Komandan Korps Marinir Mayor Jenderal TNI (Mar) Djunaidi Djahri meresmikan Pos-pos Marinir di pulau Sebatik Nunukan Kalimantan Timur, Sabtu, 4 April 2009. (Foto: marinir)
25 Desember 2009, Samarinda -- Peringatan bagi pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. Berdasar data yang dirilis Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kaltim, sedikitnya 23 pulau di Kaltim rawan dicaplok negara tetangga, Malaysia.
Kepala Balitbang Kaltim Syachrumsya Asri menjelaskan, sangat memungkinkan pulau-pulau tersebut dicaplok negara lain. Selain karena sebagian besar tidak berpenghuni, secara geografis pulau tersebut memang berada di wilayah perbatasan dengan Malaysia. ''Pemerintah harus segera mengambil langkah strategis untuk mengamankan pulau-pulau tersebut,'' tegasnya.
Kalau tidak, peristiwa lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan bukan tidak mungkin terulang. ''Apalagi, tidak sedikit pulau itu yang tidak bernama,'' terang Syachrumsyah.
Dia menuturkan, semua pulau yang dimaksud merupakan wilayah Kabupaten Nunukan. Dia menjelaskan, Kabupaten Nunukan terdiri atas 25 pulau. Dua di antaranya adalah pulau besar, yakni Pulau Sebatik dan Pulau Nunukan. Sebanyak 23 pulau lainnya adalah pulau-pulau kecil yang masuk wilayah Kabupaten Nunukan.
''Nah, 23 pulau itulah yang sedang kami awasi. Semoga data yang kami miliki bisa menjadi acuan bagi pemerintah agar senantiasa memperhatikan wilayahnya, terutama di kawasan perbatasan.''
Karena itu, dia juga berharap seluruh bupati dan wali kota segera menginventarisasi pulau-pulau di wilayah masing-masing. Menurut dia, hal itu harus segera dilakukan, mengingat masih banyak pulau di Kaltim yang belum bernama.
Palu Jadi Basis Pertahanan Ambalat
Mantan Kepala Detasemen TNI AU Palu Ridwan Lamadjido menegaskan, Palu akan menjadi benteng pertahanan untuk mempertahankan Pulau Ambalat dari ancaman Malaysia. Ridwan mengatakan hal itu saat berkunjung ke Palu bersama dengan tim asset Koops AU II Makasar yang dipimpin Letkol Pipip Ismulyanto.
Sebelum meninjau langsung lokasi yang akan dijadikan mangkal pesawat tempur F-5, terlebih dahulu tim dari TNI-AU tersebut bertemu Walikota Rusdi Mastura bersama dinas terkait seperti, Kepala Bandara Mutiara dan Dinas Perhubungan serta aparat kelurahan setempat. “Rencananya Detasemen TNI-AU akan dibangun di sekitar Bandara Mutiara Palu.
Menurut Ridwan, keberadaan Detasemen TNI-AU di Palu sangat vital karena wilayah Sulteng dan Tarakan berdekatan langsung dengan Ambalat yang menjadi sengketa dengan Malaysia. Untuk Detasemen TNI-AU di Tarakan sudah diresmikan dua bulan lalu. Sedangkan untuk di Palu masih menunggu realisasi dari Pemkot Palu. ‘’Nantinya kedua Detasemen TNI-AU yakni, Tarakan dan Mutiara Palu menjadi benteng pertahanan pesawat tempur TNI-AU bila kasus Ambalat berunjung perang,’’ tegasnya.
JAWA POS/JPNN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar