Hawk TNI AU. (Foto: TNI AU)
17 Juli 2009, Batam -- Pesawat tempur negara asing dipaksa mendarat oleh dua pesawat tempur TNI AU jenis Hawk 209 karena melanggar wilayah udara Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dua pilot pesawat asing jenis Hawk tersebut ditahan di ruang tahanan TNI AU di Hang Nadim, Kamis (16/7), sambil menunggu diplomasi kedua negara. Sebelum dipaksa mendarat, dua pesawat tempur TNI AU melakukan pengejaran setelah mendapat perintah dari Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional yang ada di Jakarta. Pesawat tempur negara asing yang terbang pukul 09.00 WIB sudah masuk ke wilayah Indonesia sehingga harus dilakukan pengusiran. Namun tidak berhasil. Akhirnya pesawat tempur TNI AU memaksa pesawat asing tersebut mendarat di Batam guna diperiksa lebih mendalam.
Aksi kejar-kejaran di udara terjadi di wilayah udara Pulau Kundur dan Batam. Dan pukul 10.30 WIB, akhirnya pesawat musuh mendarat di Batam. Itulah skenario latihan Perkasa A bagian barat di Batam yang berlangsung 13-17 Juli di Selat Malaka, Batam, Lanud Tanjung Pinang, dan Sumatera. Suasana Bandara Hang Nadim menjadi ramai setelah pesawat musuh jenis Hawk mendarat. Pandangan petugas bandara, maupun warga yang menyaksikan semuanya tertuju aksi TNI AU yang mengamankan dua pilot pesawat asing.
Setelah pesawat Hawk kode TL 002 mendarat, mobil pemandu dari TNI AU membawa pesawat tersebut ke tempat yang aman jauh dari gedung pemerintah. Hal itu bertujuan untuk antisipasi meledaknya pesawat. Sedangkan empat mobil dibelakang pesawat Hawk itu terdiri dari satu unit mobil pemadam kebakaran, satu unit ambulan dan dua mobil prajurit yang siap membidikkan senjata ke arah pesawat tempur negara asing. Setelah pesawat berhenti, enam pasukan TNI AU langsung mendekat dengan dilengkapi senjata laras panjang untuk mengamankan dua pilot asing. Dua ekor anjing juga disiapkan.
Baru saja dua pilot turun dari pesawat, POM TNI AU langsung memborgol. Salah satu pilot mencoba melarikan diri. Dengan cepat, petugas POM TNI AU langsung melumpuhkan. Dengan tangan diborgol, kedua pilot itu dibawa ruang pemeriksaan. Setelah diinterogasi, langsung dijebloskan ke dalam tanahan untuk proses diplomasi lanjutan kedua negara. Menurut Komandan Pangkalan Udara Tanjungpinang Letkol Pnb Nandang Sukarna, puncak latihan sudah sesuai dengan skenario yang dibuat.
”Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar. Semua prosedur dan uji radar sudah berjalan baik,” kata Nandang Sukarna kepada Batam Pos, kemarin di Hang Nadim. Latihan melibatkan 1.100 prajurit terdiri unsur-unsur pertanan udara (Hanud), pesawat tempur buru sergap (Buser) Hawk 109/209 dari Skuadron Udara 12 Lanud Pakanbaru sebagai Buser, Hawk 109/209 dari Skuadron 1 Lanud Supadio sebagai Bulsi, Helikopter SAR dan Satuan tembak (Satbak) Detasemen peluru kendali (Denrudal) 004/I/ Bukit Barisan serta, Kapal Republik Indonesia (KRI) Hanud yang siaga di perairan Kepri dan Dumai.
“Saat ini sedang terjadi negosiasi di level atas mengenai kelanjutan status pilot. Mekanisme sudah kita laksanakan. Tugas Danlanud juga sudah selesai dengan menahan pilot. Kita sudah sesuai dengan aturan,” katanya. Setelah melakukan latihan mulai 13 Juli, Jumat, tiga pesawat tempur kembali ke Pekanbaru. Kolonel Hari Widodo, yang bertindak sebagai pengawas latihan gabungan mengatakan, latihan sudah mencapai target yang diharapkan. Semua sistem keamanan yang dimiliki TNI AU sudah berkerja dengan baik.
Latihan ini lanjutnya, diharapkan mampu meningkatkan kemampuan profesional, baik perorangan maupun satuan dalam mengaplikasikan dan penerapan doktrin operasi pertahanan udara, untuk menyusun rencana operasi yang disiapkan berdasarkan analisa kontijensi yang diperkirakan akan terjadi.
BATAM POS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar