Minggu, 27 Juni 2010

Stroke dan Cara Pencegahannya

Seseorang terkena stroke karena adanya gangguan darah setempat di otak sehingga aliran darah dan enegi tidak mencukupi untuk bekerja. Aliran darah ke otak dapat terganggu oleh penyumbatan pemuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah di otak. Umumnya penyumbatan lebih sering (75%) dibandingkan pendarahan (25%).

Penyebab terjadinya penyumbatan pembuluh darah di otak atau pendarahan masih terdapat beberapa teori. Namun, ini tidak akan saya bahas, yang jelas kejadian stroke ada kaitannya dengan faktor risiko.

Faktor risiko dibagi atas:
1. Yang dapat dikendalikan,
Salah satu contohnya adalah tekanan darah tinggi. Seseorang penderita penyakit ini perlu minum obat penurun tekanan darah secara teratur, mungkin sepanjang hidupnya bila ada faktor keturunan.
Yang sering pasien minum obat saat tekanan darah meningkat. Bila sudah turun obat dihentikan. Padahal kita tahu setiap saat tekanan darah bisa naik mendadak, entah karena emosi (marah, sedih,, takut, terlaku gembira), mimpi buruk, pikiran ruwet, atau makan makanan yang mengandung kadar garam tinggi, misalnya ikan asin dan telor asin. Sayang karena pasien harus minum obat cukup lama, akan menimbulkan masalah antara lain:
- Biaya atau keuangan. Syukurlah sekarang ini banyak obat generic yang harganya terjangkau.
- Kebosanan. Ini kadang sulit diatasi, kecuali punya disiplin yang kuat.
- Sering lupa minum obat. Penyebab lupa dapat disebabkan pengaruh obat-obatan, tekanan darah sendiri yang kurang terkendali, dan depresi.
- Keluarga penderita yang kurang mengerti dan kurang perhatian, terutama pasien yang berusia lanjut, sehingga pasien kadang-kadang kehabisan obat.
Faktor risiko yang lain banyak adalah penyakit kencing manis atau diabetes mellitus. Seperti juga penyakit tekanan darah tinggi, perlu dikendalikan, karena kadar gula yang tinggi dapat merusak otak, saraf tepi dan sumsum tulang belakang, serta organ lainnya.
Penyakit jantung juga bisa menimbulkan bekuan darah yang dapat tersangkut di otak, sehingga mengganggu aliran darah di otak.
Merokok merupakan faktor risiko terjadinya stroke.
Kadar lemah darah (kolesterol, trigliserida, misalnya) yang meningkat dapat mempercepat terjadinya stroke

2. Yang tidak dapat dikendalikan,
- Usai lanjut merupakan risiko terjadinya stroke.
- Suku bangsa. Didaerah tertentu wanita lebih mudah terkena stroke, sedangkan didaerah lain pria lebih rentan mengalami stroke.
- Bila beberapa faktor risiko, misalnya tekanan darah tinggi dan penyakit jantung memungkinkan terjadinya stroke lebih besar.

Gejala
Para penderita stroke biasanya mengalami gejala-gejala tertentu, misalnya:
- Kelumpuhan sebelah badan.
- Bicara pelo.
- Mendadak pada satu mata penglihatan berkurang.
- Pengurangan lapang pandang.
- Baal/kurang berasa pada sisi yang kurang bergerak.
- Rasa kehilangan keseimbangan.
- Gangguan menelan.
- Tidak dapat lagi bicara.
- Kadang-kadang disertai gangguan kesadaran.

Pemiksaan
Ada beberapa pemeriksaan tambahan untuk memastikan diagnosis. Salah satunya untuk memastikan adanya menyumbatan atau mendarahan di otak melalui cara periksaan magnetic resonace imaging (MRI) dan magnetic resonance angiongafi (MRA). Akan tetapi pemeriksaan ini mahal dan hanya tersedia di rumah sakit besar.
Pemeriksaan CT scan kepala juga dapat membantu, tetapi kepekaannya terbatas, misalnya penyumbatan yang kecil atau berlokasi dibatang otak kadang-kadang tidak terlihat.
Selain itu perlu diperiksa adanya faktor risiko, agar stroke ulang bisa dicegah, misalnya pemeriksaan jantung dan periksaan laboratorium. Pemeriksaan sederhana ini tidak bisa mendeteksi semua faktor yang ada, kadang-kadang perlu pemeriksaan yang lebih canggih.

Mengatasi
Bagaimana penyumbatan atau pendarahan bisa terjadi? Kalau stroke baru saja terjadi beberapa jam sesudah kejadian, idealnya sumbatan tersebut dihancurkan dengan bantuan obat atau mekanis. Namun prosedur ini memerlukan keahlian yang lebih dari dokternya dan perlu fasilitas yang lebih lengkap.
Sementara itu mengobatan ditujukan antara lain untuk mencegah stroke ulang, mengurangi komplikasi, mengatasi atau mengendalikan faktor risiko, memperbaiki faktor-faktor yang dapat menggangu fungsi otak, (cukup makanandan cairan serta mineralnya), pemulihan fungsi dengan bantuan fisioterapi, perbaikan gizi, dan lainnya.

Bila terjadi perdarahan, sangat tergantung dari lokasi pendarahan dan volumenya. Pendarahan yang cukup besar dan terletak agak dalam di otak misalnya, sulit dijangkau dengan tindakan operasi. Kalau letak pendarahan dekat permukaan dan volume darahnya besar, kadang-kadang perlu operasi. Kalau perdarahan kecil dan tidak terlalu menganggu kesadaran, biasanya tidak diperlukan tidakan yang agresif
Karena stroke bisa terjadi berulang-ulang, pengedalian faktor risiko sangat penting. (Petrus Tjahjadi/,dokter spesialis saraf di bandung,/PR)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar