

Sebelumnya, pemerintah telah melunasi pembayaran 20 unit panser tipe 6 x 6 sebesar Rp 150 miliar. Panser itu diserahterimakan kepada pemerintah pada Februari 2009. Masih tersisa 130 unit lagi panser tipe serupa dan empat kendaraan intai tipe 4 x 4 yang sedang digarap PT. Pindad. Nilai total kontrak pemesanan 154 unit kendaraan tempur itu adalah Rp 1,129 Triliun.
Wakil Presiden Jusuf Kalla ketika meninjau perkembangan pemesanan kendaraan tempur tersebut, Jumat (22/5) di Bandung, mengatakan, meski pembayaran tertunda, PT. Pindad diminta agar tetap berproduksi sesuai dengan jadwal pemesanan. “Memang anggaran tertunda dan itu antara lain juga disebabkan keterbatasan kedatangan mesin impor dari Renault, Perancis,” katanya.
Kalla dalam kesempatan itu juga memuji kinerja PT. Pindad yang dinilainya cepat dalam menyelesaikan pemesanan kendaraan tempur.
Siap Operasi

Ditemui seusai menyamput kehadiran korvet terbaru dari kelas Sigma buatan Schelde Naval Shipbuilding, Vlissingen, Belanda, KRI Frans Kaisiepo, Jumat (22/5), Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Tedjo Edhy Purdijatno mengatakan, 60 persen alutsista yang dikelola TNI Angkatan Laut siap operasi. Kekuatan itu saat ini diprioritaskan untuk mengontrol wilayah perbatasan, pulau-pulau terluar dan kawasan yang rawan penyeludupan.
Untuk mengontrol seluruh wilayah Indonesia, Tedjo Edhy Purdijatno mengakui kekuatan itu belum cukup memadai dan tidak ideal. Namun, untuk ukuran minimal kesiapan 60 persen alutsista sudah dianggap memadai.
Memang melihat kondisi itu, TNI Angkatan Laut harus bersikap realistis. Tidak mengherankan jika masih banyak kapal tua yang dioperasikan. Salah satu kapal tua tersebut adalah KRI Teluk Tomini. Kapal angkut militer dari jenis pendarat tank dengan nomor lambung 508 itu merupakan buatan era tahun 1940-an. Kapal tersebut tergabung dalam armada Amerika Serikat dalam pendaratan legendaries di pantai Normandia, Juni 1944.
(Harian Kompas, Sabtu 23 Mei 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar