17 Maret 2009, Jakarta -- Insiden penembakan di Puncak Jaya diyakini dilakukan pihak yang sengaja ingin mengacaukan keadaan. Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono mengatakan, kondisi ini periodik terjadi ketika mendekati hajatan besar, seperti pemilihan umum (pemilu).
Dia mengingatkan semua pihak yang berniat mengacaukan stabilitas keamanan untuk berhati-hati. "Siapa pun penggerak di belakangnya jangan coba-coba. TNI dan Polri dilatih menghadapi berbagai situasi," katanya di kantor Departemen Pertahanan, Jakarta, Senin (16/3).
Juwono menanggapi penembakan pos pengamanan TNI di kawasan Tingginambut, Puncak Jaya, Papua oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM), akhir pekan lalu. Kelompok separatis juga merusak dan membakar jembatan yang menghubungkan Mulia, ibu kota Kabupaten Puncak Jaya dengan Wamena, Kabupaten Jayawijaya.
Keesokan harinya, kelompok bersenjata tersebut masih menembaki pos polisi dan pos TNI hingga menyebabkan jatuhnya korban anggota TNI, Prajurit Kepala Saiful Yusuf. Saiful tewas setelah terkena tembak di bagian kepala.
Juwono yakin, aparat keamanan tetap akan melaksanakan tugasnya secara terukur dan tepat, tanpa melebihi kewenangannya dalam menghadapi aksi-aksi para pengacau. Namun, TNI dan Polri mempunyai batas toleransi. Dalam kondisi tertentu militer dan kepolisian dapat menggunakan kekerasannya yang disahkan.
Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso menyatakan telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan. TNI berkoordinasi dengan Polri memburu pelaku penyerangan patroli gabungan di Puncak Jaya itu.
"Harus segera ditindak karena ini pelanggaran hukum," kata dia. Selain itu, aparat keamanan juga tengah mendeteksi motif yang melatarbelakangi aksi tersebut. Djoko menegaskan, kejadian ini menjadi indikasi adanya peningkatan eskalasi di lapangan yang harus diwaspadai semua pihak.
"TNI memberi atensi lebih terhadap kasus ini," kata dia. Sebagai antisipasi, TNI memperkuat pos-pos pengamanan TNI di Papua. Sasah satunya, dengan menambah personel dari Komando Daerah Militer (Kodam) Trikora.
Di Istana Negara, Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri menjanjikan kesediaan Polri berkoordinasi dengan TNI, termasuk didaerah rawan seperti Papua. "Di setiap Polres, Polda, dan Mabes Polri ada satuan cadangan yang jumlahnya cukup besar, ratusan ribu personel kita siapkan," jelasnya. Sedangkan khusus untuk daerah rawan seperti Papua, lanjut dia, Polri sudah menambah kekuatan dengan menambah satu Satuan Setingkat Kompi (SSK) Brimob. (Jurnalnasional)
Dia mengingatkan semua pihak yang berniat mengacaukan stabilitas keamanan untuk berhati-hati. "Siapa pun penggerak di belakangnya jangan coba-coba. TNI dan Polri dilatih menghadapi berbagai situasi," katanya di kantor Departemen Pertahanan, Jakarta, Senin (16/3).
Juwono menanggapi penembakan pos pengamanan TNI di kawasan Tingginambut, Puncak Jaya, Papua oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM), akhir pekan lalu. Kelompok separatis juga merusak dan membakar jembatan yang menghubungkan Mulia, ibu kota Kabupaten Puncak Jaya dengan Wamena, Kabupaten Jayawijaya.
Keesokan harinya, kelompok bersenjata tersebut masih menembaki pos polisi dan pos TNI hingga menyebabkan jatuhnya korban anggota TNI, Prajurit Kepala Saiful Yusuf. Saiful tewas setelah terkena tembak di bagian kepala.
Juwono yakin, aparat keamanan tetap akan melaksanakan tugasnya secara terukur dan tepat, tanpa melebihi kewenangannya dalam menghadapi aksi-aksi para pengacau. Namun, TNI dan Polri mempunyai batas toleransi. Dalam kondisi tertentu militer dan kepolisian dapat menggunakan kekerasannya yang disahkan.
Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso menyatakan telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan. TNI berkoordinasi dengan Polri memburu pelaku penyerangan patroli gabungan di Puncak Jaya itu.
"Harus segera ditindak karena ini pelanggaran hukum," kata dia. Selain itu, aparat keamanan juga tengah mendeteksi motif yang melatarbelakangi aksi tersebut. Djoko menegaskan, kejadian ini menjadi indikasi adanya peningkatan eskalasi di lapangan yang harus diwaspadai semua pihak.
"TNI memberi atensi lebih terhadap kasus ini," kata dia. Sebagai antisipasi, TNI memperkuat pos-pos pengamanan TNI di Papua. Sasah satunya, dengan menambah personel dari Komando Daerah Militer (Kodam) Trikora.
Di Istana Negara, Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri menjanjikan kesediaan Polri berkoordinasi dengan TNI, termasuk didaerah rawan seperti Papua. "Di setiap Polres, Polda, dan Mabes Polri ada satuan cadangan yang jumlahnya cukup besar, ratusan ribu personel kita siapkan," jelasnya. Sedangkan khusus untuk daerah rawan seperti Papua, lanjut dia, Polri sudah menambah kekuatan dengan menambah satu Satuan Setingkat Kompi (SSK) Brimob. (Jurnalnasional)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar