Rabu, 09 Juni 2010

Kerjasama Pertahanan Tingkat Regional di Bidang Tekhnologi Militer/Alutsista

TNI AL berencana melengkapi kapal patroli cepat dengan rudal buatan Cina C-705.

09 Juni 2010, Jakarta -- Kementerian Pertahanan menggalang kerjasama tingkat regional dengan Negara-negara ASEAN dalam bidang teknologi militer. Diantaranya telah ditandatanganinya MoU antara Menhan RI dengan Menteri Pertahanan Cina pada tahun 2007, dengan tujuan untuk meningkatkan hubungan kedua negara guna mencapai mutual benefit respect di masa-masa mendatang.

Indonesia banyak mengambil pelajaran dari keberhasilan yang dicapai Negara-negara ASEAN dan Cina dibidang ekonomi, politik dan pemerintahan, serta teknologi dan industri, khususnya kemajuan dibidang teknologi pertahanan. Dalam bidang teknologi militer Cina semakin maju sehingga membuka kesempatan baru bagi negara-negara di kawasan ASEAN, dimana pada masa lalu lebih didominasi oleh negara-negara di kawasan Eropa.

Kerjasama pemerintah Indonesia dengan Cina diharapkan akan terjadi hubungan yang saling menguntungkan. Saat ini Indonesia sedang menggiatkan industri pertahanan dalam negeri sehingga diharapkan Cina berpartisipasi dalam program pengembangan industri pertahanan di Indonesia, mencakup joint production dan pelaksanaan Transfer of Technology (ToT).

Saat ini Indonesia sedang mempertimbangkan untuk membentuk suatu forum teknologi militer (military Technology Forum-MTF), sebagai wadah kosultasi yang membahas aspek teknis Alutsista. Tujuan pembentukan forum tersebut adalah untuk meningkatkan pertahanan kedua negara di masa mendatang.

Dalam hal anggaran pertahanan. Indonesia berharap pemerintah Cina dapat menyediakan fasilitas pengadaan secara G to G disertai dengan ToT serta melibatkan industri dalam negeri.

Kerjasama antara Kemhan RI dengan Pertahanan Cina memberi manfaat ganda bagi kedua belah pihak, antara lain :

1. Meningkatkan kualitas profesionalisme untuk bisa menopang stabilitas kawasan. Pemerintah RI dan Cina memiliki kepentingan yang sama terhadap pengamanan Selat Malaka dan pengamanan SLOC (Sea Lane Of Communication atau ALKI). Berkaitan dengan itu diperlukan mutual understanding dan mutual cooperation khususnya di Selat Malaka dan SLOC seperti di Selat Sunda , Selat Lombok dan Selat Makasar.

2. Peran Indonesia sebagai Negara Kunci di Asia Tenggara mampu menjembatani kepentingan global di kawasaan. Sehingga koordinasi dan komunikasi untuk keamanan pasokan energi dari dan ke Timur Tengah, transportasi komoditas dan produk Negara-negara industri ke wilayah Asia dan Eropa menjadi lancar.

3. Dalam konteks nasional. Kerjasama Pemerintah Indonesia dengan Cina dapat memberi manfaat bagi pengembangan industri pertahanan di Indonesia, sehingga dapat membangun pertumbuhan ekonomi, dan menempatkan kebijakan pembangunan system pertahanan yang pro kesejahteraan (defence supportive economi)

4. Terkait dengan industri pertahanan. Dengan kerjasama ini diharapkan pemerintah Cina dapat memanfaatkan produk-produk industri pertahanan Indonesia sebagai bentuk mutual benefit cooperation. Saat ini Indonesia memiliki kapasitas untuk memproduksi alat-alat pertahanan yang memenuhi standar internasional diantaranya non-weapon system equipment (alat perlengkapan non-alutsista).

Dalam konteks kemanan regional, Indonesia mampu mengerem keinginan Cina untuk mengklaim wilayah Laut Cina Selatan sebagai teritorinya. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Indonesia seperti menggalang pertemuan informal diantara keenam negara yang memiliki klaim atas pulau-pulau di kepulauan Sprotly di Laut Cina Selatan. Selama ini negara-negara yang memiliki klaim atas pulau-pulau di kepulauan Spratly seperti Malaysia, Brunai, Cina, Filipina, Vietnam dan Thailand masih bisa menahan diri karena adanya inisiatif Indonesia tersebut. Kerjasama antar RI-Cina diharapkan mampu menciptakan situasi damai di kawasan, khususnya potensi konflik di Laut Cina Selatan, akibat klaim tumpang tindih antar beberapa negara di kawasan.

DMC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar