Selasa, 24 Agustus 2010

Ini Pengalaman Pegawai KKP di Malaysia

Dua dari tiga petugas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang ditangkap polisi laut Malaysia, Seivo Grevo Wewengkang (2kiri), Asriadi (kiri), didampingi Dirjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (P2SDKP) Aji Sularso (2kanan), memberikan keterangan di depan Komisi I DPR, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (24/8). Komisi I DPR meminta keterangan ketiga petugas dan atasannya tersebut terkait proses penangkapan mereka oleh polisi laut Malaysia. (Foto: ANTARA/Ismar Patrizki/pd/10)

24 Agustus 2010, Jakarta -- Komisi I DPR RI mendengar kronologi penangkapan tiga pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) oleh Polisi Diraja Malaysia di perbatasan Indonesia-Malaysia di perairan Bintan, 13 Agustus lalu.

Erwan, Asriadi, dan Sievo Grevo Wewengkang diminta bertutur tentang pengalaman mereka saat insiden terjadi kepada para anggota Dewan, Selasa (24/8/2010). Mereka ditemani Dirjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Aji Sularso serta Direktur Pengawasan Sumber Daya Perikanan Happy Simanjuntak.

Wewengkang mengatakan, para petugas yang berangkat dari pantai sempat berbuka puasa di kawasan Batu Ampar sebelum menemukan lima kapal nelayan Malaysia di wilayah perbatasan. "Tiba di sana (lokasi), pukul 07.00 lebih. Identifikasi kami, itu kapal asing karena banyak lampu. Kami periksa satu kapal. Pak Hermanto, bos kami, nyari-nyari kapal lain. Jadi, kami dapat lima kapal dan mau dibawa ke Batam," tuturnya di depan anggota Dewan.

Namun, setengah jam kemudian Polisi Diraja Malaysia datang. Kapal patroli DKP yang sudah menjauh lantas dikejar. Wewengkang pun mendengar bunyi tembakan dua kali. Karena takut, mereka pun berhenti.

"Kami terus disuruh naik ke kapal Police Malaysia dan disuruh ikut ke Johor. Kami sempat diikat dan ditanya dari mana. Setelah ditanya dari mana, baru dibuka ikatannya, dikasih minum. Terus kami dibawa ke Balai Pengerah, semacam polsek. Sabtu sore dibawa ke polres, terus dimasukin ke penjara polres," tambahnya.

Di penjara, mereka diminta membuka baju, sedangkan ponsel dan dompet mereka disita. Selama di penjara, mereka bertelanjang dada tanpa baju tahanan dan hanya mengenakan celana pendek.

Rasanya saya ingin melompat saja

Apa yang terjadi di malam naas pada 13 Agustus lalu sepertinya sangat sulit dilupakan tiga pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan Kepulauan Riau. Mereka ditangkap aparat Polisi Diraja Malaysia ketika tengah menangkap tiga nelayan Malaysia yang diduga mencuri ikan di perairan Indonesia.

Salah satu petugas DKP, Erwan, mengatakan, malam itu sungguh menakutkan baginya. Ketika sedang membawa kapal nelayan asal Malaysia itu ke dermaga terdekat, dia dan dua kawannya justru dikagetkan oleh dua kali tembakan. Sesaat kemudian, mereka disuruh naik ke kapal patroli Malaysia.

"Waktu itu, rasanya saya mau lompat saja ke laut," katanya di depan anggota Komisi I DPR RI, Selasa (24/8/2010). Erwan bersama Asriadi dan Seivo Grevo Wewengkang akhirnya dibawa Polisi Diraja Malaysia ke kantor polisi sekelas polres di Johor, Malaysia.

Menurut cerita Seivo sebelumnya, mereka diikat dan ditanyai asalnya. Setelah itu, ikatan dibuka dan mereka diberi minum. Kemudian, mereka dimasukkan ke dalam penjara dan diminta membuka baju seragam DKP yang mereka kenakan. Ponsel dan dompet turut disita.

Ketiganya bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek saat berada di tahanan. Keadaan itu berlanjut hingga Direktur Pengawasan Sumber Daya Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Happy Simanjuntak datang untuk bernegosiasi membebaskan mereka.

KOMPAS.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar