Selasa, 07 September 2010

Asma’, Wanita Pemberani nan Dermawan

(Oleh: Hj. Nunung Karwati, Pikiran Rakyat)

Dalam hijrahnya Rasulullah saw, bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq, terselip suatu kisah keberanian seorang wanita yang memiliki kemuliaan jiwa serta kemauan yang kuat. Dia adalah Asma’bin Abu Bakar yang saat itu masih belia. Asma’-lah yang membawa makanan untuk Rasulullah dan bapaknya ketika bersembunyi di Gunung tsur. Tatkala Rasulullah melihat apa yang dilakukan Asma’, beliau menjulukinya dzatun nithaqain (wanita yang memiliki dua ikat pinggang).

Julukan ini diberikan kepada Asma’ karena ia memotong ikat pinggangnya menjadi dua. Satu ia gunakan untuk sufah (bungkus makanan untuk bekal) Rasulullah saw, dan yang lain sebagai pembungkus qirbah-nya pada waktu malam, ketika Rasulullah saw, dan Abu Bakar Ash-Siddiq keluar menuju gua.

Saat hijrah tersebut, Abu Bakar r.a. membawa seluruh hartanya yang berjumlah 5.000 atau 6.000 dinar. Kemudian kakeknya, Abu Quhafah yang buta datang kepada Asma’. Abu Quhafah berkata, “Demi Allah, sungguh aku lihat dia telah menyusahkan kalian dengan hartanya, sebagaimana dia telah menyusahkan kalian dengan dirinya.” Maka Asma’ berkata, “Sekali-kali tidak, wahai, kakek! Beliau telah meninggalkan kebaikan yang banyak bagi kita.”

Kemudian Asma’ mengambil batu-batu dan meletaknya di lubang angin, tempat ayahnya pernah meletakkan uang itu. Kemudian dia menutupinya dengan selembar baju. Setelah itu, Asma’ memegang tangan Abu Quhafah dan berkata, “Letakkan tangan anda di atas uang ini.” Maka, kakeknya meletakkan tangannya di atasnya dan berkata, “Tidaklah mengapa jika dia tinggalkan ini bagi kalian, maka dia telah berbuat baik. Ini cukup bagi kalian.” Sebenarnya Abu Bakar tidak meninggalkan sesuatu pun bagi keluarganya, tetapi Asma’ ingin menenangkan hati orang tua itu.

Sesaat setelah Rasulullah dan Abu Bakar hijrah, Asma’ didatangi Abu Jahal untuk menanyakan posisi Rasulullah dan Abu Bakar. Meskipun masih kecil, Asma’ kokoh pada tanggung jawabnya akan keselamatan Nabi yang agung. Dia pun memilih diam dan menjawab, “Saya tidak tahu.” Mendapat jawaban itu. Abu Jahal pun marah dan menampar Asma’ dengan sangat keras hingga anting-antingnya jatuh.

Kemudian Asma’ berhijrah ke Madinah. Dia menikah dengan Az-Zubair Ibnu Awwam yang tidak mempunyai harta dan hamba sahaya kecuali seekor kuda. Asma’ yang memberi makan kudanya dan mencukupi kebutuhan serta melatihnya. Menumbuk biji kurma untuk makanan kuda, memberinya air minum, dan membuat adonan roti. Suatu ketika Az-Zubair bersikap keras terhadapnya, maka Asma’ datang kepada ayahnya dan mengeluhkan hali itu.

Abu Bakar pun berkata, “Wahai anakku, sabarlah! Sesungguhnnya wanita itu apabila bersuami seorang yang saleh, kemudian suaminya meninggal dunia, sedangkan istrinya tidak menikah lagi, maka keduanya akan berkumpul di surga.” Asma’ datang kepada Nabi saw., lalu bertanya, “Wahai, Rasulullah, aku tidak punya sesuatu di rumahku, kecuali apa yang diberikan oleh Az-Zabair kepadaku. Bolehkah aku memberikan dan menyedekahkan apa yang diberikan kepadaku olehnya?”

Maka Nabi saw. menjawab, “Bersedekahlah sesuai dengan kemampuan dan jangan menahannya agar tidak ditahan pula suatu pemberian terhadapmu.” Maka Asma’ termasuk seorang wanita dermawan. Dari Abdullah bin Zubair r.a. dia berkata, “Tidaklah kulihat dua orang wanita yang lebih dermawan daripada Aisyah dan Asma’.

Kedermawanan mereka berbeda. Aisyah lebih suka mengumpulkan sesuatu, hingga setelah terkumpul padanya, dia pun membaginya. Sementara Asma’, dia tidak menyimpan sesuatu untuk besoknya. Asma’adalah seorang wanita yang dermawan dan pemurah. Dia tidak menyimpan sesuatu untuk hari esok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar