8 April 2009, Jakarta -- Kementerian Negara Riset dan Teknologi (Ristek) dan Mabes TNI Angkatan Udara (AU) sepakat untuk menjalin kerja sama penelitian dan pengembangan teknologi dirgantara.
Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Subandrio usai penandatangan nota kesepahaman Kementerian Ristek dan Mabes TNI AU, di Jakarta, Rabu, mengatakan, kesepakatan kerja sama tersebut merupakan momentum untuk makin mewujudkan kemandirian industri teknologi dirgantara.
"Hal itu selaras dengan kebijakan pemerintah untuk menggunakan dan memberdayakan produk dalam negeri, sehingga mengurangi ketergantungan kita dengan mancanegara," katanya.
Subandrio menambahkan, kerja sama itu menyangkut pengembangan dan pemberdayaan sumber daya, optimalisasi penelitian dan pengembangan, rancang bangun di bidang kedirgantaraan termasuk dalam peningkatan proses alih teknologi alat utama sistem senjata (alutsista) serta penerapan hasil litbang kedua pihak.
"Kesemua cakupan kerja sama itu dapat meningkatkan kesiapan operasional TNI AU dalam menjalankan peran, fungsi dan tugas pokoknya," katanya.
Sementara itu, Menristek Kusmayanto Kardiman mengatakan, kerja sama juga menyangkut audit teknologi pesawat-pesawat TNI AU baik angkut maupun tempur yang berusia diatas 20 tahun.
"Ada juga yang menyangkut alih teknologi antara kedua pihak. Jadi, terus terang kami memang tidak tahu teknologi pesawat, tetapi kami punya pengetahuan yang sama," katanya.
Beberapa pengembangan iptek yang telah dilakukan antara Kementerian Ristek dan TNI AU antara lain pengembangan roket 70 mm, pemanfaatan dan pengembangan pesawat nirawak, pengembangan bom tajam BT 250 dan pemanfaatan dan pengembangan blast effect bomb.
Kerja sama yang berlaku selama lima tahun itu juga berkerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia (DI), PT LEN, dan PT Krakatau Steel. (ANTARA)
Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Subandrio usai penandatangan nota kesepahaman Kementerian Ristek dan Mabes TNI AU, di Jakarta, Rabu, mengatakan, kesepakatan kerja sama tersebut merupakan momentum untuk makin mewujudkan kemandirian industri teknologi dirgantara.
"Hal itu selaras dengan kebijakan pemerintah untuk menggunakan dan memberdayakan produk dalam negeri, sehingga mengurangi ketergantungan kita dengan mancanegara," katanya.
Subandrio menambahkan, kerja sama itu menyangkut pengembangan dan pemberdayaan sumber daya, optimalisasi penelitian dan pengembangan, rancang bangun di bidang kedirgantaraan termasuk dalam peningkatan proses alih teknologi alat utama sistem senjata (alutsista) serta penerapan hasil litbang kedua pihak.
"Kesemua cakupan kerja sama itu dapat meningkatkan kesiapan operasional TNI AU dalam menjalankan peran, fungsi dan tugas pokoknya," katanya.
Sementara itu, Menristek Kusmayanto Kardiman mengatakan, kerja sama juga menyangkut audit teknologi pesawat-pesawat TNI AU baik angkut maupun tempur yang berusia diatas 20 tahun.
"Ada juga yang menyangkut alih teknologi antara kedua pihak. Jadi, terus terang kami memang tidak tahu teknologi pesawat, tetapi kami punya pengetahuan yang sama," katanya.
Beberapa pengembangan iptek yang telah dilakukan antara Kementerian Ristek dan TNI AU antara lain pengembangan roket 70 mm, pemanfaatan dan pengembangan pesawat nirawak, pengembangan bom tajam BT 250 dan pemanfaatan dan pengembangan blast effect bomb.
Kerja sama yang berlaku selama lima tahun itu juga berkerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia (DI), PT LEN, dan PT Krakatau Steel. (ANTARA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar