Rabu, 30 Juni 2010

Boeing 737 Mendarat Darurat di Lanud Husein

Karena gagal merayu para teroris agar melapaskan para sandera, puluhan pasukan Detasemen Bravo Paskhas bersenjata lengkap merangsek ke dalam pesawat. (Foto: Baban Gandapurnama)

30 Juni 2010, Bandung -- Landasan Udara Husein Sastranegara, Rabu (30/6), kira-kira 7.00 WIB, menerima informasi soal pembajakan pesawat Boeing 737 penerbangan dari luar negeri. Di dalam pesawat yang berpenumpang 50 orang itu, dikabarkan ada tiga orang yang melakukan pembajakan. Begitulah gambaran simulasi penanganan pembajakan pesawat Boeing 737 di Lanud Husein Sastranegara.

Bagian ATCS (Air Traffic Control System) mendapat info dari pilot bahwa pesawat yang rencananya mendarat di Bali, terpaksa mendarat di Lanud Husein karena bahan bakar yang mulai menipis. Pesawat mendarat di Lanud Husein sekitar pukul 7.30 WIB. Pendaratan berlangsung tidak terlalu mulus dan terjadi crash landing.

Akibatnya, pesawat tersebut terhenti di landasan. Kepala bandara berkoordinasi dengan Danlanud Husein Sastranegara Kolonel Penerbang Asep Adang Supriyadi, segera menutup bandara. Beberapa penerbangan dan pendaratan terpaksa ditunda. Sejumlah penumpang yang akan terbang, terpaksa kembali pulang setelah mendapat pengertian dari petugas.

Bandara dinyatakan tertutup bagi umum hingga radius 3 km. Pintu-pintu masuk menuju bandara, baik dari arah Pajajaran, Sukawarna, maupun Sukaraja. Belum ada keterangan resmi dari pihak terkait.

Pembajakan di Lanud Husein cuma simulasi

Detasemen Bravo Paskhas berusaha memasuki pesawat. Di dalam pesawat tersebut terdapat tiga teroris yang sedang menyandera puluhan penumpang. (Foto: Baban Gandapurnama)

Kejadian pembajakan pesawat Boeing 737 di Lanud Husein Sastranegara Kota Bandung hanyalah simulasi penanganan antiteror. Simulasi tersebut melibatkan berbagai pihak mulai dari tim inti Detasemen (Den) Bravo 90 dari Paskhas TNI AU, petugas bandara bagian bahan bakar hingga pemadam kebakaran.

Komandan Lanud Husein Sastranegara Kolonel Penerbang Asep Adang Supriyadi mengatakan, simulasi digelar agar bandara selalu siap menghadapi situasi apapun. "Khususnya aksi terorisme seperti ini. Dengan demikian, anggota bisa terlatih dan tidak gelagapan jika terjadi hal-hal seperti itu. Karena itu, Den Bravo selalu siaga disini," katanya.

Adang menambahkan, kesiagaan itu juga sebagai bentuk kesiapan aparat bandara ketika jumlah penerbangan terus meningkat. "Rencananya jumlah flight disini akan bertambah. Sekarang masih 10 flight. Tapi, dalam waktu dekat bertambah menjadi 19 flight yang beberapa di antaranya adalah penerbangan internasional. ," katanya.


Simulasi ini melibatkan sekitar 155 personel Lanud Husein Sastranegara dan Detasemen Bravo Paskhas. Dalam simulasi ini, Detasemen Bravo Paskhas menembak mati 2 teroris dan menangkap hidup satu teroris. (Foto: Baban Gandapurnama)

Sementara itu, Komandan Den Bravo 90, Letnan Kolonel M. Djuanda, menjelaskan, Den Bravo mempunyai keahlian-keahlian khusus tak ubahnya Densus 88 Polri. "Ada tim negosiator, intel, eksekutor, hingga berbagai anggota dengan keahlian khusus dalm IT, bahan peledak serta lainnya," katanya.

Para anggotanya memakai perlengkapan khusus mulai dari helm, goggle, rompi anti peluru, bahan peledak, senjata laras panjang MP5, dan lainnya. Ada juga kendaraan tempur khusus untuk penyerangan dan kendaraan khusus untuk Jihandak. "Dengan simulasi seperti ini, anggota kami akan terlatih dan siap bergerak jika sampai terjadi aksi terorisme, khususnya di sekitar bandara dan fasilitas udara lainnya," ujarnya.

Pikiran Rakyat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar