Jumat, 17 Juli 2009
Kemenristek dan Dephan Perlu Susun Military Critical Technologies List
16 Juli 2009, Jakarta -- Saat ini adalah waktunya bagi Kemenristek/BPPT dan Dephan didukung lembaga pemerintah dan departemen lainnya menyusun Military Critical Technologies List secara lintas sektoral. Perlu dibuat peta jalan bagi penyusunan Critical List pertahanan dan keamanan Indonesia secara jangka panjang agar di masa mendatang Indonesia dapat sejajar secara teknologi pertahanan dan keamanan dengan negara-negara lainnya.
Demikian dikatakan Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono, Kamis (16/7), saat menjadi keynote speaker pada Semiloka Revitalisasi Iptek Pertahanan dan Keamanan guna membangun kemandirian industri pertahanan dan keamanan 2025, di Gedung BPPT Kementerian Ristek dan Teknologi, Jakarta. Menhan Juwono saat membuka Semiloka didampingi oleh Menteri Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman.
Semiloka yang berlangsung ini menjadi rangkaian hari kebangkitan teknologi nasional dan merupakan kerjasama Kemenristek dan Dephan RI. Dirjen Ranahan Dephan Marsda TNI Eris Herryanto juga turut berbicara dalam semiloka yang diikuti oleh perwakilan dari Dephan, TNI, Instansi pemerintah terkait, akademisi, dan BUMNIS ini.
Lebih lanjut menhan menjelaskan, Departemen Pertahanan seperti juga jajaran dibawah Kemenkopolhukam lainnya, ditugasi membuat peta jalan bagi pengembangan industri pertahanan dan keamanan untuk 20 tahun mendatang. Tugas tersebut menurut Menhan membutuhkan kerjasama dengan lembaga pemerintah lainnya agar dapat melakukan terobosan berdasarkan jaringan untuk jangka panjang. Itulah sebabnya, Dephan, Kemenristek, Depperin, dan Depkeu perlu duduk bersama untuk memikirkan terobosan industri pertahanan dan keamanan ini karena institusi-institusi tersebut memiliki saling keterkaitan.
Sementara itu Menteri Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman dalam sambutannya mengatakan, baru-baru ini telah disaksikan suatu milestone perjalanan proses pengembangan iptek hankam yang cukup panjang, dengan diberikannya kepercayaan oleh pemerintah kepada peneliti/perekayasa dan industri strategis nasional dengan telah diserahterimakannya 40 unit panser APS 6X6 hasil karya anak negeri kepada TNI.
Dijelaskannya, dalam proses sejarah penguasaan teknologi tersebut juga terjadi kerjasama-kerjasama diantara akademisi yaitu ITB dan Lemlitbang/BPPT, dengan Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis (BUMNIS) yaitu PT Pindad, PT KS, dan PT LEN, serta Pemerintah yaitu Dephan, Kemenristek, TNI, Depkeu, Bappenas dan Deperin. Semua Institusi tersebut telah mendorong terbentuknya lingkungan yang kondusif bagi terbangunnya akumulasi kemampuan penguasaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Peristiwa tersebut menurut Menristek, memberikan contoh bahwa dengan segala keterbatasan kemampuan negara dan ditengah situasi tantangan berat dalam pengelolaan, peremajaan dan modernisasi alutsista, program kemandirian iptek hankam dalam membangun kemandirian industri hankam dapat tercapai melalui kesempatan belajar dan kepercayaan yang diberikan oleh pemerintah.
DMC
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar