Sabtu, 21 Agustus 2010

Cara Dua Sahabat Menyambut Waktu Salat

(Oleh: H. Usep Romli, Pikiran Rakyat)

Dua sahabat Nabi Muhammad Rusulullah saw., Abubakar As Siddik dan Umar bin Khattab, tergolong as sabiqunal awwalun. Orang-orang yang masuk Islam sejak awal kelahiran Islam. Bersama Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar dan Umar melanjutkan kepemimpinan Islam dan umat Islam sepeninggal Nabi saw. Mereka berempat bergantian menjadi amirulmukminin (pemimpin orang-orang beriman) yang digelari “Khulafa’ur Rasyidin”, pemimpin utama.

Karakter sehari-hari Abu Bakar berbeda dengan Umar, walaupun keduanya tegas dan keras dalam menjalankan aturan hukum. Abu Bakar pernah memerangi kelompok-kelompok orang yang enggan membayar zakat. Sementara Umar tak segan-segan menghukum anaknya sendiri, Abdurrahman yang ketahuan meminum alkohol dengan 25 cambukan.

Jika terdengar Bilal ibnu Rabbah --seorang berkulit hitam namun suara emas-- mengumandangkan azan, Abu Bakar sering tercenung sedih. Kadang-kadang mencucurkan air mata. Badannya gemetar seperti ketakutan oleh sesuatu.

“Wahai Abu Bakar, mengapa setiap mendengar azan, engkau selalu begitu?” tanya seorang sahabat.

Setelah lama menahan tangis agak mereda, Abu Bakar menjawab.
“Sahabatku, azan adalah panggilan menegakkan salat. Sedang salat merupakan saat pertemuan kita dengan Allah SWT. Kita menyerahkan segala hidup, mati, dan ibadah hanya kepadaNya. Aku takut, aku malu, karena aku datang kehadapannya membawa kehinaan dan ketikberdayaanku melawan dosa-dosa. Takut dan malu karena kelemahan imanku dan ketiadaan amal solehku. Apa yanga harus kubanggakan di hahadapanNya, yang Maha Melihat dan Maha Mencatat segala kekuranganku dalam mensyukuri nikmatNya yang tak terbilang?”

Semenatara Umar, setiap mendengar azan kelihatan gembira ria. Tersenyum-senyum bahagia. Membuat semua yang menyaksikan terheran-heran.

“Wahai Umar. Mengapa setiap mendengar kumandang azan, engkau selalu begitu?” tanya seorang sahabat.

Tanpa ragu, Umar menjawab, “Bagaimana tidak gembira perasaanku? Saat salah adalah saat pertemuanku dengan Allah SWT. Aku dapat berkomunikasi langsung denganNa. Dapat menyampaikan doa permohonanku agar dikuatkan iman kepadaNya, dan agar diberi kemampuan beramal saleh kepada sesama manusia.

Karena iman dan amal saleh merupakan fondasi kehidupan kita untuk menerima limpahan rahmat karuniaNya. Dalam salat pula aku menohon ampun atas segala dosa dan kekuranganku sebagai manusia. Aku percaya, Allah SWT akan memberi ampunan kepada siapa saja yang bertobat, Maha Pengampun dan Maha Pengasih kepada mahluk-mahlukNya yang lemah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar