LPD rancangan PT. PAL Indonesia. (Foto: @info-terkumpul)
11 Januari 2010 -- Kesibukan kerja PT PAL sangat tinggi pada saat saya berkunjung ke perusahaan tersebut. Galangan kapal yang besar sedang mengerjakan dua kapal: satu kapal kargo berukuran 50.000 ton pesanan perusahaan pelayaran Jerman dan satu lagi kapal tanker bahan kimia pesanan perusahaan Italia yang berbobot mati 24.500 ton. Sebelumnya, beberapa kapal dengan ukuran besar itu sudah diselesaikan dan diserahkan kepada pemesan dari Jerman, Turki, dan Italia.
Di dok lainnya sedang dibuat landing platform dock yang kedua pesanan dari Kementerian Pertahanan. Pesanan itu sebetulnya terdiri atas empat kapal dan dilakukan oleh Dae Sun Shipyard, Korea, yang dibiayai fasilitas kredit ekspor dari lembaga keuangan di Korea. Dae Sun kemudian meminta PT PAL mengerjakan dua kapal, satu sudah diserahterimakan kepada Purnomo Yusgiantoro, Menteri Pertahanan, pada awal Desember 2009.
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai juga memesan tiga kapal patroli cepat dengan bahan aluminium yang pada saat kunjungan itu satu sudah diselesaikan dan dua sedang mengejar tenggat yang ditetapkan. Sementara itu, beberapa kapal perang juga sedang diperbaiki di galangan kapal mereka.
Bangkitnya PT PAL kebetulan sekali juga bersamaan dengan bangkitnya kembali PT Dirgantara Indonesia (PT DI) yang mengalami metamorfosis dari PT IPTN sebelumnya. Pemerintah Korea baru saja memesan pesawat CN 235-110 MPA, kapal patroli laut yang memang dibuat perusahaan tersebut. Sementara itu, Kementerian Pertahanan Indonesia juga baru saja memesan tiga pesawat CN 2354-220 MPA untuk menggantikan pesawat Nomad. Pesanan ini menambah panjang daftar pesanan. Sebelumnya, PT DI menerima pesanan helikopter Bell 412 SP dari TNI dan Basarnas.
Dengan kebangkitan kembali industri dirgantara Indonesia tersebut, rencana yang dikembangkan sepuluh tahun yang lalu bukan tidak mungkin akan diangkat kembali. PT DI sudah membangun beberapa pesawat N-250 buatan Indonesia. Malah, penerbangan percobaan sudah pula dilakukan oleh perusahaan tersebut. Terakhir bahkan sudah pula dikembangkan pesawat jet N-2130 yang dulu menuai banyak perdebatan. Sayang, berbagai rencana itu terkubur oleh krisis moneter tahun 1998.
Yang menarik, PT Pindad juga unjuk gigi dengan kemampuannya mengembangkan kendaraan panser (armored personnel carrier) dengan kualitas yang tidak kalah dari Perancis.
Strategi memacu industri strategis
Kemampuan teknologi berbagai industri strategis itu sungguh tidak perlu dipertanyakan lagi. PT PAL bahkan mungkin merupakan galangan kapal terbesar di Asia Tenggara saat ini.
Dalam pemenuhan alat utama sistem persenjataan, PT PAL juga memiliki kemampuan membangun kapal kawal rudal dan korvet (kelas sigma). Dengan teknologi yang telah mereka kuasai dalam membangun kapal 50.000 ton (Star 50), mereka juga memiliki kemampuan membangun kapal induk helikopter yang mampu mengangkut 16 helikopter.
Sementara itu, kemampuan yang dimiliki PT DI sebetulnya juga langka untuk ukuran ASEAN. Ini menempatkan PT DI memiliki kemampuan seperti Embraer, perusahaan pesawat terbang dari Brasil yang produknya sangat banyak dipakai oleh perusahaan penerbangan Amerika Serikat. Sementara kemampuan baru yang dimiliki PT Pindad sangat mungkin dikembangkan lebih lanjut untuk pembuatan tank misalnya sehingga kebutuhan akan alutsista TNI bisa sebagian dipenuhi dari dalam negeri.
Apa yang bisa kita lakukan untuk lebih mendorong industri strategis tersebut? Yang terpenting adalah berbagai perusahaan itu harus mampu hidup secara komersial sebagaimana perusahaan lainnya. Sebagaimana PT PAL yang mampu mengerjakan dua kapal LPD dengan harga yang sangat kompetitif, serta masuknya pesanan kapal lainnya dari Jerman, Italia, Turki, dan negara lain karena harga yang bersaing, persyaratan ini harus dikembangkan dan dimiliki industri strategis lainnya.
Pemerintah perlu memiliki keberpihakan untuk mendorong industri strategis tersebut. Secara finansial, keuangan pemerintah kita mampu mendorong industri tersebut. PT PAL, misalnya, dengan suntikan modal beberapa ratus miliar rupiah saja akan membuat perusahaan tersebut semakin bankable. Demikian juga dengan PT DI. Dengan kemampuan teknologi yang mereka miliki, restrukturisasi perusahaan tersebut akan memungkinkan PT DI menjadi lebih mampu secara komersial sehingga layak untuk didorong lebih lanjut.
Sementara itu, kepercayaan yang ditunjukkan Jerman, Italia, Korea Selatan, Turki, dan negara lain atas berbagai produk perusahaan itu mestinya membuat kita semakin yakin untuk memanfaatkan industri strategis kita untuk berbagai keperluan.
Pemerintah juga bisa mengembangkan program pembiayaan perbankan yang dijamin sepenuhnya oleh pemerintah sebagaimana fasilitas kredit ekspor dengan negara lain selama ini.
Berbagai hal tersebut akan memungkinkan industri strategis kita berkembang secara sehat dan mampu bersaing dalam percaturan global.
KOMPAS/Cyrillus Harinowo Hadiwerdoyo (Pemerhati Ekonomi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar