(Oleh: Hj. Nunung Karwati, Pikiran rakyat)
Ketika Rasulullah saw, sakit menjelang akhir hayatnya, pada suatu majelis beliau berpesan kepada para sahabatnya. “JIka aku melakukan kezaliman pada kalian walau sebesar biji zarah (biji sawi), balaslah saat ini juga. Janganlah kalian datang kepada Allah SWT kelak dihari kiamat menuntutku atas perbuatanku yang merugikan kalian di dunia ini,” kata Rasulullah.
Semua yang hadir terdiam. Tiba-tiba Ukasyah ra. bertanya, “Ya Rasulullah, ketika aku dahulu masih kafir, dalam perang Badar, engkau menarik bajuku hingga robek, dan memukul pundakku dengan tongkat. Apakah engaku sengaja memukul saya atau hendak memukul unta baginda?”
Rasulullah berkata, “Wahai Ukasyah, aku sengaja memukul kamu.” Ukasyah pun berkata, “Ya Rasulullah, izinkan aku menuntut balas darimu.”
Seketika gaduhlah majelis tersebut karena ada sahabat yang tega menuntut balas pada Baginda Nabi. Umar bin Khattab langsung berdiri dan menghardik Ukasyah.
“Biarkan aku membawanya keluar ya Rasulullah. Ia telah berlaku tidak sopan terhadapmu. Tidak pernah kami merasakan suatu kezaliman pun walau kecil yang engkau lakukan terhadap kami.”
Rasulullah tersenyum dan meminta Umar untuk duduk kembali. Disuruhnya Bilal ra.. untuk mengambil tongkatnya yang disimpan di rumah Fatimah. Bilal kelaur dari masjid menuju ke rumah Fatimah sambil meletakkan tangannya si atas kepala dengan berkata, “Rasulullah telah menyedikan dirinya untuk diqisas.”
Setelah Bilal sampai di rumah Fatimah, maka Bilal menyampaikan maksudnya untuk mengambil tongkat Nabi. Fatimah pun heran dan bertanya. “Wahai Bilal, untuk apa ayahku minta tongkatnya.” Berkata Bilal ra., “Wahai Fatimah, Rasulullah saw. Telah menyediakan dirinya untuk diqisas.”
“Siapakah manusia yang sampai hatinya untuk mengqisas Rasulullah saw?” Bilal tidak menjawab pertanyaan Fatimah..Setelah Fatimah memberikan tongkat tersebut. Bilal pun membawa tongkat itu kepada Rasulullah, kemudian beliau pun menyerahkan kepada Ukasyah.
Abu Bakar dan Umar tidak tinggal diam, keduanya tampil ke depan sambil berkata, “Wahai Ukasyah, janganlah kamu qisas Rasulullah, qisaslah kami berdua.”
Mendengar pembelaan kedua sahabatnya itu, Rasulullah segera berakata, “Wahai Abu Bakar, Umar duduklah kamu berdua, sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan tempatnya untuk kamu berdua.”
Kemudian Ali berdiri lalu berkata, “Wahai Ukasyah! Aku adalah orang yang senantiasa berada di samping Rusulullah, pukullah aku dan janganlah kamu mengqisas Rasulullah.”
Lalu Rasulullah berkata, “Wahai Ali duduklah kamu, sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan tempatmu dan mengetahui isi hatimu.”
Setelah itu, Hasan dan Husein bangun dengan barkata, “Wahai Ukasyah, bukankah kamu tahu bahwa kami ini adalah cucu Rasulullah saw., kalau kamu mengqisas kami sama dengan kamu mengqisas Rasulullah.”
Mendengar kata-kata cuucunya, Rasulullah pun berkata, “Wahai buah hatiku duduklah kamu berdua.”
Rasulullah berkata, “Wahai sahabat Ukasyah pukulah saya kalau kamu hendak memukul. Aku rida.”
Kericuhan semakin menjadi, isak tangis semakin keras. Anggota majelis semakin banyak karena tersebar kabar bahwa Rasulullah yang agung akan diqisas. Para sahabat pun tidak berdaya mencegah Ukasyah karena Nabi telah mempersilahkan Ukasyah untuk melakukan qisas.
Kemudian Ukasyah berkata, “Ya Rusulullah, anda telah memukul saya sewaktu saya tidak memakai baju karena bujuku robek saat engkau renggut.” Maka Rasulullah pun membuka baju. Setelah Ukasyah melihat tubuh Rasululah, ia pun maju ke depan dengan membawa tongkat.
Namun, tongkat itu justru dicampakkannya dan ia mencium Rasulullah seraya berkata, “Saya tebus engkau dengan jiwa saya ya Rusulullah, siapakah yang sanggup memukulmu? Saya melakukan ini karena ingin menyentuh badanmu yang dimuliakan Allah dengan badan saya. Dan Allah menjaga saya dengan kehormatanmu.”
Takbir pun bergema. Kemudian Rasulullah berkata sambil menunjuk Ukasyah, “Dengarlah kamu sekalian, sekiranya kamu hendak melihat ahli surga, inilah orangnya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar