PT Pindad (Persero) menyerahkan 33 unit panser APS-2 (6x6) kepada Departemen Pertahanan di PT Pindad Bandung, Rabu (13/1). Penyerahan 33 unit panser ini untuk memenuhi kebutuhan alat utama sistem senjata (alutsista) nasional. (Foto: detikFoto/Angga Aliya ZRF)
13 Januari 2009, Bandung -- Malaysia, negara tetangga yang tak jarang bersitegang termasuk di kawasan perbatasan, terus mengirimkan sinyal kuat bahwa angkatan bersenjatanya bakal mempergunakan peralatan militer produksi Indonesia untuk menjaga kedaulatannya.
Peralatan militer yang dibidik adalah Panser APS Anoa 6x6 buatan PT Pindad Bandung. Direktur Utama PT Pindad, Adik Avianto Sudarsono mengungkapkan Malaysia membutuhkan 32 unit panser itu dengan spesifikasi yang tak jauh berbeda dengan Indonesia. Hanya, itu tampaknya terbentur dengan kapasitas produksi BUMN Strategis itu.
"Masih negosiasi, delivery date-nya yang tidak kena. Malasyia minta Maret, sedangkan kita selesaikan yang 61 unit pesanan Dephan yang tersisa sampai Septemrber," tandasnya di Bandung, Rabu (13/1).
Di saat yang sama, Malaysia juga tengah intens melakukan pembicaran dengan PT DI Bandung untuk pengadaan CN-235 konfigurasi anti-kapal selam. Direktur Operasional dan Produksi PT DI, Budi Wuraskito menjelaskan bahwa pihaknya telah mengirim tim guna membahas detail konfigurasi yang diinginkan.
Sebelumnya, Malaysia menginginkan 6 unit pesawat tersebut. Perkembangan terakhir, anggaran yang dialokasikan baru cukup untuk merealisasikan 4 pesawat multi fungsi itu. Diharapkan penandatangan kontrak dapat dilakukan tahun ini. Harga satu unit CN-235 konfigurasi Anti-Submarine Warfare dengan varian lengkap bisa mencapai 45 Juta US Dollar.
10th Malaysian Plan
Berdasarkan “10th Malaysian Plan” Tentera Darat Malaysia (TDM) merencanakan membentuk Air-Ground Task Force (AGTF) mengikuti gaya marinir AS untuk mengantikan infantri dan brigade mekanis saat ini.
AGTF akan terdiri dari dua batalyon infantri, dua kompi enginer, satu kompi masing-masing terdiri dari tank ringan, kendaraan lapis baja pengangkut personil, artileri dan sebuah kompi markas. Sebuah kompi pesawat udara terdiri dari enam helikopter ringan serta detasemen UAV kecil.
Untuk kendaraan lapis baja pengangkut personil, AB Malaysia mengajukan 6x6 Mine Resistant Ambush Protected (MRAP) untuk mengantikan panser beroda. Kendaraan MRAP umumnya lebih murah 40 persen dibandingkan panser beroda dan MRAP dapat membawa personil lebih banyak. AB Malaysia memerlukan 30 unit kendaraan jenis ini.
SUARA MERDEKA/@info-terkumpul
Tidak ada komentar:
Posting Komentar