Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro (kiri) bersama, Menteri BUMN Mustafa Abubakar (kedua kanan) dan Direktur PT Perindustrian Angkatan Darat (Pindad) Adik A Soedarsono (kanan) saat mencoba Panser APS-2 (6x6) usai serah terima di Bandung, Jawa Barat, Rabu (13/1). PT Pindad menyerahkan 33 unit Panser APS-2 (6x6) tahap ketiga kepada Kementerian Pertahanan dari total pesanan sebanyak 150 unit jenis APS dan empat unit jenis intai. (Foto: ANTARA/Puspa Perwitasari/ss/Spt/10)
13 Januari 2009, Jakarta -- Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Golkar, Fayakhun Andriadi mengungkapkan, kemampuan industri Alutsista domestik sebenarnya sudah memadai untuk memproduksi berbagai jenis peralatan senjata laras pendek, laras panjang, rompi dan helm anti peluru, bahkan panser-panser serta kapal-kapal patroli.
“Itu harus diberdayakan dan didukung secara politik oleh pemerintah dengan mendorong perbankan nasional memberikan fasilitas khusus. Cara ini lebih murah ketimbang harus terus mengimpor. Kecuali Alutsista yang memang sama sekali belum bisa diproduksi di sini,” katanya di Jakarta, Selasa.
Sementara Yusron Ihza yang juga mantan Wakil Ketua Komisi I DPR RI bidang Pertahanan (2004-2009) sendiri yakin seyakin-yakinnya, Indonesia memiliki stok SDM maupun SDA serta kemampuan mengelola finansial tinggi untuk menggerakkan industri pertahanan.
“Tinggal sekarang, bagaimana kemauan itu diimplementasikan di ranah nyata, tidak hanya lipservices dan akibatnya, ialah, semakin banyak Alutsista yang rontok jadi besi tua, termasuk berbagai kecelakaan pesawat maupun kapal milik TNI yang terjadi beruntun, yang memakan banyak korban jiwa serta prajurit berkualitas tinggi,” ungkapnya.
Yusron Ihza pun mengharapkan, agar pihak Dewan terus ngotot mendorong percepatan pembangunan pertahanan nasional berdasarkan blue print yang jelas, tidak hanya berdasarkan kemauan para pemasok beserta jaringan `neolib-nya.
matanews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar