Senin, 27 Desember 2010

Sang Bapak Ilmu Bedah, Al Zahrawi (936-1013)

Ketika peradaban Islam berjaya di Andalusia (sekarang Spanyol), Cordoba (suatu wilayah di Spanyol) menjadi tempat favorit bagi orang-orang Eropa yang akan menjalani operasi bedah. Salah satu tokoh yang berkontribusi signifikan bagi perkembangan ilmu bedah adalah Abu Al Qasim Khalaf Ibn Al Abbas Al Zahrawi atau di Barat dikenal sebagai Abulcasis.

Al Zahrawi lahir di kota Al Zahra, enam mil sebelah barat laut Cordoba. Al Zahrawi menjalani sebagian besar masa hidupnya di Cordoba, tempat ia belajar, mengajar, dan berpraktik kedokteran.

Selain termasyhur sebagai dokter yang hebat, Al Zahrawi juga dikenal sebagai Muslim yang taat. Hidupnya bagai seorang sufi. Ia kebanyakan melakukan pengobatan secara cuma-cuma karena menganggap melakukan pengobatan kepada para, pasiennya merupakan bagian dari amal atau sedekah. Ia mengingatkan para mahasiswanya, yang dipanggilnya dengan sebutan "anak-anakku" akan pentingnya hubungan baik antara dokter dan pasiennya.

Ia juga menekankan pentingnya merawat pasien sebaik mungkin tanpa membedakan status sosial. Dia mendorong observasi yang teliti pada kasus-kasus individual agar tercapai diagnosis yang akurat dan perawatan terbaik. Al Zahrawi pun selalu mengingatkan agar para dokter berpegang pada norma dan etika kedokteran dan tidak menggunakan profesi dokter hanya untuk meraup keuntungan materi.

Karya terbaik Al Zahrawi adalah Kitab Al Tasrif yang rampung pada tahun 1000. Buku yang terdiri atas tiga puluh volume ini membahas berbagai masalah medis yang luas seperti ilmu bedah, ortopedi, optamologi, farmakologi, kedokteran gigi, ilmu gizi, obstetri, dan lain-lain. Al Zahrawi memperkenalkan lebih dari dua ratus alat bedah. Sebagian besar di antaranya merupakan karya orisinal yang belum pernah digunakan sebelumnya dan beberapa di antaranya masih digunakan dalam pembedahan modern.

Beberapa peralatan bedah hasil karya Al Zahrawi di antaranya peralatan bedah gigi, benang bedah, jarum bedah, pisau bedah, currete, retraktor, specula, surgical rod, alat untuk menjahit bagian dalam rubuh, alat untuk mengeluarkan batu dalam kandung kemih, alat untuk memeriksa telinga, alat untuk membantu persalinan, dan lain-lain. Penemuan penting lain dari Al Zahrawi adalah perban dan plester yang penting dalam tindakan pertolongan pertama. Al Zahrawi pulalah yang menemukan gips untuk perawatan tulang.

Kitab Al Tasrif juga membahas penyiapan obat-obatan yang diperlukan untuk penyembuhan pasca-operasi dengan teknik sublimasi dan distilasi. Kitab ini juga merupakan buku yang pertama tercatat yang menjelaskan sifat-sifat turunan hemophilia.

Al Zahrawi juga berjasa dalam bidang kosmetika. Produk-produk seperti deodoran, hand lotion, dan pewarna rambut merupakan hasil pengembangan dari karya Al Zahrawi.

Kitab Al Tasrif kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Latin dan Ibrani. Selama 500 tahun karya Al Zahrawi menjadi sumber pengetahuan medis bagi Eropa, menjadi rujukan para dokter dan ahli bedah dan menjadi teks medis utama di berbagai universitas di Eropa.

Sebagai penghormatan terhadap Al Zahrawi, sebuah jalan di Corodoba di beri nama "Calle Albuca-sis". Di jalan ini terdapat rumah nomor 6 yang merupakan tempat tinggal Al Zahrawi. Kini rumah ini menjadi cagar budaya yang dilindungi Badan Kepariwisataan Spanyol. (Akhmad Taufik, alumnus Universitas Padjadjaran, "Pikiran Rakyat”)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar