Dua ledakan bom terjadi di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton. Di Hotel JW Marriott bom meledak di lobi hotel. Pasca ledakan kesibukan terlihat di Hotel JW Marriott. Serpihan kaca tampak berserakan. (Foto: detikFoto/Ari Saputra)
22 Juli 2009, Jakarta -- Kepala Staf TNI AD (KSAD) Jenderal Agustadi Sasongko Purnomo mengatakan, perlu pendekatan persuasif (soft power) guna menangkal ideologi kekerasan dalam aksi terorisme. Salah satunya melalui pendekatan terhadap istri, anak, dan keluarga para pelaku.
Orang-orang terdekat tersebut yang akan mendekati pelaku agar memberikan informasi yang penting pada aparat. "Jika merasa dimanusiakan, mereka mau membongkar apa yang diketahui tentang jaringan itu," katanya usai menghadiri pembukaan program pascasarjana Universitas Pertahanan di Departemen Pertahanan, Jakarta, Selasa (21/7).
Menurutnya, aparat keamanan tidak kebobolan dalam peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton, beberapa hari lalu. Sebaliknya, dia melihat kepedulian masyarakat kurang dengan keberadaan pelaku terorisme.
Seharusnya, kata dia, rakyat melaporkan semua hal yang mencurigakan pada aparat. "Butuh rakyat yang ikut memiliki keamanan. Karena keamanan milik semua, bukan aparat saja," kata Lulusan Terbaik Akademi Militer tahun 1974 itu.
Kepala Badan Intelijen Strategis TNI (BAIS)) Mayor Jenderal Syafnil Armen mengatakan, semua informasi intelijen yang dimiliki militer telah dikoordinasikan Badan Intelijen Negara (BIN). Mereka secara periodik melaporkan pada BIN. Termasuk indikasi peledakan bom di kedua hotel bintang lima tersebut.
"Setiap ada ancaman selalu dilaporkan. Tapi BIN yang mengembangkan," katanya.
Di tempat yang sama, Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono mengatakan, kerja sama antiteror antara Indonesia dan sejumlah negara terus ditingkatkan dalam berbagai bentuk.
Indonesia telah menjalin kerja sama dengan sejumlah negara seperti Arab Saudi, Pakistan, Kuwait, Afganistan, dan Turki. Kerja sama yang dilakukan fokus pada penanganan teror secara persuasif, tanpa mengabaikan kekuatan dengan kekerasan.
"Tapi penanganan teror antaraparat tetap berada di bawah kendali otoritas keamanan Indonesia," katanya.
Dia melihat, untuk menghindari spekulasi sebab-musabab ledakan di Mega Kuningan itu, semua pihak hendaknya bersabar menunggu hasil penyelidikan Polri. (JURNAL NASIONAL/Adhitya Cahya Utama)
Rusia Tawari Indonesia Kerjasama Berantas Terorisme
20 Juli 2009, Pontianak -- Seorang anggota pasukan khusus Paskhas TNI AU memegang sepucuk pistol berjenis FN yang ditemukan di laci dashboard sebuah mobil yang akan masuk ke area bandara Supadio Pontianak, Kalbar, Senin (20/7). Pasca ledakan bom di hotel JW Marriott dan Ritz Carlton Jakarta, sejumlah objek vital di Kota Pontianak dijaga ketat oleh Polri dan TNI. (Foto: ANTARA/Jessica Wuysang/ss/ama/09)
Selain mengutuk terorisme 17 Juli di Mega Kuningan, Jakarta dan menyampaikan simpati mendalam untuk para korban, Rusia menawarkan kerjasama kepada Pemerintah Indonesia untuk memberantas terorisme sehingga tidak terulang lagi di masa depan, demikian Counsellor Pensosbud KBRI Moskow M. Aji Surya dalam keterangan yang diterima koresponden Antara London, Rabu.
Menurut M Aji Surta, pernyataan itu merupakan inti dari sikap Pemerintah Rusia yang dirilis pada 18 Juli lalu oleh Kementerian Luar Negeri di Moskow atas pemboman Hotel JW Mariott dan Ritz-Carlton, Mega Kuningan.
Rusia mengonfirmasikan tidak ada warga Rusia yang menjadi korban dalam peristiwa teror itu, sementara Kedubes Rusia di Jakarta akan mengambil langkah-langkah dibutuhkan untuk melindungi warganya yang ada di Indonesia.
Meskipun pemberitaan mengenai aksi terorisme di Jakarta disiarkan luas oleh media Rusia dan Belarus, namun pemerintan dan media kedua negara Slavia itu mempercayai langkah-langkah yang diambil Pemerintah Indonesia, demikian Aji.
Ini terlihat dari tiadanya perintah travel warning ataupun langkah pencegahan terhadap warganya untuk berkunjung ke Indonesia, meskipun warga kedua negara yang hendak melancong terpengaruh oleh bom Mega Kuningan itu.
KBRI Moskow akan memanfaatkan kegiatan resepsi diplomatik dan pentas budaya di Moskow, St. Petersburg, Minsk (Belarusia) dan Vladivostok dalam rangka HUT RI ke-64 bulan Agustus-September 2009 serta kegiatan proaktif lainnya sebagai damage control diplomacy atas bom Mega Kuningan, demikian M Aji Surya. (ANTARA News)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar