Rabu, 10 Juni 2009

Kodam VI/Tanjungpura Siap Perang

Pangdam sedang melakukan inspeksi pasukan Batalyon 600/R. (Foto: Kodam VI/Tpr)

11 Juni 2009, Balikpapan -- Kodam VI/Tanjungpura telah menyiagakan pasukan tempur di dua titik perbatasan dengan Malaysia. Yakni, di Kaltim dan Kalbar, masing-masing satu brigade.

Sewaktu-waktu, jika ketegangan di Ambalat memicu perang, maka pasukan yang ada di dua titik itu akan siap menjaga keutuhan NKRI. Di samping itu, ada pula pasukan tempur yang standby di bawah Kodam VI/Tpr. Seperti pasukan di tingkat Korem, Kodim, dan Raider 600.

“Kita sebagai TNI selalu siap untuk perang dengan siapa saja,” kata Kapendam VI/Tpr Letkol Czi Bagus Antonov Hardito kepada Kaltim Post di kantornya kemarin.

Sehari sebelumnya, Dewan Perwakilan Daerah (DPD) pemilihan Kaltim mengusulkan pembentukan panitia khusus (Pansus) untuk menuntaskan sengketa Ambalat antara Indonesia dengan Malaysia. DPD juga akan mengajukan beberapa saran nonkonfrontasi, di antaranya penempatan dan pemberian fasilitas khusus bagi warga di pulau terpencil di perbatasan. Termasuk pula, memperkuat dukungan persenjataan dan logistik bagi personel Kodam VI/Tanjungpura, terutama yang bertugas di perbatasan.

Rencana ini mengemuka pada rapat tertutup antara anggota DPD Kaltim dengan Ketua DPD Ginandjar Kartasasmita dan Wakil Ketua DPD La Ode Ida, Selasa (9/6).

Menurut Bagus Antonov Hardito, selain pasukan tempur, Kodam VI/Tpr juga sudah menyiapkan peralatan perang yang saat ini dipusatkan di Makodam. Peralatan perang yang dimiliki, di antaranya kendaraan lapis baja dan artileri.

Persiapan yang dilakukan selama ini, akan disesuaikan dengan tingkat ancaman yang terjadi. Sebab, jika sampai terjadi perang pastinya akan memakan waktu yang lama. Karena itu, strateginya harus jitu. Alat perang apa yang harus dikeluarkan dahulu dan alat apa yang harus disimpan untuk langkah selanjutnya, dihitung secara cermat.

Menurut Bagus Antonov Hardito, ketegangan yang terjadi di perairan Ambalat tentu ada jenjang prosedur yang harus dilakukan. “TNI AL itu ada prosedur, misalnya kapal asing mendekat itu langkah apa yang dilakukan. Tidak bisa main tembak aja kaya yang diinginkan warga,” ucapnya.

Pun demikian, kata Bagus, pihaknya saat ini tak ingin mengekspose apa yang sedang dilakukan TNI secara mendetail. Karena, hal itu menyangkut strategi perang yang sangat riskan jika di-blow up, sebab pihak lawan akan mudah mengetahui.

Dalam kondisi seperti ini, tambahnya, kedua belah pihak yang bersitegang, Indonesia dan Malaysia, pasti tengah mengambil langkah investigasi untuk mengetahui kekuatan lawan. Ini dilakukan, agar ketika terjadi perang Indonesia mengetahui senjata atau alat perang apa yang harus dikeluarkan untuk memukul mundur Malaysia. Sebab, dalam proses investigasi sudah diketahui senjata apa saja yang dimiliki negara tetangga.

“Ilustrasinya kan begini, kalau kita mau mukul nyamuk kan nggak mungkin pakai pentungan,” katanya lantas tersenyum.

Selain Kodam VI/Tpr, terangnya, pasukan TNI di Jawa juga sudah bersiaga. Yakni, pasukan pemukul cepat yang standby di Jawa dan akan diterbangkan ke daerah mana saja untuk mempertahankan kedaulatan negara.

Sayangnya, tambah Bagus, sepanjang ketegangan terjadi di Ambalat, media di Indonesia terlalu memojokan TNI. Media, selalu mengekspose kelemahan TNI. Misalnya, memberitakan tentang kekuatan dan peralatan yang dimiliki TNI. Hal ini tentu menguntungkan pihak Malaysia. Padahal, di Malaysia, media tidak mengekspose tentang apa yang dilakukan negaranya sevulgar di Indonesia.

“Jadi Malaysia nggak perlu capek-capek investigasi, mereka tinggal duduk baca koran yang ada di meja semuanya sudah ada. Jadi sudah tahu mau keluarkan peralatan apa kalau perang sama Indonesia,” terangnya.

Kaltim Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar