KRI Pandrong-801 salah satu kapal FPB buatan PT. PAL Indonesia. (Foto: TNI AL)
16 Desember 2009, Jakarta -- Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Madya Agus Suhartono mengatakan wilayah barat perairan RI rawan terhadap berbagai bentuk kejahatan laut seperti penyelundupan barang dan manusia, serta pencurian ikan.
"Tidak hanya itu, kita juga masih bermasalah di perbatasan mengingat di perairan barat kita berbatasan dengan India, Vietnam, Thailand, Singapura, dan Malaysia," katanya seusai memimpin upacara serahterima jabatan Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat di Jakarta, Rabu (16/12).
Terkait itu, pihaknya menggelar patroli rutin di seluruh wilayah barat perairan RI. TNI Angkatan Laut juga mengadakan patroli bersama dengan negara-negara seperti India, Thailand, Singapura dan Malaysia baik secara bilateral maupun multilateral seperti di Selat Malaka. Hasilnya, tambah Kasal, tingkat kejahatan laut di wilayah barat perairan RI terus mengalami penurunan khususnya di Selat Malaka.
"Meski begitu, kita harus tetap waspada karena kemarin juga ada kegiatan imigran gelap yang melintas di wilayah barat perairan Indonesia, katanya menambahkan.
Sementara itu, Panglima Komando Armada Kawasan Barat Laksamana Muda Marsetio mengatakan pihaknya tetap fokus kepada keamanan laut di Selat Malaka dengan menggelar kekuatan 25 kapal. "Artinya paling tidak dalam satu hari kita ada 25 KRI yang terus menerus di laut. Ada kapal yang laksanakan operasi ada yang mengalami perbaikan dan persiapan perbaikan." katanya.
Menurut Marsetio, fokus pengamanan wilayah barat peraiaran RI adalah keamanan perbatasan mulai dari India dengan tetap berkoordinasi untuk kawal perbatasan. Begitu juga dengan Malaysia dan Singapura dan Vietnam. "Sebagian Brunei juga jadi wilayah kita semakin strategis. Apalagi dengan semakin banyaknya pengungsi yang dari Srilanka, Afganistan, Pakistan dan Kamboja. Mereka berupaya untuk hijrah ke Australia," ungkapnya.
MEDIA INDONESIA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar