, fungsi TNI tidak bisa ditawar lagi sebagai penjaga dan pengaman kedaulatan wilayah Indonesia tapi harus berpikir matang jika menyulut perang. "Nggak mampu kita (berperang)," katanya. Pendapat yang hampir sama juga disampaikan pengamat Hubungan Internasional, Bantarto Bandoro yang mengimbau agar Indonesia tidak terpancing dengan apa yang dilakukan oleh Malaysia yang mengirimkan beberapa kapal patroli ke perairan nasional, khususnya Ambalat.

"Mereka saya kira hanya mengetes kesiapan Indonesia dalam mengamankan Ambalat. Selama ini Indonesia kurang bereaksi jika kasus ini mencuat," katanya.
Namun, Permadi mungkin tidak sependapat dengan Rais Abin. Politisi dari PDI Perjuangan itu mengakui jika alat persenjataan militer Singapura dan Malaysia memang kuat tapi keberanian prajuritnya tidak seperti personil TNI.

Prof. Ono menyatakan, kondisi itu dapat diatasi dengan cara melakukan penjagaan seperti menempatkan personil Angkatan Laut di pulau-pulau terluar tersebut. Jika kurang mampu, pemerintah dapat menjalin kerja sama dengan pihak swasta agar pulau-pulau itu dimanfaatkan seperti dijadikan tempat wisata.

Apabila sudah ada kegiatan di pulau-pulau terluar itu, maka pihak mana pun tidak berani untuk melakukan kegiatan lain, apalagi jika sampai mengklaimnya sebagai milik mereka. Pemerintah juga dapat memasukkan pihak asing untuk mengelola pulau-pulau itu. "Namun harus ada perjanjian dulu yang tidak merugikan Indonesia dalam segala hal," katanya

Rais Abin juga mengatakan, permasalah yang timbul belakangan ini diakibatkan kurangnya komunikasi antar pejabat Indonesia dan Malaysia. "Berbeda dengan dulu, hubungan pejabat Indonesia-Malaysia sangat akrab karena sering berkomunikasi. Semua persoalan pun menjadi mudah," kata Abin yang juga mantan Sekjen KTT Non Blok itu.

Dulu, kata dia, hubungan kekerabatan antara pejabat Indonesia-Malaysia sangat baik karena sering berkomunikasi, baik secara formal mau pun informal. Hal itu menyebabkan pejabat Indonesia sangat akrab dengan pejabat Malaysia pada masa itu seperti Mahathir Mohammad, Datuk Musa Hitam dan Anwar Ibrahim.

Efeknya, semua urusan dengan pemerintahan Malaysia menjadi sangat mudah, baik itu menyangkut TKI mau pun wilayah perbatasan. "Kalau ada masalah, saya tinggal angkat telepon dan menghubungi Datuk Musa Hitam atau Anwar Ibrahim, semuanya selesai," kata diplomat senior yang pernah menjadi Panglima Pasukan Perdamaian PBB itu.

(KOMPAS)

Penjagaan di Ambalat Diperketat


31 Mei 2009, Bekasi -- Penjagaan di perbatasan Indonesia dan Malaysia di Ambalat diperketat. Penjagaan dilakukan oleh TNI AL dan tentara Malaysia.

"Sesuai dengan prosedur operasi laut TNI AL dan operasi bersama dengan tentara Malaysia, memang terjadi pelanggaran-pelanggaran. Kami akan tingkatkan kewaspadaan," ujar Panglima TNI Djoko Santoso di Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Minggu (31/5).

Langkah ke depan, lanjut Panglima, tugas TNI ialah mengawal garis perbatasan itu. Sedangkan penyelesaiannya itu kewenangan dari pemerintah untuk melakukan langkah-langkah diplomatis.

"Perundingan untuk menyelesaikan masalah Ambalat. TNI AL adalah mengawal perbatasan prosedur sudah ada dan itu saya kira sudah berjalan dengan baik," ujar Panglima.

Laporan-laporan pelanggaran tapal batas wilayah, sudah dilaporkan ke Presiden. Sebelumnya juga ke Departemen Pertahanan, Menko Polkam, dan Menteri luar negeri.

(Media Indonesia)

Sabtu, 30 Mei 2009

Kapal Perang Malaysia Kembali Masuki Wilayah NKRI

KRI Untung Surapati.

30 Mei 2009, Surabaya (ANTARA News) - Kapal perang Malaysia tercatat kembali melanggar batas wilayah dengan memasuki perairan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Kapal jenis "Fast Attack Craft" milik Angkatan Laut Malaysia bernama KD Baung-3509, Sabtu pagi sekitar pukul 06.00 Wita, secara terang-terangan melakukan provokasi dengan memasuki perairan NKRI sejauh 7,3 mil laut pada posisi 04,00,00 Lintang Utara dan 118,09,00 Bujur Timur dengan kecepatan 11 knot.

"Kapal tersebut tepatnya berada di sebelah tenggara mercu suar Karang Unarang, Perairan Ambalat," kata Kepala Dinas Penerangan Komando Armada RI Kawasan Timur (Armatim), Letkol Laut Toni Syaiful, di Surabaya, Sabtu petang.

Kapal Malaysia di perairan Ambalat. (Foto: antarajatim)

Titik posisi pelanggaran kapal Malaysia ini berhasil dideteksi melalui radar Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Untung Suropati-872 yang tengah berpratoli di Perairan Ambalat pada posisi 04,04,80 Lintang Utara dan 118,03,10 Bujur Timur.

KRI Untung Surapati-872 yang dikomandani Mayor Laut (P) Salim itu kemudian memerintahkan anak buah kapal (ABK) untuk melaksanakan peran tempur bahaya kapal permukaan dan melakukan pengejaran kapal asing.

Dua KRI lain, masing-masing KRI Pulau Rimau dan KRI Suluh Pari yang juga tengah berpatroli di sektor perbatasan sebelah utara Perairan Ambalat bergabung melaksanakan pengejaran.

Setelah mendekati titik pengejaran dan berhasil mengidentifikasi secara visual kapal tersebut barulah diketahui kapal perang Malaysia itu adalah KD Baung-3509.

Kapal KD Baung-3509 itu sebelumnya juga telah melakukan pelanggaran wilayah, Minggu (24/5) lalu. Hasil identifikasi KRI Untung Surapati, kapal perang Malaysia itu berbobot 244 ton dengan panjang 44,9 meter dan lebar 7 meter. Kapal itu buatan Jerman tahun 1976.

Saat KRI Untung Surapati mengonfirmasi, pihak kapal perang Malaysia yang memiliki meriam 57 mm dan 40 mm tersebut menutup radio dan tidak mau menjalin komunikasi.

Kemudian KRI Untung Surapati memberikan komunikasi isyarat sekaligus melaksanakan "shadowing" (membayangi secara ketat) untuk memaksa KD Baung-3509 keluar dari perairan NKRI.

"Selama proses shadowing, KD Baung melakukan empat kali manuver zig-zag serta meningkatkan kecepatan kapal. Ketegangan pun terjadi selama 1,5 jam, namun KRI Untung Surapati akhirnya berhasil menghalau kapal Malaysia," kata Toni.

Tidak lama setelah KD Baung-3509 kembali ke perairan Malaysia, sebuah helikopter Malaysia melintas di atas kapal tersebut dalam posisi memberikan perlindungan.

Mengetahui hal itu, KRI Untung Surapati mengontak unsur Patroli Udara TNI AL Nomad P-834 yang berada di Tarakan, Kalimantan Timur untuk membantu proses penghalauan kapal perang Malaysia.

(ANTARA News)

Empat Penerbang Sukhoi Berhasil Terbang Solo


29 Mei 2009, Makassar -- Para Penerbang muda pesawat tempur Sukhoi SU 30 MK 2 yang berhome base di Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin yang terdiri Kapten Pnb Rianto Dwi Putro, Kapten Pnb Ignatius Widi Nugroho dan Lettu Pnb I Gusti Ngurah Sorga Laksana serta Lettu Pnb Bambang Baskoro Adi dinyatakan lulus terbang solo dengan pesawat Sukhoi SU-30 MK 2 yang ditandai upacara tradisi pemecahan telur diatas kepala dan penyiraman air bunga oleh Komandan Lanud Sultan Hasanuddin Marsma TNI I.B Putu Dunia di Shelter Skadron Udara 11. Acara dihadiri para Kepala Dinas, Komandan Satuan Jajaran Lanud Sultan Hasanuddin, Para Pejabat Staf dan Undangan Lainnya.

Adapun keempat penerbang muda yang telah menyelesaikan dan berhasil terbang solo dengan pesawat tempur Sukhoi Su-30 Mk 2 adalah Kapten Pnb Rianto Dwi Putro alumni AAU 1999, mengantongi 1300 jam terbang, diantaranya 40 jam terbang dengan pesawat tempur Sukhoi SU-30 MK 2 sebelumnya bertugas di Skadron Udara 3 dan Kapten Pnb Ignatius Widi Nugroho yang sebelumnya bertugas di Skadron Udara 12 Lanud Pekanbaru mengantongi jam terbang 750 jam , diantaranya 40 jam menggunakan Pesawat Tempur Sukhoi.

Sedangkan Lettu Pnb I Gusti Ngurah Sorga Laksana alumni AAU tahun 2001 sebelumnya bertugas di Skadron Udara 14 mengantongi jam terbang 750 jam terbang, dan 40 jam terbang menggunakan pesawat tempur Sukhoi, serta Lettu Pnb Bambang Baskoro Adi alumni AAU tahun 2003 telah mengantongi 500 jam terbang , 40 jam dengan pesawat tempur Sukhoi SU-30 MK 2 , sebelumnya bertugas di Skadron Udara 14 Lanud Iswahyudi Madiun.

(Dispenau)

Dephan Tetap Proses Kapal Selam

Kapal selam buatan DSME Korea Selatan kelas Changbogo berbobot 1200 ton dibuat berdasarkan kapal selam buatan HDW Jerman tipe 209-1200. Changbogo diambil dari nama seorang laksamana, digunakan nama kapal selam pertama (SS-061) untuk tipe ini yang dibuat langsung di HDW Jerman, selesai tahun 1993. Delapan kapal selam sisanya dibuat di DSME Korea Selatan. Korea Selatan menawarkan kapal selam jenis ini ke Indonesia dengan sistem barter dengan pesawat CN-235. (Foto: globalsecurity.org)

30 Mei 2009, Jakarta -- Pengadaan kapal selam sudah diputuskan ditunda dalam rapat kabinet terbatas, Rabu (27/5) lalu. Meski demikian, Departemen Pertahanan (Dephan) tetap melanjutkan proses pembelian senjata strategis tersebut.

"Lanjutan proses kami tampung sebagai persiapan pendahuluan saja," kata Sekretaris Jenderal Depan, Letnan Jenderal Sjafrie Sjamsoeddin kepada Jurnal Nasional di Jakarta, Jumat (29/5).

Dia menjelaskan, pembelian kapal selam tidak dianggarkan melalui APBN, tapi lewat kredit negara yang ditawarkan Rusia sebesar U$1 miliar. Departemennya menargetkan, kontrak pembelian senjata asal negeri Beruang Merah tersebut kelar Desember tahun ini.

Target tersebut sebagai tindak lanjut percepatan penyerapan sisa anggaran pertahanan dari Kredit Ekspor periode 2004-2009 yang mencapai U$1,2 miliar dolar atau sekitar Rp14 triliun.

Sjafrie menegaskan, pihaknya akan menyesuaikan kalau ternyata pemerintah tidak menyediakan skema anggaran bagi pembelian kapal selam. "Bedakan antara keputusan politik dan proses manajemen di Dephan," kata lulusan Akademi Militer tahun 1974 itu.

Dia mengungkapkan, telah dua kontrak yang disepakati dari kredit negara asal Rusia, yaitu pembelian helikopter MI-17 untuk Angkatan Darat dan tank amfibi BMP 3F yang diperuntukkan bagi Marinir, Angkatan Laut.

Penjelasan dari TNI AL terkait kapal selam juga sudah diterima. "Termasuk presentasi dari negara produsen," katanya.

Direktur Jenderal Sarana Pertahanan, Dephan, Marsekal Muda Eris Herryanto mengatakan, telah ada dua produsen kapal selam yang telah melakukan presentasi, yaitu galangan kapal dari Jerman dan Korea Selatan.

"Keduanya telah menyatakan siap melakukan alih teknologi," kata dia.

Kapal selam tipe U214 buatan ThyssenKrupp HDW Jerman, kapal selam ini sulit dideteksi karena mesinnya senyap. AL Pakistan membeli 3 kapal selam jenis ini, menggunakan skema pembayaran kredit ekspor dari Jerman senilai EUR 1,3 Milyar (USD 1,6 Milyar). (Foto: ThyssenKrupp-marinesystems)

Eris menjelaskan, pembangunan kapal selam memakan waktu tujuh tahun. Karena itu, ketika ada dana, sudah sepantasnya kontrak langsung disepakati.

Saat ini matra laut memiliki dua kapal bawah air, yakni KRI Cakra dan Nanggala. Kepala Dinas Penerangan TNI AL, Laksamana Pertama Iskandar Sitompul menjelaskan, meski hanya memesan satu kapal selam efek tangkal yang dihasilkan cukup besar.

Dia sadar betul anggaran pertahanan ideal tidak akan dicapai dalam waktu dekat. Pihaknya hanya meminta pembangunan kekuatan minimal untuk mengamankan perairan Indonesia yang sedemikian luas.

"Kapal yang terbatas, disiasati dengan data intelijen yang kuat dan akurat," kata Iskandar.

(Jurnal Nasional)

Jumat, 29 Mei 2009

RI Kejar Target 2.000 Prajurit untuk Misi PBB

26 Mei 2009 -- Kepala Staf Angkatan Darat Tanzania Letnan Jenderal Abdulrahman Amir Simbo yang melakukan kunjungan ke Markas Kompi Bravo Indobatt UN POSN 8-33. (Foto: detikFoto/Letkol Arh Hari Mulyanto)

30 Mei 2009, New York -- Indonesia tengah berusaha memenuhi target 2.000 personel TNI yang dilekatkan ke misi-misi penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Menurut Duta Besar RI untuk PBB di New York, Marty Natalegawa, jumlah tersebut diharapkan dapat dicapai tahun ini.

"Ini proses yang masih berlangsung," kata Marty ketika ditemui ANTARA di Markas Besar PBB, New York, Jumat, usai menghadiri peringatan Hari Para Penjaga Perdamaian Internasional yang jatuh pada tanggal 29 Mei.

Ia mengungkapkan bahwa peningkatan sumbangan bagi kepentingan pemeliharaan perdamaian dunia melalui PBB sekarang diberikan Indonesia tidak hanya dari segi jumlah personil, melainkan juga dari kualitas maupun bentuk-bentuk sumbangan lainnya.

Contoh kontribusi bentuk lain yang disebut Marty antara lain kapal perang KRI Diponegoro 365 yang dikirimkan TNI Angkatan Laut pada Maret 2009 lalu untuk misi perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) sebagai bagian dari operasi pemeliharaan perdamaian maritim.

"Jadi bukan hanya jumlah, tapi berbagai bentuk kontribusi, dari perwira, kapal perang, peace-keeper perempuan, police unit. Bahkan sekarang ada permintaan dari PBB agar kita mengirimkan tenaga medis untuk misi perdamaian," ujarnya.

Sementara itu ketika dihubungi secara terpisah, Penasehat Militer Perwakilan Tetap RI-New York Laksamana Pertama TNI I Putu Adnyana mengungkapkan bahwa sekitar 1.600 personil TNI dan Polri yang bergabung dengan misi-misi perdamaian PBB, saat ini tersebar di Lebanon, Kongo, Nepal, Darfur dan Sudan.

Pada pertengahan tahun 2007, jumlah personil yang dikirim Indonesia baru mencapai 1.072, yang bertugas di Lebanon, Kongo dan Nepal --dan seluruhnya dari TNI.

Saat ini, selain penambahan personil dari TNI, Indonesia juga telah mengiriman ratusan anggota Polri untuk bergabung dengan misi perdamaian PBB dan antara lain ditempatkan di Darfur dan Sudan.

Menurut Putu Adnyana, PBB juga telah mengundang Indonesia untuk menambah personilnya bergabung di UNIFIL, yaitu 175 personil untuk kompi infantri dan 140 personil untuk urusan logistik.

PBB juga mengundang Indonesia untuk mengirimkan lagi 140 personil kepolisian untuk ditempatkan di Darfur.

"Undangan tersebut sudah kami sampaikan ke Jakarta," kata Putu.

(ANTARA News)

2012, PT DI Luncurkan Pesawat Amfibi

Beberapa teknisi merakit pesawat CN 235 yang menjadi andalan PT Dirgantara Indonesia di hanggar CN 235 PT Dirgantara Indonesia, Bandung. (Foto: Kompas)

29 Mei 2009, Bandung -- PT Dirgantara Indonesia (PT DI) kembali membuat gebrakan baru di dunia penerbangan nasional. Setelah ada rencana kerja sama dengan BP Migas untuk mensupport moda transportasi udara di bidang perminyakan nasional, PT DI berencana meluncurkan produk teranyar mereka, yaitu pesawat amfibi.

"Untuk mendukung kerja sama dengan BP Migas kita tidak hanya maintenance unit-unit lama, namun juga membuat unit baru yang mendukung industri perminyakan nasional seperti pesawat amfibi," ujar Andi Alisjahbana, Direktur riset dan pengembangan teknologi PT DI yang ditemui disela-sela rapat kerja PT DI dan BP Migas pada Jumat (29/5/2009).

Andi menuturkan kelebihan dari pesawat tipe amfibi adalah kemampuannya untuk menjelajah medan yang sulit dijangkau pesawat biasa dengan biaya operasional yang minim.

"Pesawat amfibi buatan PT DI ini nantinya akan digunakan oleh BP Migas untuk memperlancar pekerjaan-pekerjaan di wilayah perairan laut, apalagi Indonesia adalah negara yang memiliki banyak laut," ujar Andi. Terkait dengan efektivitas biaya, Andi menuturkan penggunaan pesawat amfibi bisa menekan biaya operasional sampai 50 persen ketimbang menggunakan helikopter.

Pesawat amfibi ini akan dioperasikan oleh BP Migas mulai 2012, namun Andi belum bisa menyebutkan berapa banyak jumlah pesawat yang diproduksi. "Prototipe pesawatnya sudah jadi dan sudah diuji coba, untuk launchingnya memang masih agak lama karena sejumlah komponen kita impor dari Eropa," tuturnya.

Andi juga tidak memungkiri bila pesawat amfibi berkapasitas 14 penumpang termasuk pilot ini, nantinya akan dipasarkan selain ke BP Migas.

"Nantinya kita akan pasarkan produk ini lebih luas lagi, tapi untuk sementara tetap menjurus ke perusahaan-perusahaan yang memang aktivitasnya membutuhkan akses ke daerah-daerah sulit jangkau, bukan ke penerbangan komersil," pungkasnya.

(detikNews)

Sail Bunaken 2009 di Teluk Manado

HMS Echo. (Foto:royalnavy)

30 Mei 2009 -- TNI AL akan menyelenggarakan perhelatan kelautan bertaraf internasional SAIL BUNAKEN 2009 pada tanggal 11 hingga 19 Agustus 2009. Perhelatan ini akan menampilkan parade kapal perang internasional (IFR/International Fleet Review) dan selam masal.

IFR merupakan kegiatan puncak Sail Bunaken 2009 berupa parade kapal perang (warship dan tallship) direncanakan akan diinspeksi oleh Presiden RI di teluk Menado menjelang matahari terbenam pada 19 Agustus 2009. Saat diinspeksi oleh Presiden seluruh kapal perang dalam posisi lego jangkar, sedangkan kapal kepresidenan berlayar menginspeksi kapal satu persatu. Pada saat sailing dan flying pass kapal kepresidenan posisi statis. Seluruh kapal perang akan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk melihat dari dekat kapal perang (open ship) selama berlangsungnya Sail Bunaken.

30 negara anggota WNPS (Western Pacific Naval Symposium) dan 14 negara lainnya diundang mengikuti IFR. Sebanyak 16 negara telah menyatakan akan hadir, 11 negara akan mengirimkan kapal perangnya. Amerika kemungkinan 2 kapal (diantaranya kapal induk helly), Australia 2 kapal (HMAS New Castle dan Leeuwing), Jepang 3 kapal (destroyer), Singapura 1 kapal, Thailand 3 kapal (frigate), Inggris 1 kapal (HMS Echo), India 1 kapal (destroyer), Brasil 1 kapal (LST), Perancis 1 kapal, Malaysia 2 kapal (KD Kedah dan KLD Tunas Samudera), Belanda, Chili, Peru, Suriah, dan Turki hanya mengirimkan delegasi saja.

KD Kedah. (Foto: navy.mil.my)

HMAS Newcastle. (Foto: newcastle.nsw.gov.au)

HMAS Leeuwing. (Foto: navy.gov.au)

KLD Tunas Jaya. (Foto: navy.mil.my)

14 negara masih ditunggu konfirmasinya yaitu Bangladesh, Brunai, Filiphina, Italia, Kamboja, Korea Selatan, Pakistan, Papua Nugini, Rusia, Selandia Baru, Vietnam, Myanmar, Arab Saudi, Iran, dan Mesir. 7000 orang peserta asing diperkirakan akan hadir.

Indonesia akan melibatkan 10 kapal perang, 1 flight Sukhoi, 1 flight F-16, 1 skuadron Cassa, 1 skuadron Nomad. Sampai saat ini 35 kapal perang, 2 flight TNI AU dan 2 skuadron pesawat udara TNI AU tercatat sebagai peserta IFR. Pada seluruh kapal perang negara sahabat ditempatkan perwira TNI AL sebagai pemandu di kapal.

(TNI AL/info-terkumpul.blogspot)

Perusahan Patungan Rusia - Belarusia Ekspor Pechora-2M

Pechora-2M diluncurkan. (Foto: ausairpower.net)

29 Mei 2009 -- Perusahaan patungan Rusia – Belarusia akan mengirimkan sistem pertahanan udara Pechora-2M ke lima negara dalam waktu dekat. Pechora-2M merupakan versi up-grade Pechora (SA-3 Goa) sistem misil permukaan ke udara pada ketinggian rendah. Sistem dimodernisasi dengan penambahan fitur jarak lebih jauh (hingga 27 Km), menaikkan probabilitas membunuh, lebih tahan jamming, serta kemampuan mengenali beberapa sasaran termasuk misil jelajah.

“Kami akan mengirimkan sistem pertahanan udara Pechora-2M ke tiga negara eks-Uni Sovyet dan dua (lagi) negara asing segera,” ujar Vyacheslav Karatayev, tanpa menyebutkan secara spesifik nama pelanggannya. Karatayev menambahkan perusahaan telah mengadakan pembicaraan dengan sepuluh negara lainnya guna penjualan sistem misil Pechora.


“Sistem ini sangat populer diseluruh dunia. Akan tetapi, kami masih belum mampu menaikkan kapasitas produksi hingga 15 – 17 sistem pertahun, seperti saat era Sovyet,” ujar Karatayev.

Sejumlah sumber media Rusia baru-baru ini melaporkan portofolio order ekspor 2009 – 2011 untuk Pechora-2M dan Pechora-2A total 200 unit, termasuk 70 unit untuk Mesir. Perusahaan patungan sistem pertahanan dibentuk 1996 dibawah kesepakatan antar pemerintah Rusia – Belarusia. Perusahaan mempunyai 38 anak perusahaan di dua negara tersebut dan fokus pada produksi, ekspor, dan pelayanan purna jual sistem pertahanan udara Pechora-2M.

RIA Novosti/@info-terkumpul

Malaysia Sering Langgar Wilayah

Kapal perang Indonesia sedang patroli disekitar perairan Ambalat. (Foto: tarakankota)

28 Mei 2009, Jakarta -- Pelanggaran wilayah Ambalat, Kaltim oleh kapal Malaysia harus disikapi proporsional. Kasus masuknya kapal negeri jiran itu ke perairan Indonesia di Blok Ambalat karena salah paham.

Demikian dikatakan Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso usai menghadiri seminar Koentjaraningrat Memorial Lecture di gedung Dephan, kemarin (28/05).

"Ada dispute area, perasaan dia patroli itu tidak melanggar tapi sebenarnya melanggar," ujarnya.

Menurutnya, Malaysia, sebenarnya sudah paham prosedur bersama yang disepakati antar dua negara. "Saya telah bertemu dengan Panglima Tentara Diraja Malaysia beberapa bulan lalu. Kita menyusun prosedur operasi laut, dan keamanan maritim," kata jenderal asal Solo, Jateng itu.

Dalam kerja sama itu sudah diatur semua prosedurnya apabila terjadi suatu pelanggaran di perbatasan. “Kita sudah atur semua, bagaimana prosedurnya, bagaimana komunikasi supaya bila terjadi pelanggaran bisa diselesaikan dengan baik," kata mantan KSAD itu.

Secara teknis, bila ada yang melanggar, pertama diberi peringatan bahwa kapal yang bersangkutan telah masuk wilayah perairan Indonesia atau Malaysia. Setelah itu disebutkan titik koordinat yang dilanggar. "Memang masih ada yang namanya dispute area itu, yakni wilayah terluar suatu perairan suatu negara," tambahnya.

Gesekan perbatasan antardua negara ini sudah terjadi sejak 1967. Pada 27 Oktober 1969, Indonesia-Malaysia sampai meneken Perjanjian Tapal Batas Kontinental Indonesia - Malaysia. Dalam perjanjian itu disebutkan, kedua negara melakukan ratifikasi pada 7 November 1969.

Anehnya, di tahun yang sama Malaysia justru menerbitkan peta baru yang memasukan Pulau Sipadan, Ligitan dan Batu Puteh. Indonesia dan Singapura, tak mengakui peta baru Malaysia itu.

Kemudian pada 17 Maret 1970 kembali ditandatangani persetujuan Tapal Batas Laut Indonesia dan Malaysia. Sembilan tahun berselang Malaysia kembali menerbitkan peta baru mengenai tapal batas. Kali ini Malaysia memasukan blok maritim Ambalat ke dalam wilayahnya. Indonesia protes keras.

KD Sri Melaka

Gesekan pun terus terjadi, pada 21 Februari 2005 di Takat Unarang, 17 pekerja Indonesia ditangkap awak kapal perang Malaysia KD Sri Melaka. Terjadilah ketegangan yang melibatkan kapal perang Malaysia -KD Sri Johor, KD Buang dan Kota Baharu- dan kapal perang Indonesia, KRI Wiratno, KRI Tongkol, KRI Tedong Naga, KRI KS Tubun, KRI Nuku dan KRI Singa.

Ketegangan mulai masuk wilayah fisik. Pada April 2005, Kapal Republik Indonesia Tedong Naga menyerempet Kapal Diraja Rencong tiga kali. Pada 24 Februari 2007, Indonesia mencatat Malaysia melakukan 35 kali pelanggaran perbatasan. Contohnya, kapal perang Malaysia KD Budiman yang masuk ke wilayah perairan Indonesia sejauh satu mil laut dengan kecepatan 10 knot. Kemudian kapal perang KD Sri Perlis masuk sejauh dua mil laut dengan kecepatan 10 knot.

Malaysia mulai menempatkan kapal perang Rencong di perairan Ambalat sejak pada 8 April 2005. Setelah itu giliran TNI-AU siaga di Pangkalan Udara Balikpapan, Kalimantan Timur dan Lanud Hasanuddin, Makassar.

Tetapi tetap saja kapal Malaysia berupaya masuk. Misalnya, pada 25 Fabruari 2007, KD Sri Perli memasuki wilayah RI sejauh 3.000 yard yang akhirnya diusir keluar oleh KRI Untung Suropati. Bahkan di hari yang sama, pesawat udara patroli maritim Malaysia jenis Beech Craft B 200 T Superking melintas memasuki wilayah RI sejauh 3.000 yard.

Pesawat tempur Indonesia baru bisa menjangkau daerah ini setelah terbang selama 15 sampai 30 menit. Sedangkan Malaysia sudah memiliki pangkalan udara di Tawao, Malaysia, dan menempatkan pesawat tempur yang mampu menjangkau Ambalat dalam hitungan detik.

Insiden terakhir terjadi pada awal pekan ini, KRI Untung Suropati mengusir kapal patroli Malaysia KD YU- 3508 karena melanggar batas laut.

PERTAHANAN SOSIAL

Di tempat yang sama, Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono mengatakan, selain pertahanan dalam bentuk gelar militer, Indonesia juga mengandalkan pertahanan sosial. "Kita mengembangkan kebersamaan antarsuku, kita juga menggandeng ahli antropologi," kata Juwono.

Faktor sosial budaya tersebut juga dapat menjadi faktor penyebab keberhasilan pembangunan ekonomi masyarakat khususnya yang ada di wilayah perbatasan.

Dirjen Pothan Prof Dr Budi Susilo Soepandji DEA meminta masyarakat yang ada di wilayah perbatasan hendaknya tidak melihat potensi yang ada di luar wilayah NKRI, melainkan mencari cara bagaimana mengembangkan dan memberdayakan potensi yang ada di dalam Indonesia.

“Kita jangan melihat semata-mata yang ada di luar dari teritorial kita tetapi melihat potensi pertahanan yang mempunyai koridor memperdayakan masyarakat di wilayah NKRI," kata adik kandung jaksa agung Hendarman Supandji itu.

(Kaltim Post)

AWACS Beriev A-50 Mainstay Memperkuat AU India

AWACS Beriev A-50 Mainstay. (Foto: Beriev)

29 Mei 2009 -- Angkatan Udara India menerima pesawat pertama AWACS Beriev A-50 Mainstay buatan Rusia, Kamis, (28/5). A-50 dibuat berbasiskan pesawat angkut militer Il-76 MD.

AU India memesan tiga varian A-50EI dilengkapi sistem radar Phalcon buatan Israel pada 2001. Pesawat pertama dijadwalkan diterima di tahun 2007 – 2008, tetapi tertunda.

“Hari ini kami menjadi salah satu dari sejumlah negara yang mampu memiliki pesawat jenis ini (AWACS),” ujar KASAU India Marsekal Fali Homi Major saat peresmian mulai bertugasnya di jajaran AU India.

Menurut sebuah sumber, pesawat kedua diharapkan tiba di India awal 2010, pesawat ketiga akhir tahun depan. Pesawat akan ditempatkan di Agra bergabung dengan Skuadron 50.

Beriev A-50EI Mainstay sedang mengisi bahan bakar di udara. (Foto: Beriev)

Banyak aspek, A-50 sebanding dengan E-3 Sentry milik AU Amerika Serikat. Dilengkapi sistem pengisian bahan bakar di udara dan peralatan perang elektronik, serta dapat melacak target hingga 400 km.

Program kerjasama teknis Rusia – India hingga 2010 melingkupi 200 proyek senilai USD 18 Milyar. Akan tetapi, kerjasama ini dibayang-bayangi oleh perselisihan pada sejumlah masalah; keterlambatan pengiriman, pasokan suku cadang, buruknya dukungan penjualan, mahalnya biaya perawatan dan isu-isu terkait transfer teknologi.

Sebagai contoh, India mengeliminasi Rusia dari tender pengadaan 6 pesawat tanker udara untuk AU India disebabkan buruknya pelayanan purna jual, terder dimenangkan Airbus A-330 MRTT. India baru saja membeli 8 pesawat Boeing P-81 LRMR (Long Range Maritime Reconnaissance) dari Amerika Serikat, penandatanganan kerjasama dengan Brazil guna mengintegrasikan sistem AWACS buatan India pada 3 pesawat buatan Brazil Embraer-145 yang akan bertugas dijajaran AU India.

RIA Novosti/@info-terkumpul

Kamis, 28 Mei 2009

Ambalat Memanas TNI AU Terbangkan B-737 Surveiller

Awak pesawat Boeing A-7303 sedang mengoperasikan kamera wes camp dari dalam pesawat pada Operasi Pengamanan Kawasan Ambalat, dalam rangka mendeteksi ada/tidaknya target. Tampak dalam layar monitor kamera pesawat tertangkap sebuah kapal niaga sedang melintas di Kawasan Ambalat. (Foto : Penkoopsau II)

28 Mei 2009, Makassar -- Setelah lebih kurang satu tahun relatif tenang, kini kawasan perairan Ambalat KalimantanTimur kembali mulai "memanas". Aura ketegangan mulai nampak, ketika dalam dua hari dalam pekan ini (24 - 25 Mei 2009), di wilayah NKRI itu terjadi dua kali insiden pengusiran kapal-kapal perang Malaysia oleh Kapal Republik Indonesia (KRI) TNI AL maupun terdeteknya helikopter Malaysian Maritime Enforcement Agency dan pesawat Beechraft Malaysia yang memasuki wilayah NKRI hingga sejauh 40 mil laut.

Mencermati perkembangan tersebut, pihak TNI AU mengerahkan satu flight pesawat intai maritim jenis Boeing 737 untuk melaksanakan patroli dan pengamatan dari udara di kawasan yang kaya kandungan minyak itu, Kamis (28/5). Tepat pukul 08.40 wita pesawat Boeing 737 yang diterbangkan oleh Mayor Pnb Beny dan copilot Lettu Pnb Agus take off dari Lanud Sultan Hasanudin, Makasar menuju Ambalat area.Pesawat dengan tail number A-7303 yang berhome base di Skadron Udara 5 Lanud Sultan Hasanudin ini, melaksanakan misi maritime patrol dan pengamatan terhadap kapal-kapal yang berlayar di perairan Ambalat dan sekitarnya.

Sesaat di atas kawasan Ambalat, pesawat yang dilengkapi dengan peralatan camera Wes Cam yang mampu mendeteksi kapal-kapal di atas permukaan itu pun beraksi. Dari ketinggian 10.000 feet, selama kurang lebih dua puluh lima menit, pesawat Boeing A-7303 terus melaksanakan pengamatan dan pemantauan di atas Ambalat area. Selama itu, tidak ditemukan target kapal yang mencurigakan, lebih-lebih kapal-kapal perang negara tetangga seperti yang terjadi dua tiga hari lalu. Dari pantauan kamera yang ada di pesawat Boeing 7303, hanya beberapa kapal niaga / peti kemas tampak sedang berlayar.

TNI AU sendiri, dalam hal ini Koopsau II secara rutin terus melaksanakan patroli dan pengamanan di kawasan Ambalat. Dalam kalender Koopsau II, pengamanan wilayah Ambalat merupakan operasi yang dilaksanakan sepanjang tahun. Pesawat yang dilibatkan dalam operasi Ambalat meliputi pesawat Boeing 737 dan Sukhoi Su-27/30 MK. Kedua jenis pesawat ini selalu stand by on call. Sementara koordinasi dengan pihak TNI AL, dalam hal ini Koarmatim juga terus dilakukan guna mendapatkan data-data maupun informasi yang up to date seputar keamanan wilayah Ambalat. Demikian, Kapen Koopsau II Mayor Sonaji Wibowo, menginformasikan.

(Pen Koopsau II)

Krisis Ambalat Selesai Lewat Prosedur Bersama

Prajurit TNI bersiaga di Ambalat. (Foto: tarakankota)

29 Mei 2009, Jakarta -- Mabes TNI minta krisis di perairan Ambalat tidak terlalu diperuncing. Militer RI-Malaysia telah menyusun prosedur bersama pengamanan perbatasan laut kedua negara, sejak awal tahun ini. "Termasuk di Ambalat," kata Panglima TNI Jenderal, Djoko Santoso di kantor Departemen Pertahanan, Jakarta, Kamis (28/5).

Jika terjadi pelanggaran, masing-masing pihak menjalankan tugasnya sesuai prosedur yang telah disepakati. Dimulai dari komunikasi awal sebagai peringatan, hingga tahap pengusiran kapal-kapal yang dianggap melanggar wilayah. "Sehingga masalah bisa selesai dengan baik," katanya.

Konflik di Ambalat kembali meningkat, sejak akhir pekan lalu. Hampir setiap hari pesawat dan kapal perang Malaysia melanggar wilayah dengan masuk ke zona yang diyakini kaya minyak itu. Berdasarkan data TNI AL, pelanggaran laut dan udara yang dilakukan militer maupun polisi Malaysia periode Januari sampai April 2009, tercatat sembilan kali.

Djoko mengakui adanya pelanggaran itu. Ini terjadi karena kedua pihak punya peta yang berbeda dan saling klaim wilayah yang diduga kaya minyak itu. Djoko meminta semua pihak menunggu perundingan yang terus dilakukan Departemen Luar Negeri (Deplu).

Sambil menunggu perundingan, TNI tetap melakukan pengamanan di Ambalat sesuai standar operasional. "Tidak ada penambahan kapal," kata lulusan Akademi Militer tahun 1975 itu. TNI hanya mengerahkan satu pesawat Boeing-737 intai maritim untuk melaksanakan patroli dan pengamatan udara di perairan Ambalat dan sekitarnya, kemarin.

"Hasilnya tidak ditemukan kapal negara tetangga," kata Kepala Penerangan Komando Operasi TNI AU (Koopsau) II Mayor Sonaji Wibowo. Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Muladi meminta militer terus pegang aturan pelibatan yang ada. Posisi Indonesia di Ambalat lebih kuat karena lebih dahulu melakukan okupasi aktif. Kondisi ini berbeda dengan kasus lepasnya pulau Sipadan dan Ligitan.

(Jurnal Nasional)

AL Australia Jajaki Kerja Sama Dengan Koarmatim


27 Mei 2009, Surabaya -- Armada Angkatan Laut Australia sedang menjajaki kerja sama di bidang pengamanan laut dengan Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim).

Hal itu ditunjukkan dengan kunjungan Panglima Armada Utara Australia (Commander Northern Command), Commodore David Dwyther, ke Koarmatim yang bermarkas di Ujung, Surabaya, Rabu.

Rombongan pejabat militer angkatan laut Negeri Kanguru tersebut, diterima Panglima Koarmatim, Laksamana Muda TNI Lili Supramono dengan didampingi Kepala Staf Koarmatim, Laksamana Pertama TNI Slamet Yulistiono, dan para Asintel Koarmatim.

Kedua belah pihak mengadakan pertemuan secara tertutup di Gedung Gajah Mada, Pelabuhan Ujung, selama beberapa jam.

"Agenda utama yang dibahas dalam kunjungan singkat itu adalah masalah kerja sama dan saling menjaga hubungan baik antarangkatan laut kedua negara," kata Kepala Dinas Penerangan Koarmatim, Letkol Laut Drs. Toni Syaiful.

Setelah melakukan pertemuan secara tertutup, Pangarmatim dan Panglima Armada Angkatan Laut Utara Australia, berfoto bersama di depan Monumen Jalesveva Jayamahe (Monjaya).

KRI Hiu. (Foto: Karbol1978)

Pengambilan gambar untuk dokumentasi itu dilanjutkan dengan acara saling menukar cendera mata kedua pucuk pimpinan angkatan laut itu.

Dalam kesempatan tersebut, Commodore David Dwyther sempat mengamati Kapal Perang RI (KRI) Hiu-804 yang bersandar di Dermaga Ujung.

Di kapal perang itu, Panglima Armada Utara Australia itu menerima penjelasan dari Komandan KRI Hiu-804, Mayor laut (P) I.G.P. Alit Jaya.

(ANTARA JATIM)