F-5E Tiger TNI AU. (Foto: TNI AU)
19 Januari 2010, Bandung -- Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara Marsekal Madya Imam Sufaat menargetkan, mulai 2010, pemeliharaan sistem peralatan utama sistem persenjataan sedapat mungkin diupayakan secara mandiri. Selain diyakini memiliki sumber daya manusia yang memadai, kebijakan ini juga mampu mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap negara lain.
”Pemeliharaan material secara mandiri harus segera dimulai. Apa yang sudah bisa dilakukan TNI AU secara swadaya harus diberi kepercayaan. Mungkin belum bisa lepas sepenuhnya, tetapi harus bisa dilakukan secara bertahap,” ujar KSAU, Sabtu (16/1), seusai serah terima jabatan Komandan Komando Pemeliharaan Material TNI AU di Lapangan Upacara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat.
Dalam serah terima jabatan itu, mantan Kepala Dinas Aero TNI AU Marsekal Pertama Ferdinand AM menggantikan Marsekal Muda Sunaryo HW sebagai Komandan Komando Pemeliharaan Material TNI AU.
Dalam kesempatan itu, KSAU juga mendorong badan usaha milik negara (BUMN) di bidang industri pertahanan untuk meningkatkan kapasitas produksi guna menyediakan alat utama sistem persenjataan (alutsista) secara mandiri.
”Pemberdayaan BUMN industri strategis harus mendapat prioritas. Setidaknya, secara bertahap, pemenuhan suku cadang atau sumber daya pemeliharaan alat tempur harus bisa dilakukan di dalam negeri,” ungkapnya.
Hingga 2014, TNI AU juga memiliki sejumlah agenda optimalisasi alutsista di beberapa skuadron. Misalnya, pengadaan 16 pesawat jenis Super Tucano dari Brasil untuk memperkuat skuadron 14 Madiun, Jawa Timur.
Selain itu, TNI juga merencanakan penggantian pesawat tempur Hawk MK-53 untuk skuadron 15 Madiun. Untuk pesawat pengangkut, Imam menegaskan, TNI AU akan melakukan optimalisasi terhadap empat pesawat Hercules. ”Kami bersyukur mendapat anggaran dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Kami juga akan memakai anggaran yang disahkan dalam APBN,” katanya.
KOMPAS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar