Rabu, 15 Juli 2009
Pemprov Perlu Perbanyak Bagang di Ambalat
12 Juli 2009, Samarinda -- Masyarakat Indonesia yang bermukim di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kaltim mendesak Pemprov Kaltim untuk memperbanyak pembangunan bagan di laut seputar Blok Ambalat. Bagan adalah tempat penangkapan ikan yang dibangun di laut. Cara itu menurut mereka dapat menunjukkan eksistensi NKRI sebagai pemilik Ambalat.
Hal tersebut dikemukakan sejumlah tokoh warga Sebatik saat berdialog dengan Gubernur Kaltim Awang Faroek di Hotel Queen Sebatik, pekan lalu."Masalah ambalat itu harga mati bagi warga masyarakat Sebatik. Tapi kami berharap Pemprov harus segera bangun bagan permanen karena kita takut kecolongan lagi seperti Sipadan," kata Herman, salah seorang tokoh masyarakat Sebatik.
Menurut Herman, masyarakat perbatasan hingga kini masih menyimpan trauma atas lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan dari Indonesia yang akhirnya diakui sebagai wilayah Malaysia. Belakangan, konflik yang terjadi antara Indonesia dan Malaysia di Blok Ambalat kembali membuat masyarakat Sebatik resah akan lepasnya daerah yang diyakini menyimpan potensi sumber daya alam yang besar.
Salah satu alasan lepasnya Sipadan ke Malaysia karena Malaysia banyak mendirikan bagan permanen di kepulauan Sipadan. Sedangkan Indonesia tidak memiliki bagan di Sipadan. "Sipadan lepas karena Malaysia membagun bagan di Sipadann sedangkan kita tidak bangun bagan di sana. Karena itu agar ini tidak lagi terjadi, mari, Pemerintah harus memperbanyak pembangunan bagan di Ambalat," lanjutnya.
Senada dikatakan tokoh masyarakat lainnya, H Sudirman. Menurut Sudirman, masalah ambalat bukan hanya masalah Pemerintah Indonesia saja, namun juga menjadi masalah masyarakat Sebatik karena lokasi blok Ambalat yang tidak jauh dari Sebatik. "Masalah Ambalat ini menjadi masalah kami juga. Kami tetap akan memegang merah putih untuk menjaga Ambalat," kata Sudirman. Namun demikian, Sudirman mengingatkan kepada Pemerintah untuk tidak lalai dan segera membangun bagan di daerah Ambalat. Menurutnya saat ini hampir 90 persen kebutuhan masyarakt di Sebatik masih bergantung dengan Malaysia, karena itu, jika Pemerintah lalai, ia khawatir rasa nasionalisme bisa luntur.
Wakil Butapi Nunukan, Kasmir Foret juga mengingatkan kepada Pemerintah Pusat untuk lebih memperhatikan daerah perbatasan, termasuk Blok Ambalat. Menurut Kasmir, jika bicara nasionalisme, ia yakin darah masyarakat Sebatik masih tetap Indonesia. "Kalau masalah nasionalisme, jangan khawatir. Jiwa nasionalisme mereka (masyarakat Sebatik,red) kuat untuk mempertahankan NKRI. Kami adalah Bangsa Indonesia, tumpah darah Indonesia," kata Kasmir. Ia mencontohkan masalah Ambalat. Kasmir mengatakan, sejak blok Ambalat bergejolak, tidak sedikit masyarakat Sebatik yang menggelar latihan perang untuk membantu TNI di perbatasan.(eza)
Tambah Patroli Udara
Pesawat Hawk yang dimiliki Skuadron Udara I Elang Kathulistiwa merupakan pesawat buatan British Aerospace (BAe). Pesawat tersebut didatangkan ke Indonesia sepanjang tahun 1999 hingga 2000. (Foto: detikFoto/Ramadhian Fadillah)
Danrem 091/ASN Kolonen Inf Musa Bangun yang mengikut kunjungan ke Sebatik bersama Gubernur Awang Faroek Ishak meminta kepada masyarakat Indonesia yang tinggal di perbatasan seperti di daerah Sebatik untuk tidak resah dengan kasus yang terjadi di blok Ambalat. Ia meminta kepada masyarakat di Sebatik untuk tetap tenang dan memberi kesempatan kepada Pemerintah untuk menyelesaikan konflik ini.
"Situasi Ambalat aman terkendali. Kalau masalah perbatasan memang harus diselesaikan antar kedua negara," kata Musa Bangun. Disinggung masalah patok perbatasan yang banyak hilang, ia mengatakan akan segera dibenahi. "Masalah patok perbatasan memang akan kita benahi, kan tipe-tipe patok itu ada jenisnya. Dan kami juga sudah lihat ada patok yang terpendam ditanah, itu tidak boleh terjadi. Tapi untuk membenahi ini harus ada kerjasama tim gabungan antara kedua negara (Indonesia - Malaysia). Jadinya semua temuan ini harus segera kita rapatkan dengan negara tetangga," ujarnya.
Musa menjelaskan, untuk pengamanan di darat digelar satu batayon untuk satuan tempur dan tiga Komando Distrik Militer (Kodim) untuk penjagaan teritorial. Ia menambahkan, untuk pos- pos penjagaan di seluruh perbatasan di Kaltim ada 25 pos. Sedangkan Pos yang berada di Sebatik ada 4 penjagaan. "Kalau jumlah personilnya ada sekitar 1.000 orang dari satu batalyon dan dari Satgas Teritorial. Dengan kondisi kemanan seperti sekarang saya rasa jumlah personil ini cukuplah," terangnya. Meski demikian Musa mengakui perlu adanya penambahan mobilitas udara. "Saat ini pos penjagaan kita sifatnya statis, perlu ada penambahan mobilisasi udara dengan helikopter. Karena itu menurut saya perlu ada penambahan heli kopter untuk patroli udara di perbatasan," pungkasnya.
TRIBUN KALTIM
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar