Kepala Staf Umum Panglima TNI Laksdya TNI Didik Heru Purnomo (tengah) didampingi Dansesko TNI Marsdya TNI Edi Harjoko kiri dan Pangkohanudnas Marsekal Muda TNI Dradjad Rahardjo S.IP, melalui Voice menyampaikan pernyataan resmi membuka Manlap Glalap Hanudnas Tutuka ke-33 tahun 2009 dari ruang Popunas, Makohanudnas yang langsung didengar dan dilihat oleh para Pangkosekhanudnas dan para pelaku latihan lainya di ruang sektor operasi center (SOC) Kosekhanudnas II dan IV. (Foto : Pen Kohanudnas)
9 November 2009, Jakarta -- Kepala Staf Umum (Kasum) TNI mewakili Panglima TNI Jendral TNI Djoko Santoso selaku Pimpinan Umum gladi lapangan pertahanan udara nasional (Glalap Hanudnas) didampingi Komandan Sekolah Staf dan Komando (Dansesko) TNI Marsekal Madya TNI Edi Harjoko sebagai Direktur Latihan (Dirlat) dan Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional (Pangkohanudnas) Marsekal Muda TNI Dradjad Rahardjo S.IP, membuka Glalap Hanudnas Tutuka ke-33 tahun 2009, melalui Voice telekonvren di ruang Pusat Operasi Pertahanan Udara Nasional (Popunas) Kohanudnas, Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (9/11).
Sebelum pembukaan, Kasum TNI, Dirlat dan seluruh personel yang terlibat dalam latihan tersebut menerima paparan dari Kawasdal Tutuka ke-33 Marsma TNI Hari Mulyono, bahwa manuver lapangan (Manlap) gladi Hanudnas Tutuka ke-33/2009, akan berlangsung selama 4 hari dari tanggal 9 hingga12 Nopember 2009 dengan lokasi diwilayah Komando Sektor Pertahan Udara Nasional (Kosekhanudnas) II Makasar dan Kosekhanudnas IV Biak, yang sebelumnya telah didahului dengan penataran bagi para tim Pengawas dan Pengendali (Wasdal), tim Penilai dan para pelaku latihan hanudnas sejak tanggal 2 Nopember 2009 yang lalu di Makohanudnas Jakarta dan di Pusdiklat Hanudnas Surabaya.
Panglima TNI dalam sambutannya yang dibacakan Kasum TNI mengatakan, gelar Glalap Hanudnas Tutuka ke-33 tahun 2009 yang merupakan latihan puncak Kohanudnas ini sebagai penguji mekanisme, SDM dan alat utama (Alut) dengan menggunakan tolok ukur yang standar akan ditemukan titik lemah untuk dievaluasi dan titik kuat yang dapat digunakan sebagai standar kualitas. Dalam perspektif pertahanana negara, perkembangan lingkungan strategis yang bergerak capat baik pada lingkup nasional, regional maupun global serta kecenderungan yang bakal terjadi ikut mewarnai semakin strategisnya makna dan peran wilayah udara bagi suatu bangsa, sehingga wilayah udara tidak lagi dipandang sebagai teritorial kosong yang dapat diabaikan, akan tetapi menjadi simbol kehormatan, kedaulatan sekaligus bagian integral dari kepentingan nasional.
Seorang anggota TNI AU memeriksa kesiapan pesawat tempur F-16 yang digunakan untuk operasi Tetuka 2009 di pangkalan udara Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara, Senin (9/11). Operasi yang berlangsung 9 - 13 November tersebut untuk menguji rencana dan mengukur kesiapsiagaan operasi Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) TNI sebagai antisipasi terhadap ancaman pesawat musuh yang akan memasuki maupun yang telah masuk wilayah udara Indonesia. (Foto: ANTARA/Basrul Haq/ss/ama/09)
Glalap Kohanudnas Tutuka ke-33 tahun 2009, yang menguji kesiapsiagaan operasional di wilayah Kosekhanudnas II Makasar dan Kosekhanudnas IV Biak ini mempuyai makna ganda, selain untuk menguji sistem mekanisme, Alut dan SDM yang dapat diandalkan untuk memonitor wilayah yuridiksi nasional dan pencegahan, juga sebagai bagian dari assasement dan langkah antisipatif Kohanudnas terhadap segala bentuk ancaman yang bakal terjadi dari akibat pesatnya perkembangan lingkungan strategis, lanjut Panglima TNI.
Sistem Hanudnas dibagi dalam tiga tahap, pertama Hanud Area merupakan antisipasi terdepan terhadap ancaman pesawat musuh yang akan atau telah memasuki wilayah udara nasional NKRI. hal ini penindakan menjadi tugas tanggung jawab pesawat-pesawat tempur TNI AU, dan apabila pesawat musuh tersebut lolos dari penyergapan pesawat tempur TNI AU, maka tahap kedua atau penindakan selanjutnya menjadi tugas Hanud Terminal, dalam hal ini Dentasemen Peluru Kendali (Denrudal) jarak sedang dan menengah dari unsur TNI AD, dan Rudal dari unsur TNI AL/ KRI yang mempunyai kekuatan Hanud, apabila pesawat musuh masih lolos dari penyergapan Hanud Terminal, maka penindakan pada tahap ke tiga yaitu Hanud Titik, dengan menggunakan Meriam anti serangan udara dan Rudal jarak pendek dari unsur TNI AD.
Dalam latihan Hanudnas Tutuka ke-33 tahun 2009 kali ini, manuver lapangan dilaksanakan mulai 9 sampai dengan 12 November 2009 dengan melibatkan 1.113 personel TNI, 4 pesawat F-16, 3 pesawat Sukhoi SU-27/30, 1 pesawat Boeing 737 dan 2 pesawat Helly SAR TNI AU.
Pen Kohanudnas/Puspen/POS KOTA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar