Senin, 31 Januari 2011

TNI AU Siapkan Tim Evakuasi ke Mesir

(Foto: Saptono)

1 Februari 2011, Jakarta -- (Dispenau): Mengingat semakin luasnya kerusuhan yang menimpa negara Mesir, TNI Angkatan Udara telah menyiapkan personel Paskhas untuk mengevakuasi warga negara Indonesia yang berada di negara tersebut, Selasa (1/2).

Menurut Waasops Kasau Marsma TNI FHB. Bambang Soelistyo, S.Sos., personel Paskhas tersebut terbagi dalam tiga kelompok yang mempunyai tugas masing-masing yaitu kelompok 15 bertugas sebagai Komando Pengendali (Kodal), kelompok 42 sebagai Tim Inti dalam evakuasi dan kelompok 45 sebagai Ground Handling.

Dikatakan, personel tersebut terdiri dari Paskhas Detasemen Bravo’90 dan Paskhas yang sudah berpengalaman dalam United National (UN) Mission, mereka sudah siap diberangkatkan sewaktu-waktu sesuai perintah dari Mabes TNI dengan mengemban tugas untuk mengamankan pesawat-pesawat dan WNI yang akan dievakuasi keluar dari Mesir.

“Tugas tersebut bagian dari Operasi Militer Selain Perang (OMSP), merupakan tugas negara yang harus dijalankan demi menjaga nama baik institusi TNI AU, TNI maupun negara Republik Indonesia dengan menjaga penampilan, bertindak tegas dan santun”, ungkapnya.

Pasukan Tim Evakuasi TNI AU ini dipimpin oleh Komandan Tim Kolonel Psk. Rolland D.G. Waha dan Komandan Detasemen Bravo’90 Letkol Psk. M. Juanda.

Dijelaskan, dalam mengevakuasi WNI di Mesir, TNI AU juga telah menyiapkan sebanyak lima pesawat C-130 Hercules yang terdiri atas tiga pesawat dari Skadron Udara 31 Wing I Lanud Halim Perdanakusuma dan dua pesawat dari Skadron Udara 32 Wing II Lanud Abdulrachman Saleh Malang.

Dalam upaya mengevakuasi WNI di Mesir, Presiden telah menunjuk Wakil Kasau Marsdya TNI Sukirno sebagai Post Commander Satuan Tugas Evakuasi WNI dan telah berangkat menuju Mesir Senin malam. Turut mendampingi Wakil Kasau yaitu Mayjen Mar. Affan Gafar (Dan Kormar), Marsma TNI Sudipo Handoyo (Danpuspomau) dan Kolonel Pnb Yuyu Sutisna (Asops Kohanudnas) dan Letkol Inf. Almukolis Suryo, sebagai tim aju (advance team).

Sumber: TNI AU

Seni Buhun “Beluk”

Lengking suara-suara ini menjadi suatu harmoni tersendiri. Mengalun dan meliuk-liuk bak irama angin yang menari di atas ombak beiringan susul-menysul dari mula nada rendah hingga nada tinggi sekali. Seni buhunbeluk”. Para leluhur menamai kesenian tradisonal tersebut sesuai dengan alunannya yang meliuk.

Menurut sejarahnya, kesenian atau seni beluk yang ditampilkan merupakan jenis kesenian yang berbasis tradisi bertani yang mengandalkan pada kekuatan vokal tanpa waditra (instrument), banyak terdapat di beberapa daerah pertanian di Jawa Barat.

Beluk merupakan sarana hiburan masyarakat pedesaan. Hal ini bermula dari kebiasaan masyarakat peladang yang lokasi mereka berjauhan dari satu tempat ke tempat lainnya sehingga untuk mengadakan komunikasi diperlukan suara yang keras yang mempunyai pola tinggal menetap tetapi saling berjauhan.

Selain itu, beluk juga berawal ketika mesyarakat yang bepergian melewati hutan sendirian. Untuk mengusir rasa sepi, melakukan teriakan-teriakan untuk memberi tahu kalau ada orang lain di hutan tersebut.

Keberadaan beluk sebenarnya sudah sejak dahulu, yaitu sejak masa penjajahan Belanda. Beluk pada hakikatnya merupakan kesenian tembang buhun (kuno) yang lebih mengutamakan tinggi rendahnya suara. Syair yang dilantunkan adalah jenis wawacan (carita babad) yang dibawakan seperti dijumpai dalam beberapa pupuh mulai dari pembukaan sampai pada penutupan seperti pupuh kinanti, asmarandana, pucung, dangdanggula, balakbak, magatru, mijil, dan ladrang.

Pengiring lainnya biasanya wawacan, adapun jenis wawacan yang disampaikan juru beluk bergantung pada yang diikuasainya seperti wawacan ogin, rengganis, babar nabi, barjah, amungsari, jayalalana, natakusuma, lutung kasarung, mahabarata, dan ciung wanara.

Beluk biasanya dilakukan oleh lima orang. Cara penyajiannya pun tergolong unik karena seni beluk hanyalah mengutamakan kemampuan suara juru ilo atau tukang ngilo adalah pembaca syair wawacan tanpa dinyanyikan (naratif) dalam tempo sedang, dengan artikulasi yang jelas. Dibaca per-padalisan (garis). Tukang ngajual fungsinya yaitu menyajikan syair yang dibacakan oleh tukang ngilo sesuai dengan pupuh-nya, tetapi cara menyajikannya tanpa ornamen. Tukang meuli, tugasnya adalah melanjutkan lagu yang disajikan oleh tukang ngajual dengan dilengkapi ornamen-ornamennya. Tukang naekeun, tugasnya adalah melanjutkan sajian tukang meuli dengan menggunakan nada yang melengking tinggi dan meliuk-liuk dengan artikulasi yang tidak jelas, dilengkapi ornamentasi yang sangan dominan.

Peranan para menyaji dilakukan secara bergiliran. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kondisi fisik dan suara agar tetap fit. Karena penyajian seni beluk pada waktu malam hari dan biasanya dilakukan sampai akhir cerita wawacan. Beluk dan wawacan akhirnya sangat berkaitan erat.

Bentuk dan kontur lagu yang cenderung menggunakan nada tinggi, mengalun, dan meliuk-liuk. Dari kata “nada tinggi” sudah mencerminkan bahwa kesenian beluk ini tidak lazim dikumandangankan diruangan, tetapi di alam bebas. Seiring perkembangannya beluk terdengar di rumah-rumah penduduk. Ini terkait dengan pengaruh wawacan atau membacaan kitab kuno yang  dinyanyikan untuk ritual tertentu, misalnya ritual kelahiran bayi, acara hajatan, dan sunatan. Secara evolutif, beluk dan wawacan telah bersanding dalam sajian musik vokal. (Sumber: Erwin R. Widiagiri/”Kabar Priangan”. PR)

TNI Bantu Perbaikan Jalan Helly Pad Dungu, Kongo

Helipad merupakan sarana transportasi utama untuk penerimaan dan pengiriman barang serta evakuasi anggota Monusco di Dungu, Kongo. Jalan yang semula sempit dan tidak layak untuk kendaraan besar telah diperbaiki dan diperluas oleh prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Zeni TNI Kontingen Garuda XX-H/Monusco. Perbaikan dan perluasan jalan ini mulai dari penimbunan ulang dengan mengerahkan alat berat yang dimiliki Satgas Zeni TNI Kontingen Garuda XX-H/Monusco. (Foto: Puspen TNI)

31 Januari 2011, Kongo -- (Pos Kota): Selain Air Port Dungu, Helly Pad merupakan sarana transportasi utama untuk penerimaan dan pengiriman barang serta evak anggota Monusco. Jalan yang semula sempit dan tidak layak untuk kendaraan besar setelah diperbaiki dan diperluas oleh Prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Zeni TNI Kontingen Garuda XX-H/Monusco (Mission de I’Organisation de republic des Nation Unies Pour la Stabilisation en Republique Democratique du Congo) yang di pimpin Letkol Czi Widiyanto (Dansatgas) tampak luas dan halus.

Kontingen Garuda XX-H belum genap empat bulan tersebut sudah banyak membantu Kontingen lain seperti perbaikan Drainase, Camp dan pembuatan sumur penembakan Guatemala guna memperlancar pelaksanaan tugas sebagai Peacekeeper di bawah misi PBB.

Perbaikan dan perluasan jalan ini dipimpin langsung oleh Dansatgas Kontingen Garuda XX-H/Monusco Letkol Czi Widiyanto. (Foto: Puspen TNI)

Alat berat dikerahkan untuk meratakan jalan. (Foto: Puspen TNI)

Atas perintah Dansatgas Kizi TNI Letkol Czi Widiyanto kepada Danton tiga Lettu Marinir Akhmad Mutohar, melakukan survey jalan yang menghubungkan Helly Pad dengan Log Base di Dungu, pada beberapa waktu lalu. Perbaikan dan perluasan jalan langsung di kerjakan oleh anggota Satgas Zeni TNI mulai dari penimbunan ulang tanah Limonit sampai halus dengan mengerahkan alat berat yang ada. Karena Perbaikan jalan tersebut sudah sekian lama di nantikan oleh pengguna Helly Pad serta bagi kepentingan semua kontingen yang berada di wilayah Log Base Dungu Kongo. Masyarakat Dungu yang melintasi jalan tersebut juga merasa senang, karena kiprah Konga XX-H/Monusco dalam membangun jalan Helly Pad, umumnya para Kongole yang akan beraktifitas ke Kota Dungu menggunakan jalan Helly Pad tersebut.

Banyak infrastruktur jalan yang rusak sudah di perbaiki oleh Kompi Zeni TNI, sehingga masyarakat dapat merasakan dampak positip dari pembangunan tersebut. Baik dari sisi ekonomi maupun sisi lainnya serta semakin mudahnya kendaraan organisasi kemanusiaan dalam menembus perkampungan yang sulit di jangkau. Semakin mudahnya tentara penjaga perdamaian memantau dan mengamankan daerah-daerah tersebut.

Perbaikan jalan Helly Pad tersebut telah selesai dilaksanakan. Adalah salah satu karya anak bangsa Indonesia yang akan dikenang serta dirasakan manfaatnya oleh rakyat Kongo dan kiprah Kontingen Garuda XX-H di negara yang sedang konflik merupakan suatu harapan baik bagi rakyat Kongo di masa akan datang.

Authentikasi :
Perwira Penerangan Konga XX-H/Monusco, Lettu Inf Imam Mahmud

Rusia Ajak Indonesia 'Main Perang-perangan'


1 Februari 2011, Jakarta -- (Republika.co.id): Militer Rusia mengajak Indonesia ikut dalam latihan bersamanya dengan Australia yang akan digelar April 2011. Hal itu disampaikan Duta Besar Rusia untuk Indonesia Alexander Ivanov saat mengadakan kunjungan kehormatan kepada Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan, latihan bersama militer Rusia dan Australia sudah lama dilaksanakan. "Dan kami berharap Indonesia bisa ikut serta dalam latihan tersebut," kata Ivanov.

Menanggapi itu, Panglima TNI Agus Suhartono mengatakan, pihaknya akan mempertimbangkannya secara matang. Dalam pertemuan tertutup tersebut, dibicarakan pula pengadaan alat utama sistem senjata TNI yang diadakan dari Rusia.

Di era 1960-an sebagian besar alat utama sistem senjata diadakan dari Rusia seperti pesawat tempur dan kapal selam. Terakhir Indonesia membeli 10 pesawat tempur jet Sukhoi dan berencana melakukan pembelian enam unit pesawat sejenis secara bertahap.

Sumber: Republika

Industri Pertahanan Indonesia Sekarat

Mantan Presiden BJ Habibie melambaikan tangan kepada sejumlah wartawan ketika rehat rapat dengan Komisi I DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (31/1). Pertemuan tersebut membahas seputar alutsista dan industri pertahanan nasional. (Foto: ANTARA/Andika Wahyu/ed/Spt/11)

31 Januari 2011, Jakarta -- (MI.com): Industri strategis Indonesia sekarat. Setelah 13 tahun reformasi bangsa, kondisi industri strategis termasuk bidang pertahanan malah semakin terpuruk. Lemahnya anggaran pertahanan memperburuk proses revitalisasi industri yang sebelumnya dicanangkan untuk go internasional pada 2015.

"Saat ini sepuluh industri strategis dalam keadaan sakaratul maut, padahal dulu pernah dalam kondisi maju," ujar Ketua Komisi I DPR RI dari Fraksi PKS, Mahfudz Siddiq, di sela-sela Rapat Dengar Pendapat Umum di Komisi I DPR, Senin (31/1).

Dia mengatakan, UU belum menjadi payung hukum yang kuat dalam revitalisasi industri statregis, salah satunya industri pertahanan, sehingga kondisinya sekarat. Padahal konsep revitalisasi tersebut bukan gagasan baru dan direncanakan akan mencapai hasil optimal pada 2015.

"Secara gagasan pikiran sudah dimulai oleh Pak Habibie yang referensinya jelas, doktrin politik Bung Karno. Maka kita undang untuk memberikan masukan pemikiran untuk kita masukan ke UU nanti," ujar Mahfudz.

Menurutnya, DPR ingin merancang strategi revitalisasi sebagai kelanjutan dari kebijakan sebelumnya yang sudah dibangun BJ Habibie.

Presiden ke-3 itu mengatakan, dirinya kecewa terhadap pemerintah yang menganaktirikan badan usaha milik negara (BUMN) di bidang pertahanan ketimbang perusahaan-perusahaan swasta. Menurutnya, perlu ada UU yang secara tegas mengatur BUMN.

"BUMN sakit dibiarkan mati. BUMN yang sehat dimatikan. Kalau swasta yang sakit disubsidi, yang benar saja, to?" seru Habibie di hadapan para anggota Komisi I DPR.

Menurutnya karyawan industri pesawat terbang PT Dirgantara Indonesia sebelum reformasi berjumlah 15.651 orang, sedangkan saat ini tinggal 2.988 orang. Perusahaan yang telah menghasilkan pesawat Indonesia pertama itu, menurutnya, tinggal menunggu waktu saja hingga ditutup. Sama dengan penutupannya ketika masih bernama PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada 2002.

Idealnya, ujar Habibie, industri strategis adalah industri yang bisa membangun bangsa. Bukan hanya industri yang dibangun dan dimanfaatkan untuk pertahanan. Revitalisasi, ujarnya, tidak akan cukup, jika hanya mengandalkan, anggaran pertahanan yang ada.

"Tidak akan cukup. Untuk operasional latihan saja, untuk terbang butuh biaya berapa. Kalau tidak cukup, lalu beli dari luar negeri saja? Yang benar saja. Kalau begitu, bagaimana mau mandiri? Katanya mau mandiri," tuturnya.

Habibie percaya, di antara 240 juta WNI, tidak mungkin tak ada orang yang memiliki kemampuan produksi setara dengan ahli di luar negeri. "Masak tidak ada 100 juta, 1 juta, atau bahkan 100 orang yang sama dengan orang- orang luar negeri?" ujarnya.

Senada dengan Habibie, anggota Komisi I dari Fraksi Golkar, Fayakhun Adriadi mengatakan, langkah lain yang perlu dikaji selain UU adalah matriks produksi alutsista. Menurutnya, Indonesia telah mampu memproduksi namun tetap masih mengimpor alutsista dari luar.

"Jangan sampai PT Pindad bisa membuat panser, tapi usernya, TNI, memesan dari luar. Sudah bisa membuat bom yang dicantelkan di pesawat tempur, tapi tidak satu pun bom terjual. Teknologi radar, negara ini negara besar yang miskin radar, kami yakin Indonesia sudah mampu membuat radar," ujarnya.

Sumber: MI.com

TNI Siagakan Hercules Evakuasi WNI di Mesir


31 Januari 2011, Jakarta -- (ANTARA News): Tentara Nasional Indonesia menyiagakan pesawat angkut berat C-130 Hercules untuk membantu evakuasi Warga Negara Indonesia yang tengah terjebak kisruh politik di Mesir.

Juru bicara TNI Angkatan Udara Marsekal Pertama TNI Bambang Samoedro kepada ANTARA di Jakarta Senin mengatakan, pihaknya belum memastikan berapa Hercules yang akan disiapkan.

"Berapa pesawat yang akan disiapkan, sangat tergantung pada situasi dan kondisi yang terjadi di sana," katanya.

Terkait itu, TNI Angkatan Udara akan mengirim Wakil Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Madya TNI Seokirno, Komandan Pusat Polisi Militer AU Marsekal Pertama TNI Soedipo, dan Kolonel Pnb Yuyu Sutisna sebagai tim pendahulu ke Mesir.

"Mereka akan berangkat pada malam ini," kata Bambang.

Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam rapat terbatas membahas perkembangan situasi di Mesir meminta instansi terkait untuk melakukan evakuasi udara bagi WNI yang berada di Mesir.

"Melakukan evakuasi udara dari Mesir kembali ke tanah air," kata Presiden Yudhoyono dalam keterangan resmi di Kantor Presiden.

Untuk itu, pemerintah telah membentuk satuan tugas yang dipimpin oleh anggota Dewan Pertimbangan Presiden Hassan Wirajuda.

Sejumlah perwakilan juga tergabung dalam satgas, antara lain dari kementerian perhubungan dan kementerian kesehatan.

Rencananya, tim akan menggunakan pesawat angkut komersil dan militer untuk memulangkan warga negara Indonesia. "Kalau bisa berangkat malam ini, berangkat kita," kata Presiden menegaskan.

Dari Kairo dilaporkan, perwakilan pemerintah RI di negara itu tengah mendata jumlah WNI yang berada di negara itu.

Kepala Bagian Penerangan, Sosial dan Budaya Iwan Widjaya Mulyatno., mengatakan,"Atase Pertahanan sedang mendata siapa saja yang akan dievakuasi lebih awal," kata Iwan kepada korespondedn ANTARA Munawar Saman Makyanie di Kairo.

Menurut dia, pesawat yang digunakan untuk evakuasi itu akan dikirim dari Jakarta.

Iwan menambahkan,KBRI sedang mempertimbangkan untuk mengevakuasi WNI dari kawasan antara lain Kairo, Mansyurah, Iskandariah.

Sebanyak 5.000 WNI saat ini berada di Mesir, yang sebagian besar adalah mahasiswa. Mereka umumnya bertempat tinggal di luar kota-kota besar.

Sejumlah negara berencana mengevakuasi para warganya ke luar Mesir yang sepekan terakhir dilanda aksi hura-hara yang merenggut lebih 100 nyawa dan melukai ribuan lainnya.

Aksi warga Mesir itu menuntut Presiden Hosni Mubarak yang telah berkuasa selama 30 tahun untuk mundur.

Sumber: ANTARA News

Peningkatan Kekuatan Militer Asing Ancam Indonesia

F-15SG AU Singapura, jet tempur tercanggih di kawasan Asteng. (Foto: DID)

1 Februari 2011, Jakarta -- (Jurnas): Peta kekuatan militer asing saat ini sudah tidak bisa dianggap sepele. Dari berbagai informasi, peningkatan kekuatan militer asing yang berpotensi mengancam kedaulatan NKRI yang berada dekat di seputar wilayah Indonesia semakin mengkhawatirkan. Hal ini disampaikan oleh Kapten Sus Ardhianto dalam acara paparan Intelijen yang diprakarsai oleh Asintel Kosekhanudnas I Kolonel Sus Abriyanto Datu Indarwan di Aula Iskandar Kosekhanudnas I, Jakarta, Senin (31/1).

"Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah kedaulatan yang sangat luas dibandingkan dengan negara lain. Namun, kekuatan militer yang dimiliki negara kita tidak sebanding dengan luasnya wilayah yang harus dipertahankan," kata Ardhianto.

Ia mencontohkan, Singapura, negara kecil tetapi memiliki kekuatan udara dengan sejumlah pesawat tempur generasi terbaru. "Tentu menjadikan negara tersebut percaya diri dan sekaligus menjadi ancaman yang potensial bagi Indonesia," ujarnya.

Diakhir paparan, Asintel Kosekhanudnas I juga berpesan agar sebagai prajurit TNI AU harus selalu memiliki sense of intelijen dengan selalu mengetahui informasi terkini dalam perkembangan dunia dengan harapan dapat memahami apa yang harus diperbuat dalam kondisi dan situasi apa pun yang berkembang secara profesional.

Sumber: Jurnas

DPR Dorong Percepatan UU Industri Pertahanan

Mantan Presiden BJ Habibie menyampaikan pendapatnya saat rapat dengar pendapat dengan Komisi I DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (31/1). Pertemuan tersebut membahas seputar alutsista dan industri pertahanan nasional. (Foto: ANTARA/Andika Wahyu/ed/Spt/11)

1 Februari 2011, Jakarta -- (Suara Karya): Komisi I DPR mendorong pemerintah melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan) segara mengajukan draf Rancangan Undang-Undang Pengembangan dan Pemanfaatan Industri Strategis Nasional untuk Pertahanan. Dalam UU itu, pemerintah diyakini mampu membangkitkan industri strategis nasional, terutama memproduksi alat utama sistem persenjataan (alutsista).

"DPR akan membuat RUU Pengembangan dan Pemanfaatan Industri Strategis Nasional untuk Pertahanan," kata Ketua Komisi I DPR Mahfuz Siddiq, di Jakarta, Senin (31/1).

Ia mengatakan, RUU itu adalah prioritas dalam Program Legislasi Nasional 2011. Dengan adanya RUU tersebut, maka industri pertahanan bisa kembali berjaya. "Untuk menyelamatkan industri pertahanan, diperlukan regulasi yang pas sehingga pertahanan kita menjadi lebih baik dan maju," kata Mahfuz.

Sementara itu, anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Demokrat Nurhayati Ali Assegaf mengatakan, RUU Pengembangan dan Pemanfaatan Industri Strategis Nasional untuk Pertahanan bermanfaat untuk meningkatkan industri stategis nasional yang bergerak untuk pembuatan alutsista.

"RUU itu sangat urgen sekali untuk alutsista pada hal kita punya kemampuan. Reformasi tahun 1998 meruntuhkan industri pertahanan yang berimbas pada kurangnya alutista. RUU itu nantinya sangat penting guna memberdayakan BUMNIS kita ini seperti PT PAL, PT Dirgantara dan PT Pindad untuk bisa menciptakan peralatan TNI," katanya.

Selain itu, ia menyebutkan, dengan adanya RUU tersebut, maka peran pemerintah semakin kuat. "Untuk industri pertahanan, pemerintah perlu ada keberpihakan pada BUMNIS tersebut," kata Nurhayati.

Revitalisasi

Sebelumnya, Jumat (28/1), rapat kerja Komisi I dengan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menghasilkan kesimpulan, bahwa pemerintah melalui Kemhan akan fokus mencari landasan utama dalam menyelesaikan pembuatan Rancangan Undang-Undang tentang Revitalisasi Industri Strategis Pertahanan, yang salah satu poinnya alusista.

"Saya memang sedang mempercepat pembuatan Undang-Undang tersebut," ujarnya.

Dia menuturkan, undang-undang ini akan menjadi pedoman dalam penyelenggaraan dan pembinaan di dalam industri pertahanan nasional. Kemhan pun mengaku bekerja sama dengan Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) dalam penggodokan RUU Revitalisasi Industri Strategis Pertahanan.

Jika undang-undang tersebut telah rampung, maka Kemhan akan membantu TNI, Kepolisian dan stakeholder untuk mendapatkan alustsista untuk dalam negeri. Bahkan, kabarnya alutsista pun akan siap diekspor ke luar negeri, setelah kebutuhan dalam negeri terpenuhi.

Sekadar informasi, KKIP dibentuk tahun 2010 oleh pemerintah dengan tujuan untuk mengkoordinasikan perumusan, pelaksanaan, pengendalian, dan kebijakan nasional industri pertahanan.

Komite ini juga berupaya untuk meningkatan kapasitas produksi produsen alusista dan nonalusista. Dengan adanya KKIP dan UU itu, Indonesia akan mempunyai batas untuk memenuhi persenjataan hasil produksi dalam negeri sehingga tidak perlu impor dari luar negeri.

Sumber: Suara Karya

TNI AL Bantu Kapal Laut ke Sangihe

KRI Karang Unarang.

31 Januari 2011, Manado -- (Antara News): TNI Angkatan Laut turut membantu pembangunan di Kabupaten Sangihe, dengan menyumbangkan satu unit KRI Karang Unarang untuk dioperasikan sebagai kapal angkutan laut di wilayah kepulauan.

"Bantuan kapal tersebut diserahkan langsung Kasal Laksamana TNI Soeparno kepada pemerintah Kabupaten Sangihe, dengan harapan bisa dimanfaatkan dengan baik," kata Kabag Humas Pemprov Sulut, Christian Sumampouw, di Manado, Senin.

Penyerahan bantuan yang disaksikan Gubernur Sulut SH Sarundajang pada kegiatan HUT Sangihe ke - 586 dan pesta adat Tulude di Tahuna, Kabupaten Sangihe itu, akan dijadikan kapal angkutan umum untuk melayani kebutuhan warga.

Kapal dengan kapasitas sekitar 1.000 penumpang itu kemudian namanya diganti dari Karang Unarang menjadi kapal "Bawangung Satu" oleh pemerintah Kabupaten Sangihe.

"Keberadaan kapal itu diharapkan dapat membantu transportasi laut warga kepulauan, seiring dengan minimnya angkutan lalu lintas secara memadai," ujar Sumampouw.

Pada kesempatan itu, Gubernur Sulut SH Sarundajang berharap kapal laut yang disumbangkan oleh TNI AL bisa juga membantu warga di Kabupaten Talaud dan Sitaro.

"Gubernur Sulut berharap agar penyediaan alat transportasi itu tidak semuanya dilakukan di Sangihe. Jika memungkinkan bisa diupayakan menjangkau Talaud dan Sitaro," ujarnya.

Salah satu Warga Sangihe, Jufry Dalita mengatakan, bantuan KRI dari TNI AL sangat membantu ketersediaan lalu lintas laut yang selama ini melayani jalur Manado-Sangihe.

"Hanya saja kapal itu jangan hanya difungsikan dari Tahuna ke Manado, kalau memang bisa menjangkau pulau lainnya harus dilakukan juga," ujarnya.

Sumber: ANTARA News

Habibie: Indonesia Mutlak Harus Kuasai 2 Teknologi Utama

KRI Ajak dibangun PT. PAL saat Prof BJ Habibie menjabat Menristek.

31 Januari 2011, Jakarta -- (Republika.co.id): Pakar teknologi dirgantara yang juga mantan presiden RI, Prof BJ Habibie, menegaskan, Indonesia harus menguasai dua teknologi utama yakni maritim dan dirgantara. Itu syarat mutlak apabila ingin menjadi bangsa yang besar.

Saat rapat dengar pendapat umum dengan Komisi I DPR di Jakarta, Senin (31/1), Habibie menuturkan bahwa gagasan itu berasal dari Presiden RI Soekarno. Saat itu, presiden pertama RI menyatakan bahwa bangsa Indonesia harus menjadi bangsa besar dengan menguasai teknologi pembuatan kapal laut serta mampu menguasai, mengembangkan dan mandiri.

"Mandiri waktu itu belum dipakai, karena beliau (Soekarno) memakai kata berdikari, yaitu produk teknologi dirgantara," ujar Habibie. Ia menegaskan bahwa komitmennya membangun industri dirgantara di Indonesia, bukan karena dipanggil Presiden Soeharto atau ingin menjadi menteri.

"Sebenarnya Pak Harto pun hanya melanjutkan penuturan dan keinginan Presiden Soekarno itu," ujarnya. Ia menambahkan bahwa dirinya benar-benar ingin membangun dan mengembangkan industri pesawat di Indonesia, sementara posisi presiden yang pernah disandangnya itu tidak penting.

Dalam RDPU yang dipimpin Ketua Komisi I Mahfudz Siddiq itu, Habibie mendefinisikan makna industri strategis sebagai industri yang bisa membangun bangsa dan industri itu bukan hanya dibangun dan dimanfaatkan untuk pertahanan saja.

Karenanya ia merasa prihatin ketika visi pembangunan teknologi yang dijalankan bangsa ini yang dicari bukanlah kemandirian, tapi yang dikejar hanya keuntungan sesaat. Menurut dia, kalau yang dicari hanya keuntungan sesaat saja, maka sama artinya dengan menjalankan "skenario VOC".

"Industri strategis terhenti perkembangannya karena tidak didukung dengan bantuan anggaran pemerintah. Karena dicari keuntungan dalam US dolar, kalau begitu ya bikin saja dagang. bikin saja pabrik perwakilan mereka (asing)," ujarnya.

Terkait dengan hal itu, Habibie mengartikan globalisasi itu sebagai pakaian baru untuk kolonialisasi. "Saudara, saya orang tua, tapi saya tidak buta. Saya harus katakan kepada anda, anda harus bangkit," ujarnya.

Hal lain yang juga memprihatinkannya adalah terbengkalainya Puspitek. Tempat itu, katanya, tidak lagi digunakan untuk laboratium uji teknik, tapi malah ada ide untuk dijadikan lapangan golf.

"Saya menantang, kalau berani dibuat lapangan golf, maka saya akan berdiri. Kita harus terus belajar. Kita tidak hanya belajar dari kebaikan tapi juga dari kesalahan, bagaimana agar tidak terjadi kesalahan lagi," ujarnya.

Sumber: Republika

Minggu, 30 Januari 2011

Panglima: Tak Ada Mark-up di TNI

TNI AU memesan Super Tucano gantikan OV-10 Bronco dari Embraer. (Foto: Embraer)

31 Januari 2011, Jakarta -- (KOMPAS.com): Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono menegaskan, tak ada praktik mark-up atau menaikkan anggaran alat utama sistem persenjataan (alutsista) dan non-alutsista di tubuh TNI. Mengenai pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang meminta agar tak ada praktik mark-up anggaran, ia menilai, hal itu berupa peringatan saja.

"Selama saya di militer, belum menemukan mark-up. Mungkin Beliau mensinyalir, tapi sekarang belum ketemu lah. Jadi semua itu tergantung mutunya, kualitasnya. Ya, mungkin barangnya sama, tapi beda merek. Kualitasnya kan pasti beda. Satunya sedan, satunya Mercedez, satunya Toyota. Itu tidak bisa dibilang mark-up," kata Panglima kepada para wartawan di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (31/1/2011).

Permintaan agar tak ada lagi mark-up disampaikan Presiden ketika memberikan pengarahan pada acara Rapat Pimpinan TNI dan Polri di Gedung Balai Samudra Indonesia, Jakarta, Jumat (21/1/2011).

"Apabila ada kasus yang tidak bisa ditoleransi, saya minta BPK dan BPKP untuk melakukan audit. Jadi, saya ingatkan sekali lagi hari ini," kata Presiden di hadapan jajaran petinggi TNI dan Polri.

Presiden juga mengingatkan agar TNI dan Polri dapat terus meningkatkan efisiensi dan efektivitas anggaran TNI dan Polri yang ditingkatkan setiap tahunnya. Anggaran tersebut juga diimbau agar dioptimalkan dan tepat sasaran.

Tak hanya itu, Kepala Negara meminta agar TNI dan Polri selalu konsisten dengan program yang telah direncanakan. Pergantian pimpinan tak mesti diiringi dengan pergantian program.

"Dan, belilah hasil-hasil industri nasional kita. Saya akan lihat dari dekat implementasi (instruksi) ini," kata Presiden.

Ditambahkan, pemerintah berkomitmen melakukan modernisasi peralatan TNI dan Polri.

Sumber: Kompas.com

Minta Masukan Soal Industri Pertahanan, Komisi I DPR Undang BJ Habibie

Panser Anoa versi ambulance. (Foto: Berita HanKam)

31 Januari 2011, Jakarta -- (Republika.co.id): Komisi I DPR mengundang pakar teknologi dirgantara yang juga mantan Presiden Prof BJ Habibie dalam rapat dengar pendapat umum (RDPU) di gedung DPR Jakarta, Senin. Dalam RDPU beragendakan pembicaraan tentang pengembangan industri pertahanan strategis nasional itu dibuka oleh Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso dan selanjutnya diserahkan kepada Ketua Komisi I Mahfud Siddiq.

"Kami berharap DPR bisa mendapatkan berbagai masukan yang berharga dari Bapak Habibie terkait bidang keahliannya selama ini," ujar Priyo.

Hal senada juga ditegaskan Mahfud Siddiq. Politisi PKS itu mengatakan bahwa pendapat dan pandangan-pandangan Habibie sangat dibutuhkan mengingat mantan Presiden RI tersebut merupakan salah satu sosok yang meletakkan pondasi bangunan kebangkitan teknologi Indonesia.

Diharapkan ke depan, kata Mahfud, Indonesia bisa memiliki industri strategis pertahanannya sekaligus mandiri dalam berbagai aspek yang mendukungnya.

Berbagai pandangan Habibie itu juga dimaksudkan sebagai masukan untuk penyusunan RUU usul inisiatif DPR tentang Pengembangan dan Pemanfaatan Industri Strategis untuk Pertahanan.

Sementara itu, Habibie dalam pemaparannya di depan anggota DPR menceritakan tentang kondisi awal bangsa Indonesia yang mencoba bangkit dengan kemandirian teknologinya. Menurut dia, ketika dirinya dipanggil mantan Presiden Soeharto untuk membantu pembangunan Indonesia melalui pengembangan teknologi, pada hakikatnya Soeharto hanya melanjutkan pendahulunya, mantan Presiden Soekarno.

"Jadi tekad (saya) membangun industri strategis itu, bukan karena memenuhi panggilan Pak Harto, tapi karena Pak Harto itu ingin melanjutkan cita-cita Bung Karno agar bangsa ini unggul di pentas internasional," ujarnya.

Sumber: Republika

Kemandirian Teknologi Militer


31 Januari 2011 -- (SINDO): Indonesia mempunyai letak geografis sangat strategis di antara dua benua dan dua samudra. Selat Malaka, Sunda, dan Lombok adalah beberapa dari selat yang sangat strategis di dunia.

Lihat saja Selat Malaka yang dilewati sekitar 1/5 sampai 1/4 dari perdagangan laut dunia dan 1/2 dari minyak dunia yang diangkut oleh kapal tanker raksasa (Rahakundini, 2011). Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih dari 17.000 pulau, mempunyai luas lautan sekitar 5,8 juta kilometer persegi. Indonesia mempunyai sumber daya alam (SDA) melimpah baik di daratan maupun di lautan yang terdiri dari mineral barang tambang, energi dan hasil laut.

Sumber daya ini berpotensi memunculkan konflik dengan negara tetangga di pulau terluar dan daerah perbatasan. Namun,kondisi geografis Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau yang dipisahkan oleh laut dengan jarak berjauhan membuat Indonesia menghadapi ancaman yang berbeda. Indonesia memerlukan angkatan bersenjata yang kuat dengan didukung peralatan militer yang tangguh sehingga mampu menjaga teritorial negara kesatuan Republik Indonesia.

Kemampuan persenjataan Indonesia tidak sebanding dengan luasnya wilayah kepulauan, jika dibandingkan dengan negara tetangga. Sebagai contoh jumlah pesawat jet tempur modern berdasarkan data dari Center for Strategic and International Studies (Cordesman & Kleiber, 2006), Indonesia mempunyai Sukhoi Su-30 (2 buah), Su-27 (2 buah) dan F-16 (10 buah), Malaysia mempunyai MIG-29 (16 buah),Singapura mempunyai F-16 (44 buah) dan E-2C (4 buah), sedangkan Thailand mempunyai F- 16 (50 buah). Indonesia menghadapi buah simalakama di sektor ini.

Peralatan militer yang kuat memerlukan anggaran yang besar. Dengan banyaknya agenda pembangunan dan prioritas agenda pembangunan sektor yang lain, pemerintah mengalokasikan anggaran militer yang terbatas. Realisasi anggaran Kementrian Pertahanan (Kemhan) tahun 2010 hanya Rp42,9 triliun, sedangkan untuk tahun 2011, anggaran pertahanan naik 10,72% menjadi Rp47,5 triliun atau 3,86% dari APBN tahun 2011 (SINDO, 31/ 12/2010).Sementara untuk anggaran modernisasi dan pemeliharaan alat utama sistem senjata (alutsista) direncanakan sebesar Rp150 triliun sampai tahun 2014.

Industri Militer

Indonesia mempunyai pengalaman pahit ketika Amerika Serikat (AS) mengembargo peralatan senjata dan kerja sama militer dengan Indonesia dari tahun 1999 s/d 2005. Dengan embargo tersebut, akhirnya Indonesia membuka kembali hubungan baik dengan Rusia untuk meningkatkan kemampuan persenjataan dengan membeli jet tempur Sukhoi sebagai pengganti F-16. Pengalaman pahit lainnya menimpa Indonesia dengan lepasnya Sipadan dan Ligitan pada 17 Desember 2002 ke Malaysia yang ada hubungannya dengan sumber daya mineral.

Padahal sebelumnya kedua negara menyepakati untuk status quo.Konflik perbatasan dengan Malaysia dan negara tetangga lainnya berpotensi sering terjadi seiring dengan ditemukannya sumber mineral dan energi yang sangat berharga di masa datang Belajar dari pengalaman pahit dan untuk mengoptimalkan anggaran alutsista, dibutuhkan kemandirian teknologi militer di mana sebagian alutsista yang sebelumnya direncanakan diimpor mulai untuk dapat diproduksi di dalam negeri.

Industri militer memerlukan fasilitas peralatan industri berat (heavy industry).Fasilitas yang telah dimiliki oleh PAL,PTDI (IPTN),dan Pindad jauh lebih baik dibandingkan dengan negara-negara tetangga ASEAN. Kemandirian teknologi militer akan meningkatkan kemandirian teknologi lainnya.China dapat kita jadikan contoh.Negara ini mempunyai tujuan jangka panjang untuk mandiri dalam memproduksi peralatan militer dan tidak tergantung dari negara lain untuk memodernisasi persenjataan.

Setelah 20 tahun berusaha, China menjadi negara ketiga terbesar dunia sebagai produsen kapal sipil-komersial (RAND,2005). Porter dan Forester (2001) menyimpulkan bahwa penguasaan teknologi China dimulai dengan kemandirian pengembangan teknologi pertanian dan teknologi peralatan militer dan persenjataan. Sejarah mencatat bahwa peralatan militer perang dunia kedua dibuat oleh perusahaan yang kita kenal sekarang ini seperti Boeing, General Motor,Fiat,Ansaldo,Renault, Daimler,Volkswagen, Krupp, Hitachi, Hino, Mitsubishi Heavy Industries dan lainnya.

Fakta lainnya bahwa perang dunia kedua berakhir setelah Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom pada tahun 1945. Nagasaki dipilih sebagai target untuk dibom karena terdapat dua pusat industri perang yang sangat besar yang dipunyai Mitsubishi Heavy Industries (Laromkarnvapen, 2008). Penguasaan teknologi militer tidaklah mudah, karena harus mempunyai kemampuan desain engineering yang memerlukan pengalaman panjang dan akumulasi know how.

Cara yang paling singkat adalah dengan melakukan reverse engineeringsebagaimana dilakukan Korea,Taiwan,Jepang pada awal perkembangannya dan diikuti oleh China yang lebih agresif. China dalam membangun persenjataannya dengan membuat sendiri, membelidarinegaralain,mengimpor beberapa senjata modern kemudian melakukan reverse engineering dan memproduksinya (Yung, 2003).

Proses reverse engineering yang dilakukan adalah dengan mengimpor beberapa persenjataan modern, kemudian mempelajari cara kerjanya, membuat desain dan spesifikasi untuk prototipe model, membuat fisik model, training teknisi, tes dan evaluasi prototipe,setelah itu melakukan produksi.

Kita Jelas Mampu

Potensi untuk meniru hal yang dilakukan China sangat besar.Banyak fasilitas industri berat yang dimiliki swasta seperti Texmaco, Tjokro, Bukaka dan beberapa fabrikator besar lain.Adapun kelompok industri BUMN yang mempunyai kemampuan untuk mendukung produksi peralatan militer adalah PT PAL, PT Dirgantara Indonesia, PT Len Industri, Dahana, Pindad, Barata, dan Krakatau Steel.

Perusahaan-perusahaan tersebut di era Menristek BJ Habibie termasuk dalam industri strategis. Industri pertahanan yang utama (alutsista) adalah: pesawat terbang, perkapalan, misil, IT dan elektronika pertahanan. BUMN dalam kelompok industri strategis. Dengan melakukan reverse engineering, dalam waktu yang tidak terlalu lama akan menguasai rancang bangun industri pertahanan, karena industri strategis tersebut sebelumnya sudah mempunyai banyak pengalaman. Pertama, industri pesawat militer.

PT DI yang sebelumnya bernama IPTN telah memiliki pengalaman untuk membuat pesawat militer CN-235,NC-212 ,helikopter, komponen Airbus, Boeing,Fokker, F-16, membuat persenjataan roket dan torpedo.Sempat membuat prototipe pesawat komersial N250 dengan mesin turbopropdan merencanakan pembuatan pesawat jet N- 2130. Sayang keduanya berhenti pengembangannya ketika krisis moneter 1997.

Pada 2010 Indonesia membuka kerja sama kembali dengan Korea Selatan yang sebelumnya tertunda, berkaitan dengan rencana produksi bersama, riset hingga terbentuknya prototipe pesawat tempur KF-X.Pesawat single seatbermesin ganda ini adalah jenis pesawat siluman (stealth) yang kemampuannya di atas pesawat Dassault Rafale atau Eurofighter Typhoon dan pesawat F-16 Block 60.

Apabila PT DI diberi kesempatan lebih besar, bisa jadi banyak ilmuwan terbaik PT DI yang sebelumnya berpindah kerja ke Amerika Serikat, Inggris,Jerman,dan Singapura akan kembali ke Indonesia. Kedua, industri perkapalan. Indonesia memiliki PT PAL yang pada saat ini telah menguasai teknologi produksi untuk kapal bulker sampai dengan 50.000 DWT, kapal kontainer sampai dengan 1.600 TEUS, kapal tanker sampai dengan 30,000 DWT, kapal penumpang, kapal Chemical Tanker sampai dengan 30,000 DWT,kapal LPG carrier sampai dengan 5.500 DWT, kapal landing platform, kapal patroli cepat, tugboat, kapal ikan dan kapal ferry serta penumpang.

PT PAL juga telah mengembangkan desain untuk kapal corvette termasuk desain kapal pemburu ranjau. PT PAL seharusnya sudah mampu untuk melakukan reverse engineering kapal corvette dan frigate dari kapal eks Jerman timur yang dimiliki TNI AL. Ketiga, industri roket/misil. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) pada Juli 2009 telah berhasil meluncurkan roket dengan nama RX-420 (roket eksperimen diameter 420 mm) di Pameungpeuk Jawa Barat.

Roket yang akan digunakan untuk pengorbit satelit itu mampu menghasilkan daya 100 ton detik dengan membawa muatan 300 kg,mampu menjangkau radius 100 kilometer dengan kecepatan 4,4 mach atau sekitar 344 meter per detik. Pembuatan tahapan lanjut pengembangan roket dan pengembangan misil dapat melibatkan PT PAL, PTDI, Barata, Pindad, yang mempunyai peralatan industri berat, Dahana yang dapat membuat material high density energydan bahan peledak sebagai warheadmisil,dan LEN untuk teknologi kontrol misil dan torpedo.

Keempat, industri IT & elektronika pertahanan. LEN telah mampu membuat peralatan elektronika pertahanan. LEN telah berhasil mengembangkan peralatan tactical communication yang mempunyai matriks hopping yang dirancang khusus untuk mengurangi risiko penyadapan oleh pihak lain.Selain itu,telah mampu membuat peralatan surveillance dan combat management system yang canggih. Dari pengalaman tersebut seharusnya LEN mampu untuk mengembangkan kontrol misil jarak jauh,kontrol misil anti kapal dan kontrol misil surface to underwater torpedo.

LEN juga seharusnya mampu membuat sistem manajemen logistik peralatan tempur berbasis IT yang canggih. Kemampuan industri strategis apabila dipadukan akan mempunyai kapasitas setara dengan industri berat yang dimiliki Jepang, Korea dan China.Walaupun untuk mengintegrasikannya memerlukan project manageryang memahami kemampuan dari masing-masing industri tersebut.Kemandirian teknologi militer,dengan menggunakan kemampuan dan fasilitas dalam negeri akan menghemat devisa, meningkatkan multiplier effect ekonomi, meningkatkan kemampuan dalam negeri dan meningkatkan keahlian sumber daya manusia.

Mudi Kasmudi
Alumnus ITB dan UI,
Praktisi Energi dan Industri Pertambangan

Sumber: SINDO

Batalyon-466 Paskhas Latihan SAR Terpadu

31 Januari 2011, Makassar -- (Pelita): Batalyon 466 Paskhas melaksanakan Latihan SAR (Search And Rescue) Terpadu bersama SAR Lantamal VI, SAR TNI AD, dan Badan SAR Nasional (Basarnas), serta SAR Unhas. Latihan diikuti 120 peserta dengan Ketua Tim Pengendali Latihan Kolonel Laut (P) Rahmat Eko Raharjo, yang melibatkan unsur Heli Puma TNI AU HT-3315 yang disiapkan di Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar.

Menurut siaran pers Pentak Lanud Sultan Hasanuddin, Latihan SAR terpadu yang digelar di perairan Makassar tersebut dilaksanakan tanggal 25-28 Januari 2011 dengan melaksanakan berbagai kegiatan manuver lapangan diantaranya latihan pertolongan terhadap korban kapal tenggelam.

Dalam pelaksanaan latihan SAR terpadu tersebut, Tim SAR Batalyon-466 Paskhas melaksanakan pertolongan terhadap korban kapal tenggelam dengan cara free jump dari Heli Puma HT-3315, selanjutnya korban dievakuasi dengan cara hosting dengan menggunakan pesawat helikopter.

Kolonel Laut Rahmat Eko Raharjo sebagai Ketua Tim Pengendali Latihan mengatakan Latihan SAR terpadu yang dilaksanakan secara terjadwal tersebut merupakan salah satu upaya antisipasi SAR laut bilamana sewaktu-waktu diperlukan. Bencana alam bisa datang kapanpun, dimanapun dan kami harus siap memberi pertolongan, katanya.

Sumber: Harian Pelita

Jumat, 28 Januari 2011

Hibah F16 Menguntungkan

(Foto: Lanud Iswajudi)

28 Januari 2011, Jakarta -- (Koran Jakarta): Rencana hibah 24 pesawat F16 dari Amerika Serikat (AS) lebih menguntungkan dibandingkan dengan membeli enam pesawat F16 baru yang saat ini dianggarkan Kementerian Pertahanan. Pesawat F16 yang akan dihibahkan Amerika Serikat itu hanya perlu diretrofi t (diremajakan) dengan biaya lebih murah daripada membeli enam buah pesawat F16 baru. “Biaya retrofi t F16 dari hasil hibah hanya 10 juta dollar AS per unit.

Sedangkan untuk membeli F16 jenis baru mencapai 60 juta dollar AS per unit,” kata Kepala Staf TNI AU (Kasau) Marsekal Imam Sufaat saat menjelaskan pertanyaan beberapa anggota Komisi I terkait rencana hibah F16 dari AS dalam rapat dengar pendapat antara Komisi I dan Menteri Pertahanan dan Panglima TNI di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (27/1).

Setidaknya, ada enam anggota Komisi I yang mempertanyakan kejelasan rencana hibah ini. Mereka adalah Yah ya Sacawirya dan Salim Mengga (Fraksi Demokrat), HM Gamari dan Mohammad Syahfan B Sampurno (PKS), Teguh Juwarno (PAN), dan Tubagus Hasanuddin (PDIP). Yahya dan Salim khawatir rencana hibah pesawat ini justru akan membelenggu kebebasan TNI dalam merealisasikan program pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) ke depan.

“Sejauh mana program hibah tersebut menguntungkan Indonesia. Jangan sampai seperti hibah dari Jerman Timur,” kata Yahya. Salim mewanti-wanti agar jangan sampai F16 itu hanya barang bekas yang justru membebani TNI AU. “Jika pesawat tempur jenis lain seperti Sukhoi lebih bagus, walaupun jumlahnya sedikit, lebih baik membeli Sukhoi. Jika kualitasnya bagus, akan jauh lebih mengerikan daripada memiliki tiga skuadron F16,” kata Salim.

Menanggapi kekhawatiran para anggota Komisi I, Kasau meyakinkan bahwa tidak ada sesuatu di balik kebaikhatian AS ini. Rencana hibah tersebut semata- mata karena Amerika kedatangan pesawat tempur jenis F22. Dari segi jam terbang, F16 ini juga masih memiliki jam terbang lama. Rata-rata pesawat tersebut baru terbang selama empat sampai lima ribu jam terbang.

“Masih bisa digunakan antara 20 hingga 25 tahun jika jam terbang per tahunnya antara 200 hingga 300 jam,” jelas Imam. Menteri Purnomo Yusgiantoro menegaskan akan mengikuti kepentingan pengguna, dalam hal ini TNI AU, untuk pengadaan pesawat. “Selama dalam koridor pemenuhan kebutuhan kekuatan pokok minimal, pasti akan kami dukung,” katanya.

Sumber: Koran Jakarta

TNI AL “Repowering” 6 Kapal

Fregat KRI Karel Sasuit Tubun selesai direpowering dan dipersenjatai rudal Yakhont.

29 Januari 2011, Surabaya -- (Koran Jakarta): Guna meningkatkan penghematan dalam operasional, TNI AL tengah melakukan repowering pada sistem penggerak enam kapal perang. Repowering merupakan proses pembaruan tenaga utama pada motor sistim penggerak sebuah kapal. “Repowering perlu dilakukan bagi kapal yang daya dorongnya sudah menurun, namun kondisi badan kapalnya masih baik. Diharapkan setelah di-repowering, kapal yang biasanya menghabiskan 50 ton solar bisa berhemat sampai 20 ton,” kata Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono seusai acara serah-terima jabatan Ko mandan Jenderal Akademi TNI di Surabaya, Jumat (28/1).

Jabatan Komandan Jenderal Akademi TNI diserah-terimakan dari Letjen TNI (Mar) Nono Sampono kepada Marsda TNI Sru Astjarjo Andreas. Ia menuturkan langkah pem baruan bertahap sejak akhir tahun 2010 ini akan dilakukan terhadap enam kapal TNI AL. Prioritas akan dilakukan terhadap kapal buatan Belanda dan Jerman Timur. Yang sekarang sedang dalam proses repowering adalah KRI Oswald Siahaan, sedangkan yang sudah rampung adalah KRI Karel Sasuit Tubun.

Pengerjaan repowering melibatkan sejumlah industri stra tegis dalam negeri karena dianggap sudah mumpuni, seperti PT PAL, PT Pindad, Industri Angkatan Laut. “Selain pada mesin penggerak, repowering juga akan dilakukan pada sistem kendali persenjataan, terutama untuk senjata rudal, baik laut ke udara dan laut ke laut, yang rencananya akan melibatkan China dan Rusia,” katanya. Selain itu, Laksamana Agus mengatakan para lulusan Akademi TNI mulai tahun ini berhak atas gelar sarjana (S-1) sebagai implementasi dari Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 244/D/ O/2010.

Lulusan Akademi Militer, Akademi Angkat an Laut, dan Akademi Angkatan Udara akan menyandang gelar Sarjana Sains Terapan Pertahanan (SST Han). “Hal ini merupakan salah satu terobosan Akademi TNI yang dapat memberikan nilai positif dalam menjawab tuntutan dan tantangan tugas yang semakin berat dan kompleks,” kata Panglima TNI. Dia menjelaskan mulai 29 Desember 2010 Akademi TNI melaksanakan program pendidikan akademik selama em pat tahun setara program pen didikan sarjana S-1 di perguruan tinggi.

Sumber: Koran Jakarta

Tim Recce Unifil Engineering Tinjau Indobatt


28 Januari 2011, Adshit Al Qusayr -- (Pos Kota): Tim Recce Unifil (United Nations Interim Force In Lebanon) Engineering yang berjumlah 21 orang dipimpin oleh Chief Engineering Unifil, Mr. George Stanicus melaksanakan peninjauan ke Compound Satgas Batalyon Infanteri Mekanis Kontingen Garuda XXIII-E/Unifil (Indobatt), berkaitan dengan kegiatan engineering dalam hal Force Protection tentang akan dilaksanakannya Proyek Vurnerability Assesment.

Kedatangan Tim Recce Unifil diterima oleh Kasiops Indobatt Mayor Inf Hendriawan Senjaya didampingi Pasiops Kapten Mar Eko Budi Prasetyo, Pasi Udara Lettu Pnb Ageng Wahyudi serta Danton Zeni Letda Mar Aristoyuda, bertempat di Kompi Bantuan.

Setelah menerima penjelasan tentang letak compound-compound yang berada di area Indobatt oleh Kasiops, tim melaksanakan peninjauan di sekitar UN Posn 7-1 yaitu : Markas Batalyon, Kompi D, Kompi E dan Kompi Bantuan. Obyek peninjauan meliputi shelter, pagar pembatas, defend post, pelindung generator, fuel tank dan water tank. Selesai melaksanakan peninjauan di UN Posn 7-1, rombongan tim melanjutkan peninjauan ke Kompi C (UN Posn 9-2) dan Kompi A (UN Posn 9-63).

Menurut penjelasan Kasiops Indobatt yang disampaikan kepada Papen Indobatt Kapten Pasukan Banu Kusworo, bahwa peninjauan Tim Recce Unifil Engineering dimaksudkan untuk mengetahui proyek yang harus segera dikerjakan ataupun ditunda dilihat dari sisi strategis perlindungan keamanan di compound-compound, baik yang berupa aset Unifil maupun personel.

Authentikasi:
Dansatgas Konga XXIII-E/Unifil (Indobatt), Letkol Inf Hendy Antariksa

Sumber: POS KOTA

CAF RAAF Kuliahi Kabol AAU


28 Januari 2011, Yogyakarta -- (Pos Kota): Chief Air Force Royal Australian air Force (CAF RAAF) Air Marshal Mark Binskin di dampingi Kasau Marsekal TNI Imam Sufaat, S.IP., memberikan kuliah terbuka kepada Karbol Akademi Angkatan Udara (AAU) di Yogyakarta, Jumat (28/1).

Dalam kuliahnya Air Marshal Mark Binskin menyampaikan bahwa kerja sama antar TNI AU dengan RAAF sudah lama terjalin dengan baik sejak awal kemerdekaan Indonesia.

Dijelaskan pada masa agresi militer Belanda, ex Wing Comander RAAF Capten Pilot Alexander Noel Constantine telah membantu AURI membawa obat-obatan dari Malaya ke Yogyakarta dengan menggunakan pesawat VT-CLA, namun naas pesawatnya di tembak jatuh oleh pesawat Kitty Hawk Belanda dan menewaskan penumpangnya termasuk istrinya Ny. Constantine.

Pada waktu itu Australia telah mengirimkan pengamat gencatan senjata ke Yogyakarta Acting Deputy Australian Consul General C. Caton.

Menurutnya, Australia telah membuat buku putih tentang pemahaman keamanan bersama dalam mengenalkan stabilitas kawasan serta pengaturan aturan keamanan bersama secara global.

Dikatakan, dalam pelaksanaan operasi gabungan diperlukan kekuatan udara yang solid dalam penguasaan udara pemukul, ISR dan mobilitas udara, prinsif kendali terpusat dengan pelaksanaan desentralisasi dan Kodal dipegang oleh tingkat tertinggi.

Dalam transformasi RAAF menciptakan visi One Team (swift, decisive, resilient and resfected), membentuk budaya, membangun hubungan, mewakili organisasi serta mengatur perubahan dengan prioritas menyediakan kekuatan udara kelas dunia, pengembangan dan implementasi strategi, andal dalam tugas dan meningkatkan kemampuan dalam komunikasi serta membentuk hubungan, jelasnya.

Pada kesempatan tersebut CAF RAAF Air Marshal Mark Binskin dampingi Kasau Marsekal TNI Imam Sufaat, S.IP., meresmikan laboratorium bahasa Inggris bantuan dari Australia kepada AAU, dilanjutkan mengunjungi Wingdik Terbang dan Musium Dirgantara Mandala Lanud Adi Sutjipto Yogyakarta.

Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara

Bambang Samoedro, S.Sos.
Marsekal Pertama TNI

Sumber: Pos Kota

Kasau Australia Kunjungi Lanud Adisutjipto


28 Januari 2011, Yogyakarta -- (Lanud Adisutjipto): Chief of Air Force Royal Australian Air Force, Air Marshal Mark Binskin didampingi Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Imam Sufaat mengunjungi Lanud Adisutjipto, Jumat (28/1). Kunjungan ini merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan selama mengadakan kunjungan kehormatan kepada Kasau.

Selain mengunjungi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, dalam lawatannya ke Lanud Adisutjipto, rombongan juga mengunjungi Mawing Pendidikan Terbang. Di Sekolah Penerbang ini, rombongan diterima Komandan Pangkalan Udara Adisutjipto Marsekal Pertama TNI Hadiyan Sumintaatmadja, di Ruang Briefing.


Dalam penerimaannya, Komandan Lanud memaparkan berbagai hal tentang peran dan tugas Lanud Adisutjipto, termasuk program pendidikan di Skadron Pendidikan di jajaran Wing Pendidikan Terbang.

Kunjungan di Wing Pendidikan Terbang diakhiri dengan foto bersama kedua Kepala Staf Angkatan Udara dengan sejumlah pejabat baik dari Mabes Angkatan Udara maupun pejabat di jajaran Lanud Adisutjipto di shelter pesawat KT-1 Woong Bee.

Sebelum ke Wing Dik Terbang, Air Marshal Mark Binskin di dampingi Kasau, terlebih dahulu mengunjungi Akademi Angkatan Udara. Di kampus Karbol tersebut, rombongan mengadakan tatap muka dengan Karbol, dan melihat sarana penunjang pendidikan di Laboratorium Bahasa di Departemen Akademika.

Sumber: Lanud Adisutjipto

KRI Diponegoro-365 Amankan Kapal Muat Kayu

KRI Diponegoro-365 saat melaksanakan patroli keamanan laut di perairan timur Indonesia. (Foto: TNI AL)

28 Januari 2011, Surabaya -- (Dispenarmatim): Kapal Perang TNI AL KRI Diponegoro (DPN)-365 dari jajaran unsur Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) yang sedang melaksanakan patrol keamanan laut berhasil mengamankan kapal motor KM. Karya Abadi Utama yang diduga telah melakukan tindak pelanggaran hukum di laut disekitar perairan Selat Makasar, belum lama ini, Rabu (26/1).

Kapal yang berhasil diamankan kapal perang jajaran Koarmatim tersebut di Nakhodai Kadransyah warga negara Indonesia. Ketika diamankan, kapal tersebut mengangkut kayu hitam sebanyak 60 meter kibik tanpa dilengkapi dengan dokumen. Kapal yang berbobot 10 GT tersebut, memiliki ABK sebanyak 5 orang, semuanya warga negara Indonesia.

“Memang benar, ketika kami periksa nakhoda kapal tersebut tidak bisa menunjukkan surat-surat maupun dokumen muatan. Jelas ini merupakan tindak pelanggaran hukum di laut. Untuk itu, kapal yang rencananya menuju Tawao tersebut kita amankan,”kata Komandan KRI DPN-365 Letkol Laut (P) Antonius Widyoutomo menegaskan.

Masih menurut Komandan KRI DPN-365, bahwa untuk proses penyidikan dan hukum lebih lanjut, kapal dan ABK beserta barang bukti lainnya di kawal menuju Pangkalan TNI AL (Lanal) Balikpapan.

KRI Kelabang Gagalkan Perompakan

KRI Kelabang (KLB - 826) yang dikomandani Mayor Laut (P) Bambang Wasito berada berhasil menggagalkan perompakan terhadap MV Lucky Star - 8 berbendera Indonesia di perairan internasional utara Pulau Bintan, Kepulauan Riau, baru baru ini.

Kejadian bermula sejak MV Lucky Star - 8 berangkat dari Dumai Propinsi Riau mengangkut rempah-rempah dan barang dagangan lain dengan tujuan Songklak, Thailand. Saat diperairan Internasional utara Pulau BIntan para perompak dengan menggunakan perahu mesin tempel dan membawa senjata tajam merapat kemudian menguasai kapal berbobot 200 ton.

Pada saat KRI KLB - 826 di bawah Satuan Kapal Patroli ( Satrol ) Koarmabar sedang melaksanakan patroli di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI ) I, menerima informasi dari Markas Komando Armada RI Kawasan Barat tentang adanya usaha perompakan terhadap MV Lucky Star - 8 pada posisi 01 17 30 U - 104 07 24 T dekat suar hosburg selat Singapura. Selanjutnya KRI KLB - 826 menuju sasaran, kemudian menemukan kapal tersebut , dan berhasil melumpuhkan perompak yang berjumlah 9 orang serta mengamankan13 kru kapal. Dari pemeriksaan awal KRI KLB - 826, diketahui dari 9 orang perompak, tujuh orang diantaranya adalah warga Negara Indonesia, sedangkan yang lainnya berkewarganegaraan Malaysia dan Singapura.

Selanjutnya para perompak dan ABK kapal beserta barang bukti dibawa menuju Pangkalan Angkatan Laut ( Lanal ) Batam untuk diadakan pemeriksaan lebih lanjut.

Sumber: Dispenarmatim/Dispenarmabar

KRI Dewaruci Bakal Punya Pendamping


28 Januari 2011, Surabaya -- (ANTARA Jatim): Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Dewaruci bakal memiliki pendamping untuk mendukung kekuatan armada tempur di jajaran TNI Angkatan Laut (AL).

"Kami akan membeli kapal sejenis Dewaruci. Namun yang memiliki daya angkut lebih besar lagi," kata Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono di Surabaya, Jumat.

Menurut dia, kapal sejenis Dewaruci yang baru nanti harus mampu mengangkut 150 kadet Akademi Angkatan Laut (AAL) ditambah 100 awak kapal.

"Soal kapan dan dari mana kapal itu berasal, sampai sekarang kami belum menentukannya," katanya usai memimpin upacara serah terima jabatan Komandan Jenderal Akademi TNI di Lapangan Arafuru, kompleks AAL, itu.

KRI Dewaruci yang ada di jajaran Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) hanya mampu mengangkut sekitar 100 orang, baik kadet maupun kru.

Kapal layar tiang tiga buatan Jerman tahun 1953 itu baru saja melakukan perjalanan muhibah ke Timur Tengah dan Eropa selama sembilan bulan pada 2010.

Mabes TNI juga akan memperbaiki sejumlah KRI buatan Belanda dan Jerman. "KRI-KRI itu 'platform' atau bodinya masih bagus, namun mesinnya sudah tua," katanya.

Perbaikan kapal-kapal itu bisa dilakukan oleh TNI-AL sendiri atau oleh PT Pal Indonesia sehingga tidak perlu dikirim ke luar negeri atau ke pabrik asalnya.

"Mesinnya baru bisa dibeli dari luar negeri. Demikian halnya dengan persenjataan bisa didatangkan dari Rusia dan China, seperti rudal Yakun yang kami pasang di KRI itu juga dari Rusia," kata Agus.

Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut itu menambahkan, untuk KRI-KRI produksi Amerika Serikat akan dimusnahkan karena sudah tidak bisa diperbaiki.

Dalam kesempatan itu, Panglima mengungkapkan bahwa pihaknya akan terus menggelar razia terhadap penggunaan atribut-atribut TNI oleh masyarakat sipil.

"Kegiatan ini bagian dari upaya kami menjaga netralitas TNI. Kami tidak ingin ada kendaraan sipil yang dipasangi atribut TNI, seperti stiker dan lain-lain," katanya.

Sumber: ANTARA Jatim

Kamis, 27 Januari 2011

Latihan Manuver Taktis KRI Frans Kaisiepo-368

(Foto: TNI AL)

27 Januari 2011, Beirut -- (Puspen TNI): Untuk meningkatkan profesionalisme dan kerjasama antar unsur dalam satuan tugas Maritime Task Force/UNIFIL di dalam menjaga perairan Lebanon seperti yang tertuang dalam United Nations Security Council 1701 dan 1884 telah dilaksanakan beberapa latihan dengan beberapa unsur yang ada di Area of Maritime Operations (AMO) seperti: RASEX dan AASYWEX.

Kehadiran unsur-unsur Maritime Task Force/UNIFIL di wilayah perairan Lebanon terbukti cukup memberikan dampak positif terhadap situasi di sekitar wilayah perbatasan Lebanon dengan Israel dan Syria. Namun demikian beberapa perkembangan terakhir berkaitan dengan air even maupun air vialotion di AMO yang cukup sering terjadi, hal ini merupakan suatu catatan tersendiri yang dinilai dapat berkembang menjadi suatu ancaman terhadap unsur-unsur Maritime TaskForce/UNIFIL.

Dalam latihan manuver taktis kali ini, KRI Frans Kaisiepo-368, TCG Fatih F-242, dan BNS Osman F-18 dibentuk dalam suatu satuan tugas dengan melaksanakan beberapa manuver khusus dalam rangka membentuk berbagai formasi untuk menghadapi beberapa simulasi ancaman. Latihan yang dilaksanakan di Zona 1 center pada pukul 14.00-16.00 LT tersebut diawali dengan pembentukan single line formation, kemudian dilanjutkan dengan melaksanakan manuver taktis kapal untuk membentuk formasi-formasi yang dapat digunakan sebagai pendukung aksi-aksi pertahanan dan counter attack dalam konteks peperangan laut. Berbagai perubahan formasi dilaksanakan berdasarkan berita taktis (radio) maupun isyarat kibaran bendera yang diisyaratkan oleh OCS (Officer Conducting Serial).

Pada dasarnya setiap manuver kapal dalam suatu satuan tugas dilaksanakan dengan tujuan untuk dapat secepatnya meraih posisi menguntungkan untuk melaksanakan penyerangan/penembakan, melaksanakan mutual defense, menggelar force defense/selfdefense maupun manuver pengelabuan, sehingga seluruh aksi peperangan yang diawali dengan suatu manuver harus dilaksanakan dengan cepat dan dengan akurasi yang tinggi agar tidak kehilangan momentum, seperti yang dijelaskan oleh Komandan KRI Frans Kaisiepo-368 Letkol Laut (P) Wasis Priyono,ST.

Sumber: TNI

Rabu, 26 Januari 2011

TNI Siapkan Tender Pengadaan Kapal Selam

KRI Nanggala salah satu dari kapal selam TNI AL. Amerika Serikat berminat ikut tender pembelian dua kapal selam diesel oleh TNI AL. Sangat mengejutkan karena AS tidak memproduksi kapal selam diesel. (Foto: TNI AL)

26 Januari 2011, Bandung -- (MI.com): TNI Angkatan Laut tengah menyiapkan tender pengadaan dua kapal selam. Tender ditargetkan Ditargetkan tahun ini proyek tersebut bisa mulai dilaksakan dan selesai tahun 2014.

"Semua persyaratan administratif masih disiapkan sebelum jadwal tender diumumkan. Semoga bisa tahun ini," ungkap Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, di Bandung, Jawa Barat, Rabu (26/1).

Lebih lanjut ia menjelaskan, dalam proses tender tersebut semua perusahaan di berbagai negara berhak ikut. Hingga saat ini, ada perusahaan dari Korea, Prancis, Amerika, dan Jerman yang menyatakan berminat.

Meski demikian, Agus mewajibkan pemenang tender dari perusahaan asing untuk bekerja sama dengan perusahaan dalam negeri seperti PT PAL dan Bahari. Bentuknya bisa berupa join production atau transfer teknologi, tergantung tingkat kesulitan.

"Teknisi pembuatan kapal harus gabungan antara orang dalam negeri dan asing. Ini sangat penting agar kualitas teknologi dan sumber daya manusia kita di masa depan meningkat," paparnya.

Tender pengadaan dua kapal selam sebenarnya hendak dilaksanakan tahun lalu. Namun karena pemerintah belum memiliki anggaran, rencana tersebut ditunda.

Pengadaan dua kapal selam TNI AL diperkirakan menghabiskan biaya mencapai US$700 juta. Sumber pendanaan diperoleh dari utang luar negeri dengan fasilitas kredit ekspor.

Sumber: MI.com

Dubes Australia : Australia Menganggap Penting Hubungan Pertahanan Dengan Indonesia

Latihan maritim Indonesia-Australia. (Foto: Australia DoD)

25 Januari 2011, Jakarta -- (DMC): Pemerintah Australia menganggap penting adanya hubungan yang dijalin antara Pemerintah Australia dengan Pemerintah Indonesia, khusus hubungan kerjasama dibidang pertahanan dan keamanan.
Demikian dikatakan Duta Besar Australia untuk Indonesia, Greg Moriarty saat kunjungan resminya ke Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro (26/1) di Kantor Menhan, Jakarta.

Ditambahkannya, bidang pertahanan merupakan bagian yang sangat vital dalam rangka menyelenggarakan dan mengembangkan kehidupan masyarakat. Sehubungan dengan itu pemerintah Australia akan memberikan peranannya melalui kerjasama pertahanan untuk mewujudkan pengembangan kehidupan masyarakat yang lebih maju.

Dubes Australia juga menjelaskan, kerjasama pertahanan yang dimaksudkan ini nantinya akan dapat mencakup beberapa kerjasama seperti, pelatihan dan pertukaran personil, atau kerjasama strategi misi kemanusiaan bencana alam serta pasukan misi perdamaian dunia.

Pada kesempatan pertemuan itu, Dubes Australia mewakili pemerintahnya mengucapkan terimakasih atas dukungan dan bantuan yang besar dari TNI (Tentara Nasional Indonesia) untuk penanggulangan bencana banjir yang terjadi di Queensland, Australia beberapa waktu yang lalu.

Sebelumnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah membicarakan dengan Perdana Menteri Australia Julia Gillard, perihal kemungkinan Pemerintah Indonesia akan mengirimkan personil TNI untuk membantu dalam penanganan bencana banjir tersebut.

”Bantuan ini diterima dengan baik dan pemerintah Australia menyampaikan apresiasi atas komitmen Pemerintah Indonesia dalam membantu penanggulangan bencana banjir yang melanda di negeri kami. Inilah dukungan yang saling menguntungkan bagi kedua negara,” kata Dubes Australia.

Terkait beberapa kerjasama yang akan disepakati kedua negara, Duta Besar Australia mengharapkan agar bisa dilaksanakan saat kunjungan Menteri Pertahanan Australia ke Indonesia dalam jangka waktu dekat.
Sementara itu Menhan RI, Purnomo Yusgiantoro sangat berharap kunjungan kehormatan Menhan Australia Stephen Smith nantinya dapat membahas masalah-masalah kerjasama pertahanan, khususnya kerjasama penanganan keamanan Maritim di wilayah Samudera Hindia bersama dengan negara India.

Pada pertemuan itu, Menhan Purnomo Yusgiantoro juga menyampaikan penjelasan seputar masalah Reformasi dan penegakan HAM yang telah mengalami kemjuan pesat dalam beberapa tahun sejak era reformasi 1998. Saat pertemuan itu Menhan yang didampingi oleh Dirjen Strahan, Mayjen TNI Puguh Santoso dan Kepala Puskom Publik Kemhan RI, Brigjen TNI I Wayan Midhio.

Sumber: DMC

Selasa, 25 Januari 2011

TNI Akan Terus Konsentrasi di Pulau Terluar Indonesia

Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono memperhatikan sebuah foto pada pameran fotoi "Menjaga Tepian Tanah Air" di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung, Jabar, Rabu (26/1). Pameran yang diisi dengan diskusi itu menampilkan karya foto hasil dokumentasi perjalanan ke 92 pulau dalam "Ekspedisi Pulau-pulau Terdepan". (Foto: ANTARA/Agus Bebeng/ed/Spt/11)

26 Januari 2011, Bandung -- (PRLM): Untuk pengamanan di pulau terluar Indonesia, Tentara Nasional Indonesia (TNI) akan terus konsentrasi terhadap penjagaan di wilayah sana. Bahkan untuk pulau tak berpenghuni pun penjagaan tetap diperketat.

“Ada beberapa macam pengamanan yang dilakukan untuk di pulau terluar Indonesia. Untuk pengamanan di pulau terluar yang berpenghuni, kita tempatkan pasukan TNI Angkatan Darat dan Angkatan Laut. Lalu untuk pulau yang tidak berpenghuni pun kita menempatkan mariner dari TNI AL. Sedangkan untuk pulau yang hanya batu dan tidak berpenghuni, kita hanya patroli saja,” tegas Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, di Gedung Indonesia Menggugat, Jalan Perintis Kemerdekaan, Kota Bandung, Kamis (26/1) seusai acara pameran dan diskusi "Menjaga Tepian Tanah Air” yang diselenggarakan Wanadri.

Agus menjelaskan, alasan menempatkan pasukan gabungan dari TNI AD dan AL di pulau terluar karena di sana terdapat permasalahan hukum laut. Dimana hukum laut perlu ditegakkan di sana.

Lebih lanjut Agus mengatakan, pengamanan di laut terluar adalah guna menjaga keberadaannya. Dengan maksud agar tetap terjaga keberadaannya, kemudian tidak hilang secara fisik, ekonomis, dan politis.

Sumber: PRLM

Tarantula Pengintai dari Udara

(Foto: USN)

24 Januari 2011 -- (Majalah Tempo): Bila pun perang meledak di antara dua Korea, banyak yang berharap korban tentara dapat diminimalkan. Begitu pula jika terjadi baku tembak polisi dengan teroris, sebisa mungkin tak memakan korban petugas. Dalam beberapa tahun terakhir, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertahanan Amerika Serikat (DARPA) mengembangkan mesin perang sebagai tameng di garis depan.

Bekerja sama dengan Honeywell, perusahaan penerbangan yang berbasis di Morristown, New Jersey, Amerika, mereka membuat seri RQ, mesin terbang tanpa awak yang digerakkan dengan alat kontrol jarak jauh. Generasi teranyarnya dinamai RQ-16 T-Hawk atau Tarantula Hawk karena bentuknya yang bulat dan punya kaki-kaki seperti laba-laba.

Perangkat yang digunakan tentara infanteri Amerika pada tingkat peleton ini berfungsi untuk pengawasan, pengintaian, akuisisi target, dan manajemen pertempuran. Komponen utama T-Hawk berupa kontrol elektronik penerbangan, kamera video, serta penerima global positioning system dan radio. Mesin ini juga dilengkapi improvised explosive devices atawa perangkat peledak antideteksi, plus peluru kendali berdaya ledak maksimal untuk menghancurkan target.

Proyek yang menghabiskan dana lebih dari US$ 100 juta itu telah diuji coba pada beberapa wilayah, seperti Irak. T-Hawk mampu mendeteksi target besar seperti kendaraan musuh dari jarak jauh, tapi juga bisa menemukan obyek intai kecil seperti bom atau ranjau dalam jarak terbang terendah.

Selain oleh tentara Amerika, T-Hawk digunakan oleh Kementerian Pertahanan Inggris di Afganistan. Awal tahun ini, Kepolisian Miami juga membeli pesawat tanpa awak ini dari Honeywell dan tinggal menunggu persetujuan asosiasi penerbangan setempat. Di tangan mereka, T-Hawk akan difokuskan untuk operasi pencarian dan penyelamatan.

# Kecepatan: 130 kilometer per jam, idealnya 93 kilometer per jam; seri lainnya 28 kilometer per jam
# Ketinggian terbang: 3.200 meter
# Lama perjalanan: 45 menit
# Berat: 8,4-11 kilogram
# Sensor: kamera inframerah

Sumber: Majalah Tempo

Radar TNI AU Tak Pernah Deteksi Benda Luar Angkasa

Foto udara crop circle dari helikopter Colibri TNI AU. (Foto: Lanud Adisutjipto)

26 Januari 2011, Jakarta -- (TEMPO Interaktif): TNI Angkatan Udara mengklaim pihaknya tak pernah mendeteksi mampirnya benda-benda luar angkasa di radar mereka. “Kami nggak pernah menangkap ada benda asing yang masuk ke radar penerbangan,” kata Kepala Dinas Penerangan Umum TNI AU, Marsma Bambang Samoedro saat dihubungi, Rabu (26/1).

Bambang berujar, pihaknya beberapa kali ditanya soal lewatnya benda luar angkasa di radar, menyusul ditemukannya crop circle di Sleman dan Bantul, beberapa waktu lalu. Namun hal itu dibantah langsung oleh Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas).

“Radar AU terintegrasi dengan radar sipil. Kami sudah mengecek setelah dilapori beberapa orang di Yogyakarta, tapi selama ini memang belum pernah ada benda-benda asing yang lewat,” jelasnya.

Bambang sendiri tidak bisa memastikan soal siapa pembuat crop circle itu “Itu mungkin ahlinya langsung yang bisa mengungkap. Kalau dari kami, sejauh ini tidak pernah ada benda asing yang tertangkap radar,” tandasnya.

6 Bukti UFO Sleman Bikinan Manusia Versi LAPAN

Foto udara crop circle dari helikopter Colibri TNI AU. (Foto: Lanud Adisutjipto)

-Selasa (25/1) kemarin, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menelitik jejak crop circle yang ada di Dusun Rejosari, Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Sleman, Yogyakarta.

Dari penelitian itu, Tim menyimpulkan jejak yang ada di persawahan Sleman itu bukanlah jejak unidentification flying objek atau UFO.

Menurut Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Sri Kaloka, ada sejumlah ciri jejak crop circle itu buatan manusia. Ciri itu adalah:

1. Rebahan batang padi karena akibat ditekan hingga tercabut sampai ke akar-akarnya
2. Pola rebahan banyak yang tidak simetris antara satu dengan lainnya
3. Ditemukan lobang bekas ditancapkannya tongkat atau pipa di tengah lingkaran dan di sisi-sisi lainnya
4. Di bagian tengah juga ditemukan ada jalan dan jejak manusia
5. Di sekitar pola lingkaran dan pola tengah ditemukan beberapa batang padi yang tidak tertekan sampai roboh
6. Tidak ditemukan adanya bekas-bekas kebakaran di sekitar lingkaran termasuk sisa pembakaran mesin

"Ini murni buatan manusia," kata Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Sri Kaloka.

Sumber: TEMPO Interaktif

Kasau Serahkan OV-10 Bronco ke Musdirla


26 Januari 2011, Yogyakarta -- (Pentak Lanud Adisutjipto): Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat, Selasa (25/1) menyerahkan pesawat OV-10 Bronco kepada Kepala Museum Pusat TNI Angkatan Udara Dirgantara Mandala Letkol Sus Drs Sudarno. Acara serah terima dilaksanakan di Ruang Utama Museum dan dihadiri seluruh perserta Rapat Pimpinan TNI AU dan Apel Komandan Satuan Tahun 2011.

Dalam sambutannya Kepala Staf mengatakan, Museum Dirgantara Mandala adalah museum kebanggaan TNI Angkatan Udara yang mempunyai koleksi cukup lengkap yang merupakan wahana pembinaan minat dirgantara. Untuk itu, lanjut Kepala Staf, Museum Dirgantara perlu kepedulian kita semua. Bentuk kepedulian tersebut salah satunya adalah dengan penambahan koleksi, yaitu pesawat OV-10 Bronco.

Koorsahli Kasau Marsekal Muda TNI Pandji Utama dalam acara serah terima menuturkan bahwa pesawat buatan Amerika yang tiba di Indonesia tahun 1976 ini telah banyak melaksanakan berbagai kegiatan operasi. Sejak kedatangannya, pesawat yang mendapat sebutan “Si Kuda Liar” ini langsung dilibatkan dalam kegiatan Hari Ulang Tahun ABRI pada bulan Oktober 1976. Dan pada akhir Oktober 1976, “Si Kuda Liar Mendapat tugas untuk diterjunkan ke daerah operasi pemulihan keamanan di daerah Nusa Tenggara Timur.

Lebih lanjut Koorsahli Kasau mengatakan, pengabdian OV-10 Bronco tidak hanya diterjunkan dalam operasi Keamanan Dalam Negerin saja, namun juga dilibatkan dalam berbagai latihan. Koorsahli menyebutkan, berbagai latihan diantaranya Latihan Bina Garuda, Latihan Sikatan Daya, Latihan Angkasa Yudha, Latihan Gabungan TNI, Elang Thainesia serta sejumlah latihan lainnya.

“Untuk mengenang dan menghargai jasa serta pengabdian OV-10 Bronco, di Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta inilah monumen pesawat OV-10 Bronco didirikan,” terangnya.

Dalam kesempatan yang sama, setelah acara penyerahan dari Kasau, di bawah sayap pesawat “Si Kuda Liar” dilakukan penandatanganan Berita Acara Serah Terima Pesawat OV-10 Bronco. Penandatanganan dilakukan antara Komandan Pangkalan Udara Abdulrahman Saleh Marsekal Pertama TNI A. Dwi Putranto dengan Kepala Museum Pusat TNI Angkatan Udara Dirgantara Mandala.

Sumber: Pentak Lanud Adisutjipto

AU Ekuador Harapkan Kerjasama dengan TNI AU

Super Tucano AU Ekuador. (Foto: Wikipedia)

25 Januari 2011, Jakarta -- (DMC): Pemerintahan Ekuador, mengharapkan kerjasama dalam bidang pertahanan dengan pemerintahan Indonesia, khususnya kerjasama Angkatan Udara kedua negara. Hal tersebut disampaikan Duta Besar Ekuador untuk Republik Indonesia, Eduarto Alberto, saat melakukan kunjungan kerja kepada Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro, di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Selasa (25/1).

Dubes Ekuador mengatakan, saat ini Ekuador lebih menitikberatkan pada kerjasama angkatan udara dan Indonesia diharapkan dapat membuka kerjasama tersebut melalui penawaran kursus-kursus pelatihan bagi staf maupun perwira Angkatan Udara kedua negara. Beberapa kursus atau pelatihan yang diselenggarakan misalnya dalam pemeliharaan pesawat dan perawatan mesin pesawat ataupun sistim kelistrikan pada pesawat, dari tingkat menengah sampai dengan mahir.

Menanggapi harapan Pemerintahan Ekuador, Menhan mengatakan akan mengkaji terlebih dahulu kemungkinan kerjasama yang dapat dilaksanakan kedua negara melalui Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan Kemhan dan mengharapkan Pemerintahan Ekuador melalui kedutaannya dapat terus berkomunikasi dengan Kemhan. Salah satunya yang mungkin dapat dijajaki adalah pemeliharaan pesawat Super Tocano, mengingat saat ini pesawat tersebut telah dimiliki Angkatan Udara Ekuador.

Pada kesempatan tersebut, Menhan juga sempat menyampaikan keprihatinannnya terhadap kerusuhan yang dialami Pemerintahan Ekuador pada akhir September 2010, di mana muncul permasalahan antara pemerintah dan pihak kepolisian karena rencana memotong bonus sekaligus memperpanjang periode bagi polisi untuk mendapat kenaikan pangkat, yaitu dari lima menjadi tujuh tahun.

Pada kesempatan tersebut, Menhan didampingi Dirjen Strahan, Mayjen TNI Puguh Santoso dan Kepala Puskomlik Kemhan RI, Brigjen TNI I Wayan Medhio.

Sumber: DMC

KSAL: Alih Teknologi Perlu, Ekstremnya dengan 'Nyolong'

Maket LST rancangan PT. Kodja. (Foto: Berita HanKam)

25 Januari 2011, Jakarta -- (TEMPO Interaktif): Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Soeparno menekankan pentingnya dilakukan alih teknologi pembuatan alat utama sistem persenjataan (alutsista), khususnya di kalangan TNI AL. Pengadaan alutsista akan difokuskan dari hasil produksi dalam negeri.

"Yang sudah bisa kita buat sendiri (dalam negeri-red), pasti kita beli. Kalau setengah-setengah, ya kita join. Setengah dari luar (negeri), setengah dari dalam," kata Soeparno dalam jumpa pers usai membuka Rapat Pimpinan TNI AL 2011 di Markas Besar TNI, Cilangkap, Selasa 25 Januari 2011.

Jika pembelian alutsista produksi dalam negeri masih belum bisa diwujudkan lantaran teknologinya masih belum memadai, lanjutnya, maka TNI terpaksa memilih teknologi dari luar. "Namun ada embel-embelnya, yaitu transfer of technology. Jadi pelan tapi pasti, teknologi itu kita ambil dengan cara bermacam-macam," ujarnya.

Di antaranya, dengan cara mengirimkan tenaga ahli TNI ke luar negeri, atau sebaliknya mendatangkan tenaga ahli dari luar negeri untuk mengerjakan alutsista di Indonesia. Soeparno menilai, alih teknologi tidak akan maksimal jika hanya dilakukan dengan cara normal.

"Ya harus dengan macam-macam cara. Ekstremnya dengan nyolong juga. Maksudnya nyolong teknologi," kata dia. "Karena kalau yang resmi-resmi, yang penting-penting, yang harganya mahal, (teknologi) itu tidak dikasih ke kita."

Hingga tahun 2024 mendatang, TNI AL akan konsisten menuju pemenuhan kekuatan pokok minimal (Minimum Essential Force) TNI. Arah kebijakan TNI AL tidak akan berubah walaupun pejabat-pejabat yang ada di dalamnya berganti.

Sumber: TEMPO Interaktif