(Foto: Tribun News)
01 Desember 2010, Jakarta -- Kementerian Pertahanan berharap privatisasi PT Krakatau Steel melalui IPO tidak sampai menggoyahkan kebangkitan industri pertahanan nasional. "KS memang memiliki nilai strategis, termasuk untuk mendukung pertahanan nasional. Karena itu, diharapkan privatisasi melalui IPO tidak berdampak pada kebangkitan industri pertahanan nasional," kata Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin di Jakarta, Rabu (1/12).
Ia berharap, melalui privatisasi tersebut, PT KS tetap dapat memenuhi kebutuhan industri pertahanan nasional secara maksimal. "Untuk itu, KS harus kuat secara permodalan dan salah satunya mungkin melalui privatisasi. Namun, yang jelas apapun langkah yang diambil untuk memperkuat modal KS, harus dapat memenuhi kebutuhan produsen atau industri pertahanan nasional," ujar Sjafrie.
Sejumlah pengamat ekonomi menyatakan, privatisasi KS melalui IPO dapat mengancan industri pertahanan nasional. Ekonom Hendri Saparini mengemukakan, privatisasi PT KS lewat IPO adalah kesalahan fatal.
"Terlalu banyak alasan strategis yang dapat kami ajukan untuk menolak privatisasi PT KS. Apalagi Indonesia sangat memerlukan dukungan industri baja yang dapat diarahkan untuk mendukung pembangunan ekonomi," tuturnya.
Ia menambahkan, kuantitas dan kualitas infrastruktur yang terbatas sangat memerlukan pasokan baja. Belum berkembangnya industri permesinan nasional juga membutuhkan dukungan BUMN baja.
"Industri baja juga akan menjadi bagian penting pembangunan industri strategis pertahanan keamanan. Sehingga, penguasaan kepemilikan pemerintah terhadap PT KS sebagai satu-satunya BUMN baja tentu sangat penting," katanya.
Sementara itu, Mantan Menteri Keuangan, Fuad Bawazir menilai, jika saham KS dijual melampaui 30 persen maka akan berbahaya bagi industri pertahanan Indonesia. "Jika dijual lebih dari 30 persen maka asing menguasai saham KS dan industri pertahanan nasional dalam bahaya," ujarnya menegaskan.
Selama ini PT KS Persero, menjadi mitra PT Pindad, dalam pemenuhan bahan baku senjata laras senapan serbu TNI berbagai varian, dengan kapasitas porduksi 14 ribu pertahun. Selain PT Pindad, KS juga menjadi mitra bagi PT PAL dan PT Dirgantara Indonesia dalam mendukung industri pertahanan nasional.
2011, Krakatau Steel Ekspor Baja 220.000 Ton
PT Krakatau Steel Tbk (KS) menargetkan pada 2011 mampu meningkatkan volume ekspor baja 15-20 persen atau mencapai 220.000 metrik ton, dari perkiraan ekspor 2010 sekitar 180.000-190.000 metrik ton.
"Tahun depan (2011) kami perkirakan ekspor akan menanjak dari periode sebelumnya," kata Direktur Pemasaran KS Irvan K Hakim, di Jakarta, Rabu.
Menurutnya Irvan, volume ekspor baja KS tetap sebesar 10 persen, namun produksinya ditingkatkan sehingga otomatis mendorong volume ekspor.
Ia menjelaskan, kenaikan ekspor merupakan dampak adanya kenaikan volume penjualan. Hingga akhir 2010, diutarakannya, penjualan baja KS diperkirakan berkisar 1,8 juta ton-1,9 juta ton. Sedangkan 2011, penjualan baja KS akan naik menjadi 2,2 juta ton.
"Produksi mengalami kenaikan, setelah kapasitas produksi kembali meningkat pasca beroperasinya pabrik secara penuh. Sebelumnya ada mesin pabrik dihentikan sementara operasionalnya, untuk upgrade kapasitas," tegas Irvan seperti dikutip Antara.
Ia menambahkan, naiknya volume ekspor baja ini berdampak positif untuk perusahaan. Pasalnya, harga baja masih akan terus menunjukkan kecedenderungan menguat hingga 2011.
Harga baja diperkirakan bakal naik sepanjang Juli sampai Desember 2010 sebesar 12 persen, dibanding periode yang sama tahun lalu.
Menurut catatan, harga baja rata-rata periode Juli-Desember 2009 sekitar US$ 500 per ton, sedangkan harga baja lembaran sekitar US$ 700 per ton. Hingga akhir tahun 2010, bahkan diperkirakan bisa menyentuh level US$ 780 per ton.
Menurut Irvan, apabila kondisi perekonomian terus membaik, dipastikan penjualan baja juga positif. Selain meningkatkan ekspor, KS juga bertekad meningkatkan penjualan baja di sektor otomotif.
Saat ini, pangsa pasar baja KS untuk produk otomotif hanya sebesar 6,34 persen. Tahun 2011, pangsa pasar ini akan dinaikkan dua kali lipat menjadi sekitar 12,8 persen.
"Sektor otomotif selalu berkembang. Permintaan akan terus bertambah, penjualan sepeda motor dan mobil tetap tinggi," tegas Irvan.
Republika/Investor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar