ACEH BESAR, 19/3 - KAPAL PERANG. Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso (kanan) berbicara dengan Gubernur NAD, Irwandi Yusuf (kiri) pada pengukuhan KRI Sultan Iskandar Muda di pelabuhan Malahayati, Aceh Besar, Kamis (19/3). Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso bersama Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam, Irwandi Yusuf dan Kasal TNI-AL Laksamana Tedjo Edhy P meresmikan KRI Sultan Iskandar Muda dan KRI Alkura sebagai kapal perang dalam mempertahankan kedaulatan NKRI. (Foto: ANTARA/Ampelsa/ss/ama/09)
19 Maret 2009, Banda Aceh -- Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso mengatakan, wilayah perairan Indonesia yang sangat luas dan terbuka berpotensi untuk disusupi kekuatan dari luar.
"Indonesia memiliki panjang pantai sekitar 81 juta kilometer dan sangat terbuka, sehingga sangat rawan dimasuki dari berbagai arah," katanya saat mengukuhkan kapal Korvet Sigma Sultan Iskandar Muda (SIM)-367 sebagai Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) di Pelabuhan Malahayati, Banda Aceh, Kamis.
Dijelaskannya, di dunia terdapat sembilan titik alur laut strategis, empat diantaranya terdapat di Indonesia yakni Selat Malaka, Selat Sunda di wilayah barat Indonesia dan Selat Lombok dan Selat Omewetar di wilayah timur Indonesia.
Masing-masing memiliki potensi kerawanan, misalnya di Selat Malaka yang merupakan laut terpadat di dunia yang menjadi perlintasan sekitar 140 kapal setiap harinya. Dari 140 kapal yang melintas itu, 50 persennya mengangkut minyak dunia.
"Karena itu, perlu dukungan alat utama sistem senjata yang memadai demi tegaknya kedaulatan dan keamanan negara termasuk unsur-unsur kekuatan matra laut," ujarnya.
Djoko mengatakan, penambahan kapal perang ke jajaran TNI khususnya TNI AL merupakan salah satu komitmen pemerintah untuk menjaga dan mempertahankan kedaulatan negara.
Oleh karena itu, selama anggaran tersedia TNI terus akan melakukan penambahan alutsista. TNI AL berencana menambah satu Korvet yang tidak lama lagi akan datang yakni KRI Frans Kaisiepo dan menambah kapal selam.
Panglima TNI menegaskan, pihaknya akan memaksimalkan seluruh armada yang ada untuk mengamankan dan menjaga kedaulatan Negara Kesataun Republik Indonesia (NKRI).
KRI Sultan Iskandar Muda merupakan salah satu dari empat kapal korvet yang dipesan Pemerintah Indonesia dari galangan kapal Schelde Navel Shipbuilding, Belanda.
KRI Sultan Iskandar Muda-367 dibangun mulai Mei 2006 dan diberi nama pada 27 November 2007, diserahkan kepada pemerintah Indonesia pada 299 Agustus 2008 dan diresmikan pada 18 Oktober 2008.
Korvet kelas SIGMA dirancang secara unik sesuai bentuk dan model Ship Integrated Geometrical Modularity Approach (SIGMA) yang memiliki fleksibilitas sebagai kapal patroli AL yang mampu menembus segala cuaca.
Kapal ini memiliki bobot 1.819 ton, panjang geladak utama 90,71 meter, draft 3,46 meter, lebar 13,02 meter, tinggi 8,2 meter, kecepatan jelajah 18 knot, dan daya dorong 2 X SEMTP Pielstick.
Sebelumnya, TNI AL telah memiliki kapal jenis ini yakni KRI Diponegoro-365 dan KRI Hasanuddin-366 yang telah bergabung dengan Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim).
Selain KRI Sultan Iskandar Muda-367, Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso juga mengukuhkan KRI Al Kura- 830 yang merupakan kapal patroli cepat (PC) 40 produksi Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan Mentigi Tahun Anggaran (TA) 2007. (Republika)
"Indonesia memiliki panjang pantai sekitar 81 juta kilometer dan sangat terbuka, sehingga sangat rawan dimasuki dari berbagai arah," katanya saat mengukuhkan kapal Korvet Sigma Sultan Iskandar Muda (SIM)-367 sebagai Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) di Pelabuhan Malahayati, Banda Aceh, Kamis.
Dijelaskannya, di dunia terdapat sembilan titik alur laut strategis, empat diantaranya terdapat di Indonesia yakni Selat Malaka, Selat Sunda di wilayah barat Indonesia dan Selat Lombok dan Selat Omewetar di wilayah timur Indonesia.
Masing-masing memiliki potensi kerawanan, misalnya di Selat Malaka yang merupakan laut terpadat di dunia yang menjadi perlintasan sekitar 140 kapal setiap harinya. Dari 140 kapal yang melintas itu, 50 persennya mengangkut minyak dunia.
"Karena itu, perlu dukungan alat utama sistem senjata yang memadai demi tegaknya kedaulatan dan keamanan negara termasuk unsur-unsur kekuatan matra laut," ujarnya.
Djoko mengatakan, penambahan kapal perang ke jajaran TNI khususnya TNI AL merupakan salah satu komitmen pemerintah untuk menjaga dan mempertahankan kedaulatan negara.
Oleh karena itu, selama anggaran tersedia TNI terus akan melakukan penambahan alutsista. TNI AL berencana menambah satu Korvet yang tidak lama lagi akan datang yakni KRI Frans Kaisiepo dan menambah kapal selam.
Panglima TNI menegaskan, pihaknya akan memaksimalkan seluruh armada yang ada untuk mengamankan dan menjaga kedaulatan Negara Kesataun Republik Indonesia (NKRI).
KRI Sultan Iskandar Muda merupakan salah satu dari empat kapal korvet yang dipesan Pemerintah Indonesia dari galangan kapal Schelde Navel Shipbuilding, Belanda.
KRI Sultan Iskandar Muda-367 dibangun mulai Mei 2006 dan diberi nama pada 27 November 2007, diserahkan kepada pemerintah Indonesia pada 299 Agustus 2008 dan diresmikan pada 18 Oktober 2008.
Korvet kelas SIGMA dirancang secara unik sesuai bentuk dan model Ship Integrated Geometrical Modularity Approach (SIGMA) yang memiliki fleksibilitas sebagai kapal patroli AL yang mampu menembus segala cuaca.
Kapal ini memiliki bobot 1.819 ton, panjang geladak utama 90,71 meter, draft 3,46 meter, lebar 13,02 meter, tinggi 8,2 meter, kecepatan jelajah 18 knot, dan daya dorong 2 X SEMTP Pielstick.
Sebelumnya, TNI AL telah memiliki kapal jenis ini yakni KRI Diponegoro-365 dan KRI Hasanuddin-366 yang telah bergabung dengan Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim).
Selain KRI Sultan Iskandar Muda-367, Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso juga mengukuhkan KRI Al Kura- 830 yang merupakan kapal patroli cepat (PC) 40 produksi Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan Mentigi Tahun Anggaran (TA) 2007. (Republika)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar