Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Letjen TNI George Toisutta (kanan), bersama Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Haryadi Soetanto (kiri), berjalan di dekat para prajurit dari Batalyon 400/Raider dan Batalion Arhanudse-15, saat melakukan kunjungan di Markas Batalyon 400/Raider, di Semarang, Selasa (17/11). Dalam kunjungannya, KSAD menyatakan sebanyak sepuluh batalyon TNI Angkatan Darat telah disiagakan untuk dikirim ke daerah rawan dan wilayah perbatasan RI. (Foto: ANTARA/R. Rekotomo/ED/nz/09)
17 November 2009, Semarang -- Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Letnan Jenderal TNI George Toisutta menyatakan sebanyak sepuluh batalyon TNI Angkatan Darat telah disiagakan untuk dikirim ke daerah rawan dan perbatasan.
"Kita sudah menyiagakan sepuluh batalyon untuk sewaktu-waktu dikirim ke daerah rawan dan perbatasan," katanya usai memberi pengarahan di hadapan ratusan prajurit Batalion Arhanudse-15 Dam IV/Diponegoro dan Batalion Infanteri 400/Raider di Semarang, Selasa.
KSAD menjelaskan, untuk mengantisipasi ancaman di suatu daerah rawan sudah ada kesatuan dan program penyiapan untuk hal itu.
Mengenai penanggulangan terorisme di Indonesia, KSAD menerangkan, pihak TNI siap membantu secara penuh pihak Polri karena mempunyai kemampuan untuk itu.
"Kalau kita diminta untuk membantu penuh Polri maka akan kita berikan karena kita mempunyai tugas pokok untuk mengatasi teroris sesuai dalam Undang-undang No.34/2000," ujarnya.
Saat memberi pengarahan di depan ratusan prajurit, KSAD meminta semua prajurit harus tetap patuh terhadap semua perintah pimpinan dalam kondisi apapun karena hal tersebut menjadi hal paling mendasar dalam ketentaraan.
"Kepatuhan seorang prajurit dapat ditunjukkan dengan disiplin dan loyal di kesatuan masing-masing karena jika kita sudah disiplin dan loyal maka tingkat keterampilan dan hubungan dengan orang lain dapat dipastikan akan baik," katanya.
Namun demikian, kita juga harus tetap meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pasukan Penanggulangan Teror (Gultor) Batalyon 400/Raider melakukan penyergapan sebuah bus yang dibajak para teroris, saat berlangsung simulasi penanganan aksi terorisme dan pembebasan sandera, di Markas Batalyon 400/Raider, di Semarang, Selasa (17/11). Simulasi disaksikan langsung oleh Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Letjen TNI George Toisutta dan Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Haryadi Soetanto . (Foto: ANTARA/R. Rekotomo/ED/nz/09)
Dua prajurit Batalyon 400/Raider meluncur sambil menembak sasaran, saat melakukan simulasi penyergapan musuh. (Foto: ANTARA/R. Rekotomo/ED/nz/09)
Saat menjawab pertanyaan salah seorang prajurit mengenai sarana dan prasarana latihan prajurit TNI yang dirasa masih sangat kurang, KSAD menerangkan hal tersebut karena keterbatasan anggaran dari pemerintah pusat.
"Sarana dan prasarana latihan akan dimasukkan dalam program untuk tahun 2010 termasuk mengenai penambahan Tim Penanggulangan Teror (Gultor) yang jumlahnya masih sedikit," katanya.
Sebelum memberi pengarahan, KSAD berkesempatan menyaksikan rangkaian demonstrasi yang dipertunjukkan oleh Tim Gultor.
Dalam aksi demonstrasi tersebut digambarkan beberapa keterampilan dari prajurit Raider serta pembebasan sandera oleh Tim Gultor di dalam sebuah bus yang dibajak oleh sekelompok teroris.
ANTARA JATENG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar