(Oleh: Hj. Nunung Karwati, Pikiran Rakyat)
Pada saat seorang sahabat Rasulullah saw, kehilangan salah satu anaknya, Nabi Menyampaikan satu Hadis qudsi di tengah kerumunan sahabat-sahabatnya. “Ketahuilah wahai sahabat-sahabatku, Allah bertanya kepada malaikat-Nya, ‘Sudahkah engkau cabut ruh hamba-Ku?’ Malaikat menjawab, ‘Sudah ya Allah’. Allah Azza wa Jalla bertanya, ‘Sudahkah engkau cabut ruh buah hatinya?’ Malaikat menjawab, ‘sudah yaAllah, Allah pun bertanya lagi, ‘Apa yang diucapkan hamba-Ku itu?’ Malaikat menjawab, ‘Dia memuji Engkau ya Allah dan beristirja.’ Allah kemudian berkata, ‘Buatkanlah baginya rumah yang indah di surga dan jadikanlah rumah itu selalu dipuji oleh siapa pun yang melihatnya kelak.’ (HR Ahmad).
Beristirja adalah mengucapkan innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Seorang sahabat pada zaman Nabi, Khansa terkenal dengan gelaran Ibu para syuhada. Beliau adalah yang fasih, mulia, murah hati, tenang, berani, tegas, dan pandai bersyair. Beliau terkenal dengan syair-syairnya yang berisi kenangan kepada orang-orangnya yang telah tiada mendahului ke alam baka.
Diriwayatkan bahwa ketika Adi bib Hatim dan saudaranya, Safanah binti Hatim datang ke Madinah dan menghadap Rasulullah saw, mereka berkata, “Ya Rasulullah, dalam golongan kami ada yang palling pandai dalam bersyair dan orang yang paling pemurah hati, dan orang yang paling pandai berkuda. “Rusulullah bersabda, “Siapakah mereka itu. Sebutkan namanya.”
Adi menjawab, “Adapun yang paling pandai bersyair asalah Umru’ul Qais bin Hujr, dan orang yang paling pemurah hati adalah Hatim Ath-Tha’I, ayahku. Dan yang paling pandai berkuda adalah Amru bin Ma’dikariba.”
Rasulullah saw. Bersabda, “Apa yang telah engkau katakan itu salah, wahai Adi. Orang yang paling pandai bersyair adalah Khansa bin Amr, dan orang yang paling murah hati adalah Muhammah Rasulullah, dan orang yang paling pandai berkuda adalah Ali bin Abi Thailib.”
Khansa menikah dengan Rawahah bin Abdul Aziz As Sulami. Dari pernikahan itu ia mendapatkan empat orang anak laki-laki. Dan melalui pembinaan dan pendidikan tangan-tangannya, keempat anak ini telah menjadi pahlawan-pahlawan Islam yang terkenal. Dan Khansa seniri terkenal sebagai Ibu dari para syuhada. Hal itu disebabkan dorongannya terhadap keempat anak lelakinya yang telah gugur syahid di medan Qadisiyah.
Sebelum peperangan, terjadilah perdebatan yang sengit di rumah Khansa. Di antara keempat anaknya telah terjadi perebutan kesempatan mengenai siapakah yang akan ikut berperang melawan tentara Persia, dan siapakah yang harus tinggal di rumah bersama ibunda mereka karena ayah mereka telah lebih dulu menjadi syuhada. Keempatnya saling tunjuk kepada yang lainnya untuk tinggal di rumah. Masing-masing ingin turut berjuang fi sabilillah melawan musuh.
Rupanya pertengkaran itu telah terdengar ibunda mereka, khansa lalu mengumpulkan keempat putranya.
Kemudian Khansa berkata, “Wahai anak-anakku, sesungguhnya kalian memeluk agama itu tanpa paksaan. Kalian telah berhijrah dengan kehendak sendiri. Demi Allah, yang tiada Tuhan selain Dia. Sesungguhnya kalian ini anak-anak dari seorang laki-laki dan dari seorang ibu yang sama. Tidak pantas bagiku untuk mengkhianati bapakmu, atau membuat malu pamanmu, atau mencoreng arang di kening keluargamu.”
Bila kalian telah memasuki waktu pagi dan Allah menghendaki kalian dalam keadaan selamat, bersiaplah untuk memerangi muush-musuh kalian dengan penuh waspada. Hanya Allah yang akan menolong kalian untuk mengalahkan muush-musuh-Nya. Jika kalian telah melihat perang, singsingkanlah lengan baju dan berangkatlah, majulah paling depan niscaya kalian akan mendapatkan ghanimah dan kemulian di tempat yang kekal dan abadi di surga. Wahai anakku, carilah maut niscaya dianugrahi hidup.”
Anak-anaknya mendengarkan wasiat tersebut dan keluar dari sisi ibunya dalam keadaan gembira. Saat fajar menyingsing, mereka meninggalkan markas dan menuju medan perang. Mereka berjuang mati-matian melawan musuh hingga musuh yang terbunuh di tangan mereka. Akhirnya satu persatu putra Khansa pun syahid.
Ketika Khansa mendengar kematian anak-anaknya dan kesyahidan semuanya, sedikit pun ia tidak merasa sedih dan kaget. Ia pun beristirja dan terus berkata, “Alhamdulillah, Allah telah memuliakan anak-anakku. Semoga Allah segera memanggilku dan berkenan mempertemukan aku dengan anak-anakku dalam naungan rahmat-Nya yang kokoh di surga-Nya yang luas.”
Khansa meninggal dunia pada masa permulaan kekhalifahan Utsman bin Affan ra., yaitu pada tahun ke-24 Hijriah. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada Khansa, ibu para syuhada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar