Senin, 01 Juni 2009

Situasi di Ambalat Masih Hangat

Awak kapal KRI Untung Surapati sedang mengamati dengan teropong. (Foto: detikFoto/Muhammad Nur Abdurrahman)

2 Juni 2009, Jakarta -- Hingga Selasa (2/6) pagi, situasi di wilayah perbatasan laut RI-Malaysia di Ambalat, masih hangat menyusul beberapa insiden pelanggaran wilayah RI oleh kapal-kapal perang Tentara Laut Diraja Malaysia (TLDM).

Komandan KRI Untung Surapati Mayor Laut Salim ketika di konfirmasi ANTARA di Jakarta, mengatakan, situasi keamanan masih belum berubah yakni siaga penuh. "Kami akan tetap mempertahankan dan meningkatkan kewaspadaan di Ambalat," katanya.

Salim mengatakan, pelanggaran wilayah oleh kapal-kapal perang TLDM kerap terjadi bahkan ada sejumlah nelayan Indonesia ditangkap di tempat dan dirampas paksa hasil tangkapannya, karena dianggap melanggar wilayah Malaysia di Ambalat.

Padahal, lanjut dia, seharusnya di daerah yang masih dalam sengketa antara dua negara, tidak boleh ada manuver dari salah satu pihak.

"Karenanya, kami akan tetap berupaya untuk menjaga Ambalat sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," ujar Salim.

Awal pekan lalu, Kapal perang TNI AL KRI Untung Surapati-872 berhasil mengusir kapal perang Tentara Laut Diraja Malaysia (TLDM), KD Yu-3508 yang mencoba memasuki wilayah kedaulatan Republik Indonesia di perairan Blok Ambalat.

Sehari sebelumnya, KRI Hasanudin-366 juga mengusir KD Baung-3509 dan heli Malaysian Maritime Enforcement Agency serta pesawat Beechraft yang juga mencoba memasuki wilayah Blok Ambalat.

Berdasar data TNI AL, pelanggaran wilayah oleh unsur laut dan udara TLDM maupun Police Marine Malaysia di Perairan Kalimantan Timur, khususnya di Perairan Ambalat dan sekitarnya, periode Januari sampai April 2009, tercatat sembilan kali. Sedangkan berdasarkan catatan Komisi 1 DPR telah terjadi 11 kali pelanggaran oleh Malaysia selama Januari hingga medio 2009.

Pada 27 Mei 2009 empat nelayan Indonesia ditangkap dan dipukul serta dirampas hasil tangkapannya, oleh TLDM karena dianggap melanggar wilayah Malaysia.

"Padahal sesuai prosedur, nelayan seharusnya di bawa ke pos AL mereka jika memang terbukti melanggar wilayah Malaysia untuk diproses secara hukum. "Bukan lantas di tangkap di laut, dipukul dan dirampas hasil tangkapannya," kata salah seorang anggota TNI AL yang bertugas di Tarakan, Kalimantan Timur. (ANTARA News)

Indonesia Tunggu Malaysia Bahas Ambalat

KRI Untung Surapati.

Pemerintah masih menunggu konfirmasi dari Malaysia tentang kelanjutan perundingan tentang sengketa wilayah di perbtasan laut kedua negara di Ambalat.

Juru bicara Departemen Luar Negeri RI Teuku Faizasyah kepada ANTARA di Jakarta, Selasa mengatakan, Indonesia pada pertemuan akhir Juli 2008 telah mendesak Malaysia untuk segera melanjutkan perundingan soal Ambalat.

"Memang banyak hal yang harus dibicarakan oleh kedua pihak, terkait Ambalat. Karena itu pada pertemuan terakhir antara kedua pihak pada Juli 2008, Indonesia meminta segera melanjutkan perundingan kepada Malaysia," ungkap Faizasyah.

Belum adanya konfirmasi dari pihak Malaysia, karena pemerintah Negeri Jiran itu masih memantapkan perubahan struktur tim perundingnya. "Kami belum tahu, kapan mereka selesai dengan tim perundingnya, dan siap untuk berunding dengan kita," katanya.

Kata Faizasyah, Pemerintah Indonesia telah meminta konfirmasi ulang kepada Malaysia.

Dijelaskannya, perundingan antara RI-Malaysia tentang Ambalat telah berjalan 13 kali sejak 2005 namun kedua pihak belum menemukan titik temu untuk penyelesaian wilayah perairan yang kaya kandungan minyak dan gas tersebut.(ANTARA News)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar