Hawk MK-53.
11 Januari 2010, Jakarta -- Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Madya TNI Imam Sufaat menegaskan, penggantian pesawat tempur Hawk MK-53 mendesak dilakukan.
"Kami akan ajukan lagi ke Kementerian Pertahanan," katanya, ketika dikonfirmasi ANTARA usai usai memimpin serah terima jabatan Komandan Komando Pendidikan Angkatan Udara (Kodikau) dari Marsekal Muda TNI Sukirno kepada Marsekal Pertama TNI Daryatmo di Jakarta, Senin.
Sebelumnya, pada 2008 dan 2009 pihak TNI Angkatan Udara telah mengajukan pengggantian pesawat Hawk MK-53 dan OV-10 Bronco.
"Untuk OV-10 Bronco sudah disetujui, tinggal penggantian MK-53 yang belum kelar pembahasannya dan akan kami ajukan lagi," ungkap Imam.
Untuk pengganti MK-53, TNI AU mengaku masih menggodok berbagai jenis pesawat. Setidaknya terdapat lima alternatif, yakni, L-159B dari Republik Ceko, Yak-130 dari Rusia, Aermacchi M346 asal Italia, Chengdu FTC-2000/JL-9 dari China, dan B-50 asal Korea.
Selain itu TNI AU juga membangun Komando Sektor (Kosek) IV Biak dengan perencanaan pembentukan tiga satuan radar Ground Control Interception (GCI) dan Radar Early Warning (EW), yang akan digelar di Saumlaki, Timika dan Merauke.
Tidak itu saja, TNI AU pada kurun tersebut akan menambah penangkis serangan udara (PSU) sebanyak empat batterey, pesawat intai dan mission tiga pesawat dan pengadaan persenjataan seperti peluru kendali, armament, dan amunisi pesawat tempur masing-masing satu paket.
Penjajakan ke beberapa negara telah dilakukan dalam rangka pengadaan pesawat, radar dan berbagai persenjataan seperti Korea Selatan, Brasil, Rusia dan Republik Ceko (untuk penggantian pesawat tempur), Perancis, Amerika Serikat dan Italia (untuk radar), Spanyol, Switzerland, Polandia, Afrika Selatan, Inggris dan Belanda (untuk PSU) serta Rusia, Yugoslavia, Afrika Selatan dan Cina untuk persenjataan.
ANTARA News
Tidak ada komentar:
Posting Komentar