Senin, 07 Juni 2010

Menhan RI Hadiri The 9th IISS Asia Security Summit The Shangrila – La Dialogue

(Foto: mindef)

07 Juni 2010, Jakarta -- Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro didampingi beberapa pejabat di lingkungan Kemhan, Jumat (4/6) bertolak menuju Singapura guna menghadiri pertemuan The 9th Internasional Institute For Strategic Studies (IISS) Asia Security Summit The Shangrila-La Dialogue atau pertemuan puncak keamanan regional Asia, di Hotel Shangrila, Singapura.

Kunjungan kerja Menhan RI ke Singapura ini diawali dengan pertemuan bilateral dengan sejumlah menteri pertahanan beserta para jajarannya dari berbagai negara di kawasan Asia, diantaranya Menteri Pertahanan Jepang Toshimi Kitazawa, Menteri Pertahanan Singapura, Teo Chee Hean, Menteri Pertahanan Nasional Vietnam, General Phung Quang Thanh , dan menteri pertahanan negara Chile Jaime Ravinet de la Fuente.

The IISS Dialog Shangri-La yang diselenggarakan selama 3 hari (4 – 6 juni 2010 ) dibuka langsung dengan sambutan dari Direktur Jenderal dan Ketua Eksekutif IISS Dr John Chipman. Pertemuan Keamanan Asia ini juga merupakan forum utama diplomasi pertahanan informal antara negara-negara dari kawasan Asia-Pasifik. Lebih dari 25 delegasi pemerintah terdiri dari menteri pertahanan, kepala staf pertahanan, sekretaris permanen, militer dan intelligen ikut hadir dalam forum internasional ini.

Pada acara puncak pertemuan keamanan asia tersebut Menhan RI Purnomo Yusgiantoro, berkesempatan berbicara mengenai pembaharuan arsitektur keamanan regional. Dikatakan Menhan, bahwa negara yang ada di kawasan regional Asia dalam jangka waktu yang cukup lama akan mengalami lingkungan yang relative kondusif. sehingga dapat meningkatkan segi pembangunan ekonomi, kemajuan sosial serta reformasi politik dan demokratis.

Namun kata Menhan, dengan hanya menciptakan lingkungan kondusif belum cukup untuk menjamin dan memastikan perdamaian dan stabilitas yang berkelanjutan. Karena menurut Menhan masih terdapat tantangan keamanan lainnya yang terlihat jelas, seperti ancaman non-tradisional dan gangguan internal, termasuk separatisme dan konflik komunal, serta sengketa perbatasan dan tumpang tindih klaim teritorial. Oleh sebab itu persepsi umum dari arsitektur keamanan regional masih lemah dan belum memadai.

“Semua ini lebih dari cukup untuk meyakinkan kita kebutuhan mendesak di kawasan itu untuk mengembangkan arsitektur keamanan lebih kuat dan lebih koheren,” ungkap Menhan RI Purnomo Yusgiantoro.

Lebih lanjut pada kesempatan pertemuan tersebut, Menhan menjelaskan beberapa strategi pengembangan arsitektur keamanan yang dikehendaki di kawasan regional. Antara lain, yakni perkembangan utama dengan adanya pergeseran kekuatan global terpusat dari yang unipolar untuk menjadi multipolar. Seiring dengan hal tersebut terdapat perubahan pola tata internasional dari unilateralisme menjadi , yang pasti menciptakan lingkungan yang lebih kondusif untuk membangun arsitektur regional.

Menhan juga menilai, pembangunan lainnya adalah pergeseran preferensi dalam penggunaan kekuasaan multidimensi dari hard power ke soft power atau bahkan smart power. Faktor terakhir yang menjadi pengembangan arsitektur keamanan regional adalah melalui kekuatan integratif di wilayah itu sendiri yang dapat diawali dengan didorongnya oleh kepentingan ekonomi dan diperluas kepada bidang keamanan.

Sebelum mengakhiri pertemuan tersebut Menhan menyatakan bahwa dinamika kerjasama regional, termasuk salah satu yang akan memperbaharui arsitektur keamanan regional. Namun, Menhan yakin bahwa ASEAN akan tetap menjadi pusat atau central dalam membawa keseimbangan ke wilayah tersebut. Menurut Menhan masih diperlukan banyak waktu dan aspek untuk meningkatkan itu semua akan tetapi untuk memperbaharui arsitektur keamanan regional diperlukan bahan yang cukup untuk melanjutkan kerjasama regional tersebut.

DMC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar