C-27J Spartan AU Bulgaria. (Foto: Sofiaecho)
1 April 2011, Sofia -- (Berita HanKam): Alenia Aeronautica menyerahkan pesawat angkut C-27J Spartan terakhir yang dipesan Angkatan Udara Bulgaria pada 2006.
Upacara penyerahan pesawat dilaksanakan di pangkalan militer Vrazhdebna, Sofia, Kamis (31/3), dihadiri Perdana Menteri Bulgaria Anu Anguelov, Menteri Pertahanan Bulgaria Giuseppe Cossiga, Sekretaris Pertahanan Italia Stefano Benazzo, Dubes Italia untuk Bulgaria Gen. S.A. Maurizio Ludovisi, serta pejabat Alenia Giuseppe Giordo.
Upacara penyerahan C-27J Spartan di pangkalan militer Vrazhdebna, Sofia. (Foto: Alenia)
Pada awalnya, pemerintah Bulgaria memesan lima pesawat pada 2006, dua pesawat diserahkan Desember 2010 ketika pejabat Bulgaria mengumumkan pesanan pesawat dikurangi menjadi tiga unit.
C-27J AU Bulgaria dilengkapi sistem pertahanan diri yang meningkatkan secara signifikan kemampuan pesawat melakukan operasi dalam kondisi sulit.
Pesawat C-27J Spartan telah dipesan oleh AU Italia, Yunani, Lithuania, Rumania, Maroko dan Amerika Selatan. Alenia memperkenalkan C-27J pada TNI AU bulan lalu di Halim Perdanakusumah.
Sumber: Alenia
Berita HanKam
Kamis, 31 Maret 2011
Kemhan Siap Beli Pesawat Tanpa Awak
Wulung UAV buatan dalam negeri.
1 April 2011, Jakarta -- (SINDO): Kementerian Pertahanan (Kemhan) menganggarkan sekitar USD16 juta untuk pembelian pesawat tanpa awak atau unmanned aerial vehicle (UAV).
Sekretaris Jenderal Kemhan Marsekal Madya Eris Herryanto mengatakan, untuk 2011 direncanakan akan dilakukan pembelian sejumlah pesawat tanpa awak. Dana untuk pembelian tersebut diambil dari anggaran tambahan untuk memodernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) senilai Rp2 triliun pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2011.
Namun, dia belum bisa memastikan pesawatpesawat tersebut akan didatangkan dari negara mana. “Untuk sejumlah pembelian alutsista, kita akan menggunakan anggaran tambahan Rp2 triliun,” ujarnya di Jakarta kemarin. Selain itu, lanjut Eris, tambahan anggaran tersebut juga akan dibelanjakan untuk persenjataan pesawat tempur Sukhoi dan sejumlah helikopter dari Rusia.
Seperti diketahui,TNI Angkatan Udara akan menambah satu skuadron berupa pesawat tanpa awak di Pangkalan Udara Supadio, Pontianak, untuk memperkuat kemampuan pemantauan, termasuk daerah perbatasan di Kalimantan Barat. Pesawat tanpa awak mempunyai fungsi yang sangat strategis dan dapat dioperasikan dari jarak jauh.
Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Imam Sufaat pernah menyatakan, untuk menampung pesawat- pesawat tersebut, status Lanud Supadio Pontianak akan ditingkatkan menjadi Kelas A atau Bintang 1. Sementara itu, anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDIP Helmi Fauzy mengatakan, prinsipnya Komisi I menyetujui sejumlah pembelian alutsista yang diusulkan Kemhan dan TNI.
“Untuk pembelian pesawat tanpa awak dan sejumlah persenjataan lain prinsipnya disetujui,” ujarnya.Namun, lanjut Helmi,Komisi I mempertanyakan pembelian dua pesawat Boeing 737-400 dari Garuda Indonesia. Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Golkar Fayakhun Andriadi menambahkan, pihaknya mempertanyakan serah terima pesawat tersebut.
Menurutnya, proses pembelian tersebut telah melanggar prosedur.“DPR belum memberikan persetujuan atas proses pembelian tersebut,” katanya. Seharusnya,dengan anggaran yang tersedia,TNI AU dapat membeli pesawat baru yang pemeliharaannya jauh lebih mudah dan murah ketimbang membeli pesawat bekas dari maskapai penerbangan.
”Sebaiknya beli baru.Apalagi untuk VVIP. Satu bisa sekelas 737, satunya lagi pesawat yang bisa mendarat di mana-mana,misalnya CN235 yang bisa (dibuat) di dalam negeri oleh PT Dirgantara Indonesia,”ujarnya.
Sumber: SINDO
1 April 2011, Jakarta -- (SINDO): Kementerian Pertahanan (Kemhan) menganggarkan sekitar USD16 juta untuk pembelian pesawat tanpa awak atau unmanned aerial vehicle (UAV).
Sekretaris Jenderal Kemhan Marsekal Madya Eris Herryanto mengatakan, untuk 2011 direncanakan akan dilakukan pembelian sejumlah pesawat tanpa awak. Dana untuk pembelian tersebut diambil dari anggaran tambahan untuk memodernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) senilai Rp2 triliun pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2011.
Namun, dia belum bisa memastikan pesawatpesawat tersebut akan didatangkan dari negara mana. “Untuk sejumlah pembelian alutsista, kita akan menggunakan anggaran tambahan Rp2 triliun,” ujarnya di Jakarta kemarin. Selain itu, lanjut Eris, tambahan anggaran tersebut juga akan dibelanjakan untuk persenjataan pesawat tempur Sukhoi dan sejumlah helikopter dari Rusia.
Seperti diketahui,TNI Angkatan Udara akan menambah satu skuadron berupa pesawat tanpa awak di Pangkalan Udara Supadio, Pontianak, untuk memperkuat kemampuan pemantauan, termasuk daerah perbatasan di Kalimantan Barat. Pesawat tanpa awak mempunyai fungsi yang sangat strategis dan dapat dioperasikan dari jarak jauh.
Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Imam Sufaat pernah menyatakan, untuk menampung pesawat- pesawat tersebut, status Lanud Supadio Pontianak akan ditingkatkan menjadi Kelas A atau Bintang 1. Sementara itu, anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDIP Helmi Fauzy mengatakan, prinsipnya Komisi I menyetujui sejumlah pembelian alutsista yang diusulkan Kemhan dan TNI.
“Untuk pembelian pesawat tanpa awak dan sejumlah persenjataan lain prinsipnya disetujui,” ujarnya.Namun, lanjut Helmi,Komisi I mempertanyakan pembelian dua pesawat Boeing 737-400 dari Garuda Indonesia. Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Golkar Fayakhun Andriadi menambahkan, pihaknya mempertanyakan serah terima pesawat tersebut.
Menurutnya, proses pembelian tersebut telah melanggar prosedur.“DPR belum memberikan persetujuan atas proses pembelian tersebut,” katanya. Seharusnya,dengan anggaran yang tersedia,TNI AU dapat membeli pesawat baru yang pemeliharaannya jauh lebih mudah dan murah ketimbang membeli pesawat bekas dari maskapai penerbangan.
”Sebaiknya beli baru.Apalagi untuk VVIP. Satu bisa sekelas 737, satunya lagi pesawat yang bisa mendarat di mana-mana,misalnya CN235 yang bisa (dibuat) di dalam negeri oleh PT Dirgantara Indonesia,”ujarnya.
Sumber: SINDO
Rafale Mencari Lawan Seimbang
Teknisi Angkatan Laut Perancis mempersenjatai pesawat tempur Rafale dengan misil "Mica IR" untuk menjalankan misi ke Libya di atas kapal induk Charles De Gaulle, Jumat (25/3). Kubu oposisi Libya berterima kasih kepada Perancis atas inisiatif mereka memulai serangan koalisi terhadap basis militer pemimpin Libya, Moammar Khadafy, tetapi meminta "kekuatan asing" bisa meninggalkan negeri mereka. (Foto: AFP)
1 April 2011 -- (KOMPAS):Sudah hampir dua pekan Perancis berada di garda depan mengawal zona larangan terbang di atas Libya. Pejabat-pejabat militer Perancis pun beberapa kali mengumumkan keberhasilan pesawat tempur andalan mereka, Dassault Rafale, menghancurkan berbagai sasaran. Namun, benarkah keunggulan Rafale sudah sungguh-sungguh teruji?
Terakhir, Senin (28/3), Perancis melaporkan, jet-jet Rafale mereka berhasil menghancurkan pusat komando pasukan Moammar Khadafy di pedalaman Libya, sekitar 10 kilometer sebelah selatan ibu kota Tripoli. Juru bicara Kepala Staf Gabungan Perancis, Kolonel Thierry Burkhard, tidak bersedia memberikan detail kerusakan sasaran, kecuali hanya mengatakan misi hari Minggu itu berjalan sukses.
Meski memiliki misi utama mengamankan zona larangan terbang, yang bertujuan mencegah penggunaan pesawat tempur AU Libya untuk menyerang pasukan oposisi, kekuatan pasukan koalisi kali ini memang menyerang target-target di darat dan laut. Target-target itu seperti tank, kapal patroli, instalasi radar, sistem pertahanan antiserangan udara, hingga pusat-pusat komando.
Alasan pemilihan sasaran-sasaran di darat itu adalah untuk melumpuhkan kemampuan pasukan pro-Khadafy agar tidak lagi membunuh warga sipil Libya.
Delapan Rafale yang lepas landas dari Pangkalan Udara Robinson di Saint-Dizier, Perancis timur laut, membuka operasi militer di Libya ini di bawah nama sandi Operasi Harmattan, Sabtu (19/3). Dilaporkan, delapan Rafale itu berhasil menghancurkan empat tank Khadafy yang bersiap menyerang kota Benghazi.
Akan tetapi, hingga hari ke-12 operasi tersebut, jet-jet canggih buatan Dassault Aviation itu seperti belum menemukan lawan yang sepadan dengan kemampuan sesungguhnya.
Multifungsi
Pesawat generasi keempat yang dirancang menjadi tulang punggung keunggulan udara angkatan bersenjata Perancis hingga tahun 2030 ini dibekali dengan seabrek kemampuan canggih sehingga mampu melaksanakan berbagai misi sekaligus.
Begitu multifungsinya Rafale sehingga pihak Dassault menjuluki pesawat tempur itu ”omnirole” atau ”mahabisa” sebagai istilah pemasaran untuk membedakan dengan pesawat-pesawat setara dari AS atau negara lain, yang biasanya hanya dilabeli sebagai pesawat ”multirole”.
”Pesawat ini sudah menjalankan misi udara ke udara, menghantam sasaran dari udara ke darat, misi pengintaian, dan bahkan bisa menjadi pesawat tanker. Benar-benar multifungsi. Anda bisa menyiapkan pesawat dan memilih misinya sembari Anda terbang,” ungkap Burkhard setengah berpromosi.
Untuk menunjukkan kemultifungsian jet tempur ini kepada dunia, Perancis menurunkan dua jenis Rafale dalam operasi di Libya. Dua jenis itu adalah jenis yang lepas landas dari pangkalan di darat (Rafale C yang berkursi tunggal dan Rafale B yang berkursi ganda) milik Armée de l’Air atau AU Perancis dan versi Rafale M yang bisa lepas landas dan mendarat di kapal induk milik Marine Nationale atau AL Perancis.
Rafale, yang dalam bahasa Perancis berarti tiupan angin badai, adalah wujud ambisi Perancis menunjukkan kemandirian militer mereka. Saat negara-negara Eropa lain bergabung untuk mengembangkan bersama pesawat Eurofighter Typhoon pada pertengahan 1980-an, Perancis memilih mundur. Mereka mengembangkan sendiri proyek pesawat ACX, yang kemudian menghasilkan Rafale.
Rafale dibuat memenuhi tuntutan AU dan AL Perancis, yang menginginkan sebuah pesawat yang bisa menjalankan fungsi tujuh pesawat berbeda. Pesawat itu dituntut harus bisa menjalankan berbagai misi, mulai dari keunggulan udara, pengintaian, dukungan udara bagi serangan darat, serangan presisi udara ke permukaan (sasaran di tanah maupun di laut), hingga mampu menjalankan serangan nuklir.
Bukan tandingan
Dassault menjawab tantangan itu dengan mendesain pesawat yang gesit dan lincah berkat perpaduan sayap delta dan canard (sayap kecil di bagian depan) serta empat lapis sistem kemudi elektronik (fly-by-wire). Rafale mampu menjalankan misi terbang rendah mengikuti kontur permukaan bumi untuk menghindari deteksi radar musuh.
Perpaduan badan yang 70 persennya terbuat dari material komposit yang ringan dan dorongan dua mesin turbofan M88-2 membuat Rafale memiliki kemampuan supercruise, yakni mampu melesat hingga kecepatan supersonik (Mach 1,87) tanpa menggunakan peranti afterburner (menyemprotkan bahan bakar ekstra di saluran buang mesin jet), sehingga menghemat konsumsi bahan bakar dan menurunkan biaya operasional.
Dari segi avionik, Dassault mengklaim Rafale sebagai satu-satunya pesawat buatan Eropa yang menggunakan perangkat radar pemindai elektronik aktif (AESA), yang mampu melacak banyak sasaran dan ancaman di sekitar pesawat secara simultan dalam kondisi segala cuaca dan tahan gangguan pengacak radar musuh.
Pesawat ini juga dilengkapi sistem peperangan elektronik SPECTRA, yang mampu mendeteksi berbagai jenis musuh dari jarak jauh sehingga memungkinkan pilot memilih metode pertahanan paling efektif. Sistem ini dijalankan berdasarkan basis data musuh, yang bisa ditentukan sendiri dan diperbarui sewaktu-waktu.
Namun, dengan segala kemampuan ini, baru dua fungsi yang sudah ditunjukkan Rafale di Libya, yakni serangan udara ke darat dan misi pengintaian. Sejak operasi dimulai dua pekan lalu, belum sekali pun pesawat ini menghadapi lawan setimbang di udara.
Memang tak mungkin AU Libya, yang sebagian besar armadanya adalah jet MiG dan Sukhoi lawas buatan Rusia, bisa menandingi persenjataan avant garde Perancis ini.
Rafale Perancis memang berhasil melumpuhkan satu pesawat AU Libya di Pangkalan Udara Misrata, Kamis pekan lalu. Akan tetapi, sasarannya adalah pesawat latih kuno buatan Yugoslavia, Soko G2-Galeb, yang baru saja mendarat di landasan.
Jadi, jika Perancis bermaksud memberi label ”battle proven” bagi pesawat Rafale ini agar kelak lebih laku dijual ke negara lain, misi di Libya belum benar-benar membuktikan kemampuan Rafale sesungguhnya.
Sumber: KOMPAS
1 April 2011 -- (KOMPAS):Sudah hampir dua pekan Perancis berada di garda depan mengawal zona larangan terbang di atas Libya. Pejabat-pejabat militer Perancis pun beberapa kali mengumumkan keberhasilan pesawat tempur andalan mereka, Dassault Rafale, menghancurkan berbagai sasaran. Namun, benarkah keunggulan Rafale sudah sungguh-sungguh teruji?
Terakhir, Senin (28/3), Perancis melaporkan, jet-jet Rafale mereka berhasil menghancurkan pusat komando pasukan Moammar Khadafy di pedalaman Libya, sekitar 10 kilometer sebelah selatan ibu kota Tripoli. Juru bicara Kepala Staf Gabungan Perancis, Kolonel Thierry Burkhard, tidak bersedia memberikan detail kerusakan sasaran, kecuali hanya mengatakan misi hari Minggu itu berjalan sukses.
Meski memiliki misi utama mengamankan zona larangan terbang, yang bertujuan mencegah penggunaan pesawat tempur AU Libya untuk menyerang pasukan oposisi, kekuatan pasukan koalisi kali ini memang menyerang target-target di darat dan laut. Target-target itu seperti tank, kapal patroli, instalasi radar, sistem pertahanan antiserangan udara, hingga pusat-pusat komando.
Alasan pemilihan sasaran-sasaran di darat itu adalah untuk melumpuhkan kemampuan pasukan pro-Khadafy agar tidak lagi membunuh warga sipil Libya.
Delapan Rafale yang lepas landas dari Pangkalan Udara Robinson di Saint-Dizier, Perancis timur laut, membuka operasi militer di Libya ini di bawah nama sandi Operasi Harmattan, Sabtu (19/3). Dilaporkan, delapan Rafale itu berhasil menghancurkan empat tank Khadafy yang bersiap menyerang kota Benghazi.
Akan tetapi, hingga hari ke-12 operasi tersebut, jet-jet canggih buatan Dassault Aviation itu seperti belum menemukan lawan yang sepadan dengan kemampuan sesungguhnya.
Multifungsi
Pesawat generasi keempat yang dirancang menjadi tulang punggung keunggulan udara angkatan bersenjata Perancis hingga tahun 2030 ini dibekali dengan seabrek kemampuan canggih sehingga mampu melaksanakan berbagai misi sekaligus.
Begitu multifungsinya Rafale sehingga pihak Dassault menjuluki pesawat tempur itu ”omnirole” atau ”mahabisa” sebagai istilah pemasaran untuk membedakan dengan pesawat-pesawat setara dari AS atau negara lain, yang biasanya hanya dilabeli sebagai pesawat ”multirole”.
”Pesawat ini sudah menjalankan misi udara ke udara, menghantam sasaran dari udara ke darat, misi pengintaian, dan bahkan bisa menjadi pesawat tanker. Benar-benar multifungsi. Anda bisa menyiapkan pesawat dan memilih misinya sembari Anda terbang,” ungkap Burkhard setengah berpromosi.
Untuk menunjukkan kemultifungsian jet tempur ini kepada dunia, Perancis menurunkan dua jenis Rafale dalam operasi di Libya. Dua jenis itu adalah jenis yang lepas landas dari pangkalan di darat (Rafale C yang berkursi tunggal dan Rafale B yang berkursi ganda) milik Armée de l’Air atau AU Perancis dan versi Rafale M yang bisa lepas landas dan mendarat di kapal induk milik Marine Nationale atau AL Perancis.
Rafale, yang dalam bahasa Perancis berarti tiupan angin badai, adalah wujud ambisi Perancis menunjukkan kemandirian militer mereka. Saat negara-negara Eropa lain bergabung untuk mengembangkan bersama pesawat Eurofighter Typhoon pada pertengahan 1980-an, Perancis memilih mundur. Mereka mengembangkan sendiri proyek pesawat ACX, yang kemudian menghasilkan Rafale.
Rafale dibuat memenuhi tuntutan AU dan AL Perancis, yang menginginkan sebuah pesawat yang bisa menjalankan fungsi tujuh pesawat berbeda. Pesawat itu dituntut harus bisa menjalankan berbagai misi, mulai dari keunggulan udara, pengintaian, dukungan udara bagi serangan darat, serangan presisi udara ke permukaan (sasaran di tanah maupun di laut), hingga mampu menjalankan serangan nuklir.
Bukan tandingan
Dassault menjawab tantangan itu dengan mendesain pesawat yang gesit dan lincah berkat perpaduan sayap delta dan canard (sayap kecil di bagian depan) serta empat lapis sistem kemudi elektronik (fly-by-wire). Rafale mampu menjalankan misi terbang rendah mengikuti kontur permukaan bumi untuk menghindari deteksi radar musuh.
Perpaduan badan yang 70 persennya terbuat dari material komposit yang ringan dan dorongan dua mesin turbofan M88-2 membuat Rafale memiliki kemampuan supercruise, yakni mampu melesat hingga kecepatan supersonik (Mach 1,87) tanpa menggunakan peranti afterburner (menyemprotkan bahan bakar ekstra di saluran buang mesin jet), sehingga menghemat konsumsi bahan bakar dan menurunkan biaya operasional.
Dari segi avionik, Dassault mengklaim Rafale sebagai satu-satunya pesawat buatan Eropa yang menggunakan perangkat radar pemindai elektronik aktif (AESA), yang mampu melacak banyak sasaran dan ancaman di sekitar pesawat secara simultan dalam kondisi segala cuaca dan tahan gangguan pengacak radar musuh.
Pesawat ini juga dilengkapi sistem peperangan elektronik SPECTRA, yang mampu mendeteksi berbagai jenis musuh dari jarak jauh sehingga memungkinkan pilot memilih metode pertahanan paling efektif. Sistem ini dijalankan berdasarkan basis data musuh, yang bisa ditentukan sendiri dan diperbarui sewaktu-waktu.
Namun, dengan segala kemampuan ini, baru dua fungsi yang sudah ditunjukkan Rafale di Libya, yakni serangan udara ke darat dan misi pengintaian. Sejak operasi dimulai dua pekan lalu, belum sekali pun pesawat ini menghadapi lawan setimbang di udara.
Memang tak mungkin AU Libya, yang sebagian besar armadanya adalah jet MiG dan Sukhoi lawas buatan Rusia, bisa menandingi persenjataan avant garde Perancis ini.
Rafale Perancis memang berhasil melumpuhkan satu pesawat AU Libya di Pangkalan Udara Misrata, Kamis pekan lalu. Akan tetapi, sasarannya adalah pesawat latih kuno buatan Yugoslavia, Soko G2-Galeb, yang baru saja mendarat di landasan.
Jadi, jika Perancis bermaksud memberi label ”battle proven” bagi pesawat Rafale ini agar kelak lebih laku dijual ke negara lain, misi di Libya belum benar-benar membuktikan kemampuan Rafale sesungguhnya.
Sumber: KOMPAS
Indonesia-Prancis Gelar Latihan Bersama di Lebanon
(Foto: Puspen TNI)
31 Maret 2011, Surabaya -- (ANTARA News): Satgas Yonif Mekanis Kontingan Garuda (Konga) XXIII-E/UNIFIL (Indobatt/ Indonesian Battalion) menggelar latihan bersama dengan Satgas Force Commander Reserve (FCR) dari Kontingen Prancis, di Lapangan Soekarno, Markas Indobatt UN POSN 7-1, Lebanon Selatan (30/3).
Perwira Penerangan (Papen) INDOBATT Kapten Pasukan Banu Kusworo kepada ANTARA melalui surat elektronik dari Lebanon, Kamis, melaporkan latihan bersama bertajuk "Joint Field Artelery Deployment Exercise" itu digelar selama dua hari, 29-30 Maret.
"Latihan itu diikuti 100 prajurit Indobatt dengan koordinator Pasi Plan Kapten Marinir Profs Degratment, Pasiops Kapten Marinir Eko Budi Prasetyo dan Pasi Udara Lettu Pnb Ageng Wahyudi," katanya.
Sementara FCR Prancis mengerahkan satu unit FCR lengkap dengan persenjataan artileri di bawah pimpinan Komandan Unit Capt Thomas Dessert.
Pada hari pertama, latihan diawali dengan presentasi oleh Komandan Unit FCR tentang Standar Operation Procedure (SOP) of FCR dan prosedur bila ada permintaan bantuan tembakan.
"Kegiatan itu dilaksanakan di ruang rapat Batalyon dan diikuti oleh seluruh Danki (komandan kompi) di jajaran Indobatt serta para perwira staf," katanya.
Setelah pelaksanaan presentasi dilanjutkan dengan "briefing" (pengarahan) kepada para prajurit di lapangan Soekarno.
Selanjutnya, peserta latihan dibagi menjadi empat kelompok dan menerima materi tentang pengenalan senjata artileri "Caesar" milik Kontingen Prancis.
"Menurut penjelasan Komandan Unit FCR, senjata tersebut dilengkapi dengan ATLAS System (sistem penghubung dan penembakan otomatis untuk senjata artileri medan)," katanya.
Pada hari kedua, latihan dilanjutkan dengan praktik "drill stelling" senjata, "drill" perpindahan "stelling" dan "drill" penembakan kering senjata Caesar.
Selain itu, seluruh prajurit Indobatt bersama dengan satuan FCR mempraktikkan bagaimana berperan sebagai "observation platoon", "liason detachment", dan "platoon head quarter."
"Ketiga bagian tersebut merupakan satu kesatuan dari unit artileri medan FCR," katanya.
Ia menambahkan praktik latihan pada hari kedua disaksikan oleh Komandan Indobatt, Letkol Inf Hendy Antariksa, Wadan Letkol Mar Harnoko, Wadan FCR Lt Col Dartencet serta Perwira Staf Operasi FCR Lt Col Rozier.
Sumber: ANTARA News
31 Maret 2011, Surabaya -- (ANTARA News): Satgas Yonif Mekanis Kontingan Garuda (Konga) XXIII-E/UNIFIL (Indobatt/ Indonesian Battalion) menggelar latihan bersama dengan Satgas Force Commander Reserve (FCR) dari Kontingen Prancis, di Lapangan Soekarno, Markas Indobatt UN POSN 7-1, Lebanon Selatan (30/3).
Perwira Penerangan (Papen) INDOBATT Kapten Pasukan Banu Kusworo kepada ANTARA melalui surat elektronik dari Lebanon, Kamis, melaporkan latihan bersama bertajuk "Joint Field Artelery Deployment Exercise" itu digelar selama dua hari, 29-30 Maret.
"Latihan itu diikuti 100 prajurit Indobatt dengan koordinator Pasi Plan Kapten Marinir Profs Degratment, Pasiops Kapten Marinir Eko Budi Prasetyo dan Pasi Udara Lettu Pnb Ageng Wahyudi," katanya.
Sementara FCR Prancis mengerahkan satu unit FCR lengkap dengan persenjataan artileri di bawah pimpinan Komandan Unit Capt Thomas Dessert.
Pada hari pertama, latihan diawali dengan presentasi oleh Komandan Unit FCR tentang Standar Operation Procedure (SOP) of FCR dan prosedur bila ada permintaan bantuan tembakan.
"Kegiatan itu dilaksanakan di ruang rapat Batalyon dan diikuti oleh seluruh Danki (komandan kompi) di jajaran Indobatt serta para perwira staf," katanya.
Setelah pelaksanaan presentasi dilanjutkan dengan "briefing" (pengarahan) kepada para prajurit di lapangan Soekarno.
Selanjutnya, peserta latihan dibagi menjadi empat kelompok dan menerima materi tentang pengenalan senjata artileri "Caesar" milik Kontingen Prancis.
"Menurut penjelasan Komandan Unit FCR, senjata tersebut dilengkapi dengan ATLAS System (sistem penghubung dan penembakan otomatis untuk senjata artileri medan)," katanya.
Pada hari kedua, latihan dilanjutkan dengan praktik "drill stelling" senjata, "drill" perpindahan "stelling" dan "drill" penembakan kering senjata Caesar.
Selain itu, seluruh prajurit Indobatt bersama dengan satuan FCR mempraktikkan bagaimana berperan sebagai "observation platoon", "liason detachment", dan "platoon head quarter."
"Ketiga bagian tersebut merupakan satu kesatuan dari unit artileri medan FCR," katanya.
Ia menambahkan praktik latihan pada hari kedua disaksikan oleh Komandan Indobatt, Letkol Inf Hendy Antariksa, Wadan Letkol Mar Harnoko, Wadan FCR Lt Col Dartencet serta Perwira Staf Operasi FCR Lt Col Rozier.
Sumber: ANTARA News
Pemerintah Thailand Setujui Pembelian Kapal Selam Jerman
Kapal selam tipe U-206A. (Foto: Ulrich Wrede)
31 Maret 2011, Bangkok -- (Berita HanKam): Pemerintah Thailand membenarkan rencana pembelian sedikitnya dua kapal selam diesel-elektrik tipe U-206A bekas pakai Angkatan Laut Jerman, sebagai respon dari modernisasi angkatan laut negara tetangga.
Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva telah menyetujui nilai pembelian kapal selam 253 juta dolar, setelah pertemuan dengan Menteri Pertahanan Jenderal Prawit Wongsuwon dan KASAL Laksamana Kamthorn Pumhiran menurut sumber di Angkatan Laut.
Wakil PM Suthep Thaugsuban mengatakan pembelian kapal selam menjadi prioritas sehubungan perkembangan pembelian alutsista di regional. Vietnam diberitakan telah meneken kontrak pembelian 6 kapal selam kelas Kilo, Singapura mengakuisisi dua kapal selam bekas pakai AL Swedia, Malaysia membeli dua kapal selam kelas Scorpene dan Indonesia berencana menambah dua kapal selamnya.
Sejumlah analis pertahanan mempertanyakan keputusan pembelian kapal selam yang telah berusia lebih 30 tahun. Kapal selam dirancang pada era 1960-an saat Perang Dingin, ketika AB Jerman Barat bersiap mempertahankan gempuran AL Pakta Warsawa. Jerman mengoperasikan 18 unit U-206, 12 unit dimodernisasi menjadi U-206A pada awal 1990-an. Pada awal 2000, hanya 6 unit U-206A yang dioperasikan karena tua dan terlalu mahal biaya pemeliharaan.
Professor Surachart Bamrungsuk ahli politik Universitas Chulalongkorn mengatakan program mahal kapal selam sebagai jalan untuk Partai Demokrat Abhisit meraih simpatik dari pihak militer untuk dukungan politik dalam pemilu mendatang.
AL Thailand mengumumkan telah melakukan studi kelayakan rencana pembelian kapal selam dari Jerman selama dua tahun. Hasilnya disimpulkan U-206A sangat berguna di perairan territorial Thailand.
Pada 2007, Jakarta memutuskan menambah armada kapal selam dengan mengakuisisi 5 unit kelas U 206 bekas pakai AL Jerman buatan tahun 1969 – 1975, U-13, U-14, U-19, U-20, dan U-21. U-20 akan dijadikan suku cadang, sedangkan U-13 menjadi KRI Nagarangsang (403) dan U-14 menjadi KRI Nagabanda (404) dibayar lunas. Krisis keuangan yang melanda Indonesia tahun 1997, menjadikan proses pembelian ini tidak jelas.
Sumber: Jane’s
Berita HanKam
31 Maret 2011, Bangkok -- (Berita HanKam): Pemerintah Thailand membenarkan rencana pembelian sedikitnya dua kapal selam diesel-elektrik tipe U-206A bekas pakai Angkatan Laut Jerman, sebagai respon dari modernisasi angkatan laut negara tetangga.
Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva telah menyetujui nilai pembelian kapal selam 253 juta dolar, setelah pertemuan dengan Menteri Pertahanan Jenderal Prawit Wongsuwon dan KASAL Laksamana Kamthorn Pumhiran menurut sumber di Angkatan Laut.
Wakil PM Suthep Thaugsuban mengatakan pembelian kapal selam menjadi prioritas sehubungan perkembangan pembelian alutsista di regional. Vietnam diberitakan telah meneken kontrak pembelian 6 kapal selam kelas Kilo, Singapura mengakuisisi dua kapal selam bekas pakai AL Swedia, Malaysia membeli dua kapal selam kelas Scorpene dan Indonesia berencana menambah dua kapal selamnya.
Sejumlah analis pertahanan mempertanyakan keputusan pembelian kapal selam yang telah berusia lebih 30 tahun. Kapal selam dirancang pada era 1960-an saat Perang Dingin, ketika AB Jerman Barat bersiap mempertahankan gempuran AL Pakta Warsawa. Jerman mengoperasikan 18 unit U-206, 12 unit dimodernisasi menjadi U-206A pada awal 1990-an. Pada awal 2000, hanya 6 unit U-206A yang dioperasikan karena tua dan terlalu mahal biaya pemeliharaan.
Professor Surachart Bamrungsuk ahli politik Universitas Chulalongkorn mengatakan program mahal kapal selam sebagai jalan untuk Partai Demokrat Abhisit meraih simpatik dari pihak militer untuk dukungan politik dalam pemilu mendatang.
AL Thailand mengumumkan telah melakukan studi kelayakan rencana pembelian kapal selam dari Jerman selama dua tahun. Hasilnya disimpulkan U-206A sangat berguna di perairan territorial Thailand.
Pada 2007, Jakarta memutuskan menambah armada kapal selam dengan mengakuisisi 5 unit kelas U 206 bekas pakai AL Jerman buatan tahun 1969 – 1975, U-13, U-14, U-19, U-20, dan U-21. U-20 akan dijadikan suku cadang, sedangkan U-13 menjadi KRI Nagarangsang (403) dan U-14 menjadi KRI Nagabanda (404) dibayar lunas. Krisis keuangan yang melanda Indonesia tahun 1997, menjadikan proses pembelian ini tidak jelas.
Sumber: Jane’s
Berita HanKam
Kapal Amphibi USS Nassau Dipensiunkan
USS Nassau. (Foto: USN/Mass Communication Specialist 3rd Class Chris Williamson)
31 Maret 2011, Norfolk -- (Berita HanKam): Angkatan Laut Amerika Serikat pensiunkan kapal perang jenis LPA kelas Tarawa USS Nassau (LHA-4) di Naval Station, Norfolk, Kamis (31/3).
USS Nassau berbobot 39,400 ton, panjang keseluruhan 249,9 meter dan lebar 31,8 meter, dioperasikan pada 28 Juli 1979. Kapal mampu membawa 80 perwira, 880 kelasi dan 1900 prajurit Marinir serta 200 kendaraan tempur.
USS Nassau terlibat sejumlah operasi militer, termasuk Pemboman Beirut, Desert Storm, Desert Shield, Kosovo, Enduring Freedom dan Operation Freedom.
Seluruh tower, radar dan antenna radar akan dilucuti, kemudian kapal ditambatkan di Beaumont, Texas sebagai armada tidak aktif AL AS.
LHA kelas Tarawa difungsikan kombinasi kemampuan Helicopter Carrier (LPH), Landing Platform Dock (LPD), Command Ship (LCC) dan Amphibious Cargo Ship (LKA) dengan lunas tunggal. Pada awalnya, kelas Tarawa direncanakan dibangun 9 kapal karena masalah anggaran hanya 4 kapal yang dibangun, USS Tarawa LHA 1(pensiun), USS Saipan LHA 2 (pensiun), USS Belleau Wood LHA 3 (pensiun), USS Nassau LHA 4 (pensiun) dan USS Peleliu LHA 5 (pensiun).
Kapal dipersenjatai 2 unit CIWS Phalanx 20 mm, 4 kanon Bushmaster 25 mm dan 2 unit pelucur RAM 21 cell. Pesawat yang dapat dibawa terdiri dari 8 AV-8B Harrier II, 35 helikopter termasuk CH-46 Sea Knight, CH-53 Sea Stalions, AH-1W Super Cobra, UH-1N Twin Huey dan V-22 Osprey.
Sumber: Wavy
Berita HanKam
31 Maret 2011, Norfolk -- (Berita HanKam): Angkatan Laut Amerika Serikat pensiunkan kapal perang jenis LPA kelas Tarawa USS Nassau (LHA-4) di Naval Station, Norfolk, Kamis (31/3).
USS Nassau berbobot 39,400 ton, panjang keseluruhan 249,9 meter dan lebar 31,8 meter, dioperasikan pada 28 Juli 1979. Kapal mampu membawa 80 perwira, 880 kelasi dan 1900 prajurit Marinir serta 200 kendaraan tempur.
USS Nassau terlibat sejumlah operasi militer, termasuk Pemboman Beirut, Desert Storm, Desert Shield, Kosovo, Enduring Freedom dan Operation Freedom.
Seluruh tower, radar dan antenna radar akan dilucuti, kemudian kapal ditambatkan di Beaumont, Texas sebagai armada tidak aktif AL AS.
LHA kelas Tarawa difungsikan kombinasi kemampuan Helicopter Carrier (LPH), Landing Platform Dock (LPD), Command Ship (LCC) dan Amphibious Cargo Ship (LKA) dengan lunas tunggal. Pada awalnya, kelas Tarawa direncanakan dibangun 9 kapal karena masalah anggaran hanya 4 kapal yang dibangun, USS Tarawa LHA 1(pensiun), USS Saipan LHA 2 (pensiun), USS Belleau Wood LHA 3 (pensiun), USS Nassau LHA 4 (pensiun) dan USS Peleliu LHA 5 (pensiun).
Kapal dipersenjatai 2 unit CIWS Phalanx 20 mm, 4 kanon Bushmaster 25 mm dan 2 unit pelucur RAM 21 cell. Pesawat yang dapat dibawa terdiri dari 8 AV-8B Harrier II, 35 helikopter termasuk CH-46 Sea Knight, CH-53 Sea Stalions, AH-1W Super Cobra, UH-1N Twin Huey dan V-22 Osprey.
Sumber: Wavy
Berita HanKam
Pasukan Pengaman Perbatasan Diberangkatkan
Seorang anggota Anggota TNI AD Batalyon Infanteri 712/Wiratama yang akan bertugas di wilayah perbatasan berpamitan kepada anak istrinya sebelum menaiki KRI Teluk Ratai 509 di pelabuhan Samuel Languyu Bitung, Sulawesi Utara, Rabu (30/3). Sebanyak seratus personil pengamanan perbatasan (pamtas) yang akan bertugas selama satu tahun di tiga yang terluar pulau Miangas, Pulau Maroredan Tinakareng akan menggantikan rekan mereka yang masa tugasnya telah berakhir. (Foto: ANTARA/Basrul Haq/Koz/mes/11)
30 Maret 2011, Bitung, (Antaranews): Sebanyak 100 orang Pasukan Pengamanan Perbatasan (Pamtas) dari Batalyon Infanteri 712 Wiratama, Manado, diberangkatkan menggunakan KRI Teluk Ratai-509 dari Pelabuhan Samuel Languyu Bitung, Rabu.
Menurut Komandan Kompi Satgas, Letnan Dua (inf) Faisal Rangkuti, para anggota Satgas akan bertugas selama satu tahun di sejumlah pulau yang berbatasan dengan Filipina yakni Pulau Tinkareng, Pulau Miangas dan Pulau Marore.
"Mereka akan ditempatkan di tiga pulau besar tersebut dan bertugas menjaga keamanan jalur lintas di pulau tersebut dan pulau-pulau kecil disekitarnya," katanya.
Faisal mengatakan para anggota Satgas Pamtas yang diberangkatkan akan mengantikan para anggota Satgas yang telah bertugas satu tahun sebelumnya.
"Ini merupakan tugas giliran yang mulai berlangsung sejak 2006 lalu," katanya.
Sejumlah keluarga turut mengantar para prajurit yang akan bertugas menjaga perbatasan tersebut.
Keharuan nampak terlihat saat para prajurit akan menaiki kapal bahkan sejumlah anak menangis histeris melihat orang tuanya.
Turut dalam rombongan Komandan Batalyon Infanteri 712 Wiratama, Letkol Inf Aldomoro.
Batalyon Infanteri 712/Wiratama atau Yonif 713/WT merupakan Batalyon Infanteri yang berada dibawah komando Korem 131/Santiago, Kodam VII/Wirabuana.
Markas batalyon, Kompi Markas, dan Kompi Bantuan berkedudukan di Jl. 14 Februari, Teling, Manado, sedangkan Kompi Senapan A, B, dan C terletak di Minahasa.
Kondisi Daerah Perbatasan Masih Memprihatinkan
Sejumlah Anggota TNI AD Bataltyon Infanteri 712 Wiratama yang akan bertugas di wilayah perbatasan menaiki KRI Teluk Ratai 509 di pelabuhan Samuel Languyu, Bitung, Sulawesi Utara, Rabu (30/3).(Foto: ANTARA/Basrul Haq/Koz/mes/11)
Sejumlah daerah perbatasan di wilayah utara dan timur Indonesia, kondisinya masih memprihatinkan karena minimnya pembangunan.
Demikian dikatakan Sekretaris Provinsi Sulut SR Mokodongan, mewakili Gubernur Sulut pada Rapat Regional bertajuk "Identifikasi Pengelola Infrastruktur Pemerintahan Kawasan Perbatasan", yang digelar Badan Perbatasan Nasional di Manado.
Kegiatan itu juga diikuti para Camat di kawasan perbatasan serta para Pejabat Pengelola Perbatasan berasal dari Provinsi Nangroe Aceh Darusalam (NAD), Riau, Maluku, Papua dan Provinsi Sulut sebagai tuan rumah.
Katanya, daerah perbatasan sangat tertinggal karena selain terpencil dan terbelakang juga terdapat isu politik yang sangat rawan. Hal itu lebih disebabkan karena jaringan telekomunikasi belum menjangkau, terbatasnya sarana dan prasarana perhubungan darat, udara maupun laut.
Selain itu, umumnya aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat wilayah perbatasan sangat tergantung pada kondisi alam yang sebagian besar terdiri dari lautan, kurangnya infrastruktur kesehatan dan pendidikan.
Untuk itu, melalui pertemuan atau rapat regional daerah perbatasan, mengharapkan kiranya akan menlahirkan berbagai terobosan penting untuk mewujudkan komitmen dan tekad sama untuk NKRI.
Sekaligus membangun koordinasi dan sinkronisasi kebijakan dan program kerja dalam rangka mempercepat pembangunan kawasan perbatasan, sebagai bagian akselerasi dari pembangun nasional.
Deputi Bidang Infrastruktur Kawasan Perbatasan, Badan Nasional Perbatasan Bambang Istjiono mengatakan, salah satu bentuk keseriusan Pemerintah dalam menyelesaikan persoalan ? persoalan pada kawasan perbatasan, adalah dengan dikeluarkan Undang-undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara.
"Di mana dalam undang undang itu, salah satu klausulnya memerintahkan dibentuknya Badan Pengelola Perbatasan di pusat dan daerah (Pasal 14)," katanya.
Sumber: ANTARA News
30 Maret 2011, Bitung, (Antaranews): Sebanyak 100 orang Pasukan Pengamanan Perbatasan (Pamtas) dari Batalyon Infanteri 712 Wiratama, Manado, diberangkatkan menggunakan KRI Teluk Ratai-509 dari Pelabuhan Samuel Languyu Bitung, Rabu.
Menurut Komandan Kompi Satgas, Letnan Dua (inf) Faisal Rangkuti, para anggota Satgas akan bertugas selama satu tahun di sejumlah pulau yang berbatasan dengan Filipina yakni Pulau Tinkareng, Pulau Miangas dan Pulau Marore.
"Mereka akan ditempatkan di tiga pulau besar tersebut dan bertugas menjaga keamanan jalur lintas di pulau tersebut dan pulau-pulau kecil disekitarnya," katanya.
Faisal mengatakan para anggota Satgas Pamtas yang diberangkatkan akan mengantikan para anggota Satgas yang telah bertugas satu tahun sebelumnya.
"Ini merupakan tugas giliran yang mulai berlangsung sejak 2006 lalu," katanya.
Sejumlah keluarga turut mengantar para prajurit yang akan bertugas menjaga perbatasan tersebut.
Keharuan nampak terlihat saat para prajurit akan menaiki kapal bahkan sejumlah anak menangis histeris melihat orang tuanya.
Turut dalam rombongan Komandan Batalyon Infanteri 712 Wiratama, Letkol Inf Aldomoro.
Batalyon Infanteri 712/Wiratama atau Yonif 713/WT merupakan Batalyon Infanteri yang berada dibawah komando Korem 131/Santiago, Kodam VII/Wirabuana.
Markas batalyon, Kompi Markas, dan Kompi Bantuan berkedudukan di Jl. 14 Februari, Teling, Manado, sedangkan Kompi Senapan A, B, dan C terletak di Minahasa.
Kondisi Daerah Perbatasan Masih Memprihatinkan
Sejumlah Anggota TNI AD Bataltyon Infanteri 712 Wiratama yang akan bertugas di wilayah perbatasan menaiki KRI Teluk Ratai 509 di pelabuhan Samuel Languyu, Bitung, Sulawesi Utara, Rabu (30/3).(Foto: ANTARA/Basrul Haq/Koz/mes/11)
Sejumlah daerah perbatasan di wilayah utara dan timur Indonesia, kondisinya masih memprihatinkan karena minimnya pembangunan.
Demikian dikatakan Sekretaris Provinsi Sulut SR Mokodongan, mewakili Gubernur Sulut pada Rapat Regional bertajuk "Identifikasi Pengelola Infrastruktur Pemerintahan Kawasan Perbatasan", yang digelar Badan Perbatasan Nasional di Manado.
Kegiatan itu juga diikuti para Camat di kawasan perbatasan serta para Pejabat Pengelola Perbatasan berasal dari Provinsi Nangroe Aceh Darusalam (NAD), Riau, Maluku, Papua dan Provinsi Sulut sebagai tuan rumah.
Katanya, daerah perbatasan sangat tertinggal karena selain terpencil dan terbelakang juga terdapat isu politik yang sangat rawan. Hal itu lebih disebabkan karena jaringan telekomunikasi belum menjangkau, terbatasnya sarana dan prasarana perhubungan darat, udara maupun laut.
Selain itu, umumnya aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat wilayah perbatasan sangat tergantung pada kondisi alam yang sebagian besar terdiri dari lautan, kurangnya infrastruktur kesehatan dan pendidikan.
Untuk itu, melalui pertemuan atau rapat regional daerah perbatasan, mengharapkan kiranya akan menlahirkan berbagai terobosan penting untuk mewujudkan komitmen dan tekad sama untuk NKRI.
Sekaligus membangun koordinasi dan sinkronisasi kebijakan dan program kerja dalam rangka mempercepat pembangunan kawasan perbatasan, sebagai bagian akselerasi dari pembangun nasional.
Deputi Bidang Infrastruktur Kawasan Perbatasan, Badan Nasional Perbatasan Bambang Istjiono mengatakan, salah satu bentuk keseriusan Pemerintah dalam menyelesaikan persoalan ? persoalan pada kawasan perbatasan, adalah dengan dikeluarkan Undang-undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara.
"Di mana dalam undang undang itu, salah satu klausulnya memerintahkan dibentuknya Badan Pengelola Perbatasan di pusat dan daerah (Pasal 14)," katanya.
Sumber: ANTARA News
Menhan Tegaskan Tak Ada Pakta Militer ASEAN
Presiden SBY yang didampingi Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono berjabat tangan dengan para jenderal yang berseragam dinas lengkap tersebut. (Foto: Haryanto/Setpres)
31 Maret 2011, Jakarta -- (ANTARA News): Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro menegaskan tidak ada pakta militer di kawasan ASEAN yang secara khusus terkait dengan kerjasama bersenjata untuk pertahanan wilayah.
"Kita tidak mengenal pakta militer. Kerjasama kita lakukan sejauh kerjasama itu tidak bersifat kohesif untuk kerjasama pertahanan militer," kata Purnomo di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, terkait pertemuan informal sejumlah panglima angkatan bersenjata negara-negara anggota ASEAN.
Purnomo menegaskan, pertemuan sejumlah petinggi militer ASEAN di Istana Merdeka itu bersifat informal. Pertemuan itu sekaligus untuk menghilangkan pandangan bahwa ASEAN akan menuju komunitas yang dilengkapi dengan pakta militer.
"Namanya adalah pertemuan panglima-panglima angkatan bersenjata informal untuk mencegah presepsi bahwa ini pertemuan formal seperti pertemuan menteri-menteri pertahanan dan pertemuan panglima-panglima di Eropa dalam kaitannya dengan NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara-red)," kata Purnomo.
Menurut dia, Indonesia menolak tegas untuk tergabung dalam pakta pertahanan tertentu. Sikap itu didasarkan pada UUD 1945 yang menegaskan bahwa Indonesia menerapkan kebijakan luar negeri yang bebas dan aktif.
Namun demikian, Indonesia tetap menjalin kerja sama militer selain perang dengan sejumlah negara, termasuk di kawasan ASEAN. Kerja sama selain perang itu bisa dalam bentuk penanggulangan bencana, penanggulangan teror, pengamanan wilayah maritim, dan misi perdamaian.
Sikap Indonesia itu juga ditunjukkan dalam penyelesaian konflik di Libya. Indonesia bersedia terlibat dalam penyelesaian masalah Libya sebagai anggota pasukan perdamaian.
"Indonesia siap untuk mengirim pasukan misi perdamaian di bawah bendera PBB, bukan berada di bawah bendera NATO," katanya.
Di kawasan Asia, Indonesia juga berperan dalam penyelesaian konflik sengketa Laut China Selatan.
Purnomo menegaskan, Indonesia bukanlah negara "claimant" atau pihak penuntut dan bersengketa dalam sengketa Laut China Selatan. Negara-negara di Asia Tenggara yang menjadi pihak terkait dalam kasus itu adalah Malaysia, Brunei Darussalam, dan Filipina.
Namun demikian, Indonesia bersedia ambil bagian dalam polemik Laut China Selatan, khususnya untuk memikirkan solusi yang tepat untuk tujuan kawasan yang damai dan stabil.
Sumber: ANTARA News
31 Maret 2011, Jakarta -- (ANTARA News): Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro menegaskan tidak ada pakta militer di kawasan ASEAN yang secara khusus terkait dengan kerjasama bersenjata untuk pertahanan wilayah.
"Kita tidak mengenal pakta militer. Kerjasama kita lakukan sejauh kerjasama itu tidak bersifat kohesif untuk kerjasama pertahanan militer," kata Purnomo di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, terkait pertemuan informal sejumlah panglima angkatan bersenjata negara-negara anggota ASEAN.
Purnomo menegaskan, pertemuan sejumlah petinggi militer ASEAN di Istana Merdeka itu bersifat informal. Pertemuan itu sekaligus untuk menghilangkan pandangan bahwa ASEAN akan menuju komunitas yang dilengkapi dengan pakta militer.
"Namanya adalah pertemuan panglima-panglima angkatan bersenjata informal untuk mencegah presepsi bahwa ini pertemuan formal seperti pertemuan menteri-menteri pertahanan dan pertemuan panglima-panglima di Eropa dalam kaitannya dengan NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara-red)," kata Purnomo.
Menurut dia, Indonesia menolak tegas untuk tergabung dalam pakta pertahanan tertentu. Sikap itu didasarkan pada UUD 1945 yang menegaskan bahwa Indonesia menerapkan kebijakan luar negeri yang bebas dan aktif.
Namun demikian, Indonesia tetap menjalin kerja sama militer selain perang dengan sejumlah negara, termasuk di kawasan ASEAN. Kerja sama selain perang itu bisa dalam bentuk penanggulangan bencana, penanggulangan teror, pengamanan wilayah maritim, dan misi perdamaian.
Sikap Indonesia itu juga ditunjukkan dalam penyelesaian konflik di Libya. Indonesia bersedia terlibat dalam penyelesaian masalah Libya sebagai anggota pasukan perdamaian.
"Indonesia siap untuk mengirim pasukan misi perdamaian di bawah bendera PBB, bukan berada di bawah bendera NATO," katanya.
Di kawasan Asia, Indonesia juga berperan dalam penyelesaian konflik sengketa Laut China Selatan.
Purnomo menegaskan, Indonesia bukanlah negara "claimant" atau pihak penuntut dan bersengketa dalam sengketa Laut China Selatan. Negara-negara di Asia Tenggara yang menjadi pihak terkait dalam kasus itu adalah Malaysia, Brunei Darussalam, dan Filipina.
Namun demikian, Indonesia bersedia ambil bagian dalam polemik Laut China Selatan, khususnya untuk memikirkan solusi yang tepat untuk tujuan kawasan yang damai dan stabil.
Sumber: ANTARA News
Rabu, 30 Maret 2011
Foto PRT Bawakan Tas Ransel Tentara Singapura Jadi Cibiran
30 Maret 2011, Singapura -- (Bisnis Jabar): Sebuah foto yang memperlihatkan seorang pembantu rumah tangga (PRT) membawakan tas ransel seorang tentara sedang menjadi perbicangan di Singapura. Dalam foto tersebut, PRT itu terlihat berjalan mengikuti seorang prajurit.
Foto itu sontak menuai cibiran. Ada yang menyebut prajurit-prajurit Angkatan Bersenjata Singapura alias Singapore Armed Forces (SAF) manja dan lembek. Foto tersebut banyak dimuat di media Singapura dan Internet pekan ini. Foto yang awalnya diposting di Facebook itu pun menjadi buah bibir.
“SAF harus menemukan PRT itu dengan cepat. Masukkan dia ke militer, dia kuat,” kicau pemilik akun Twitter Rod_Man14.
“Di balik setiap kesuksesan prajurit SAF, ada seorang PRT,” kicau Chinteresting di situs mikro-blogging Twitter seperti diberitakan kantor berita AFP, Rabu (30/3/2011).
“Jika dia tak bisa membawa ranselnya sendiri, bagaimana bisa bergantung pada prajurit seperti ini untuk membela Singapura,” cetus Heavencry09 di forum obrolan portal berita xinmsn.
Menurut seorang analis, prajurit dalam foto tersebut memang terkesan lembek dan manja. “Ini satu insiden, saya pikir satu-satunya kesimpulan yang bisa kita buat secara umum adalah bahwa tentara itu memang lembek dan manja,” kata Bernard Loo, pakar urusan militer di lembaga studi S. Rajaratnam School of International Studies. Namun ditekankannya, tidak adil untuk menggeneralisir tentara Singapura dengan foto tersebut.
Gara-gara foto tersebut, harian Singapura, New Paper melakukan survei terhadap 23 prajurit Singapura. Hasilnya, diketahui bahwa 22 orang di antaranya menyuruh PRT mereka untuk mencuci dan menyeterika pakaian seragam mereka. Sedangkan 17 orang di antaranya menyuruh PRT mereka untuk membersihkan kamar mereka.
Hampir 200 ribu PRT diperkirakan bekerja di Singapura tahun lalu. Sebagian besar dari mereka berasal dari Indonesia dan Filipina.
Sumber: Bisnis Jabar
Foto itu sontak menuai cibiran. Ada yang menyebut prajurit-prajurit Angkatan Bersenjata Singapura alias Singapore Armed Forces (SAF) manja dan lembek. Foto tersebut banyak dimuat di media Singapura dan Internet pekan ini. Foto yang awalnya diposting di Facebook itu pun menjadi buah bibir.
“SAF harus menemukan PRT itu dengan cepat. Masukkan dia ke militer, dia kuat,” kicau pemilik akun Twitter Rod_Man14.
“Di balik setiap kesuksesan prajurit SAF, ada seorang PRT,” kicau Chinteresting di situs mikro-blogging Twitter seperti diberitakan kantor berita AFP, Rabu (30/3/2011).
“Jika dia tak bisa membawa ranselnya sendiri, bagaimana bisa bergantung pada prajurit seperti ini untuk membela Singapura,” cetus Heavencry09 di forum obrolan portal berita xinmsn.
Menurut seorang analis, prajurit dalam foto tersebut memang terkesan lembek dan manja. “Ini satu insiden, saya pikir satu-satunya kesimpulan yang bisa kita buat secara umum adalah bahwa tentara itu memang lembek dan manja,” kata Bernard Loo, pakar urusan militer di lembaga studi S. Rajaratnam School of International Studies. Namun ditekankannya, tidak adil untuk menggeneralisir tentara Singapura dengan foto tersebut.
Gara-gara foto tersebut, harian Singapura, New Paper melakukan survei terhadap 23 prajurit Singapura. Hasilnya, diketahui bahwa 22 orang di antaranya menyuruh PRT mereka untuk mencuci dan menyeterika pakaian seragam mereka. Sedangkan 17 orang di antaranya menyuruh PRT mereka untuk membersihkan kamar mereka.
Hampir 200 ribu PRT diperkirakan bekerja di Singapura tahun lalu. Sebagian besar dari mereka berasal dari Indonesia dan Filipina.
Sumber: Bisnis Jabar
Petinggi Militer ASEAN Berkumpul di Jakarta
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menggelar pertemuan informal dengan para panglima militer negara-negara ASEAN di Istana Merdeka, Kamis (31/3/2011). Acara berlangsung santai dalam sebuah jamuan sarapan pagi. Ada sekitar 20 pejabat militer yang hadir dalam acara ini. (Foto: Rusman/Setpres)
31 Maret 2011, Jakarta -- (ANTARA News):- Sejumlah panglima angkatan bersenjata negara anggota ASEAN berkumpul di Istana Merdeka di Jakarta, Kamis pagi, untuk satu pertemuan informal membahas kerjasama yang bukan terkait operasi bersenjata.
"Pertemuan panglima-panglima angkatan bersenjata ASEAN pagi ini itu sebenarnya pertemuan informal," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro sebelum mengikuti pertemuan tersebut.
Pertemuan informal itu, kata Purnomo, sekaligus menegaskan komitmen Indonesia untuk tidak membentuk pakta militer di kawasan ASEAN.
Purnomo menegaskan, kerja sama militer bukan hanya dalam bentuk perang. "Kerja sama itu bisa untuk operasi militer selain perang," kata Purnomo.
Kerja sama selain perang itu antara lain penanggulangan bencana, misi perdamaian, penanggulangan teror, dan pengamanan wilayah maritim.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dijadwalkan hadir dalam pertemuan informal panglima angkatan bersenjata se-ASEAN yang bertajuk "ASEAN Chiefs of Defense Forces Informal Meeting (ACDFIN)" itu. Pertemuan informal kedelapan ini juga akan diisi dengan acara santap pagi bersama.
Pertemuan tertutup yang berlangsung sejak pukul 07.30 WIB itu akan diisi dengan sambutan Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono dan sambutan perwakilan ASEAN Chief of Defense Forces, Royal Thai Armed Forces, General Songkitti Jaggabatara.
Presiden Yudhoyono juga akan memberikan arahan dalam acara yang dihadiri oleh 50 undangan.
Sumber: ANTARA News
31 Maret 2011, Jakarta -- (ANTARA News):- Sejumlah panglima angkatan bersenjata negara anggota ASEAN berkumpul di Istana Merdeka di Jakarta, Kamis pagi, untuk satu pertemuan informal membahas kerjasama yang bukan terkait operasi bersenjata.
"Pertemuan panglima-panglima angkatan bersenjata ASEAN pagi ini itu sebenarnya pertemuan informal," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro sebelum mengikuti pertemuan tersebut.
Pertemuan informal itu, kata Purnomo, sekaligus menegaskan komitmen Indonesia untuk tidak membentuk pakta militer di kawasan ASEAN.
Purnomo menegaskan, kerja sama militer bukan hanya dalam bentuk perang. "Kerja sama itu bisa untuk operasi militer selain perang," kata Purnomo.
Kerja sama selain perang itu antara lain penanggulangan bencana, misi perdamaian, penanggulangan teror, dan pengamanan wilayah maritim.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dijadwalkan hadir dalam pertemuan informal panglima angkatan bersenjata se-ASEAN yang bertajuk "ASEAN Chiefs of Defense Forces Informal Meeting (ACDFIN)" itu. Pertemuan informal kedelapan ini juga akan diisi dengan acara santap pagi bersama.
Pertemuan tertutup yang berlangsung sejak pukul 07.30 WIB itu akan diisi dengan sambutan Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono dan sambutan perwakilan ASEAN Chief of Defense Forces, Royal Thai Armed Forces, General Songkitti Jaggabatara.
Presiden Yudhoyono juga akan memberikan arahan dalam acara yang dihadiri oleh 50 undangan.
Sumber: ANTARA News
Kementerian Dinilai Melanggar Prosedur
31 Maret 2011, Jakarta -- (Kompas): Pengadaan alat utama sistem persenjataan atau alutsista oleh Kementerian Pertahanan dinilai melanggar prosedur. Hal yang paling mencolok adalah berkaitan dengan pembelian dua pesawat Boeing 737-400 dari PT Garuda Indonesia oleh TNI Angkatan Udara.
”Kami mempertanyakan DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran ) yang sudah dikeluarkan padahal belum selesai dibicarakan,” kata Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanuddin, Rabu (30/3). Salah satu kasus yang mencuat adalah pembelian dua pesawat Boeing 737-400 dari PT Garuda Indonesia. Menurut dia, pembelian tersebut masuk ke dalam APBN Perubahan untuk tahun 2011. Anggaran sebesar Rp 2 triliun itu belum ditandatangani DPR. Padahal, sesuai dengan undang-undang, untuk bisa mengeluarkan DIPA, dibutuhkan persetujuan dan tanda tangan dari komisi di DPR yang terkait dengan kementerian.
Pada Rabu (9/3) PT Garuda Indonesia yang diwakili Direktur Utama Emirsyah Satar menyerahkan dua buah pesawat Boeing 737-400 seharga Rp 190 miliar kepada TNI AU yang diwakili Kepala Staf TNI AU Marsekal Imam Sufaat. Kedua pesawat tersebut akan dioperasikan menjadi pesawat angkut militer VVIP di Halim Perdanakusuma. Pesawat ini juga akan menjadi cadangan pesawat kepresidenan.
Seremonial
Kementerian Pertahanan yang diwakili oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Erris Herryanto menyatakan bahwa acara serah terima tersebut hanya bersifat seremonial belaka. Namun, menurut Hasanuddin, argumen itu tidak bisa diterima karena yang terjadi adalah kesalahan prosedur. ”Kementerian Keuangan juga seharusnya tidak mengeluarkan DIPA,” kata TB Hasanuddin.
Berdasarkan data yang diperoleh Kompas, dalam sambutannya, Erris Herryanto menyatakan, sesuai surat edaran Menteri Keuangan tentang Pagu Definitif Kementerian Negara/Lembaga Tahun 2011, Kementerian Pertahanan diharuskan menyampaikan dokumen Satuan 3 Pagu Definitif yang telah disetujui Komisi I DPR selambat-lambatnya tanggal 12 November 2010. Oleh karena itu, Kementerian Pertahanan meminta agar anggota Komisi I DPR menandatangani Satuan 3 Kementerian Pertahanan dan TNI tahun 2011. Dengan belum ditandatanganinya dokumen itu, proses administrasi jadi terlambat.
Sumber: KOMPAS
TNI-AL Kembali Tangkap Kapal Malaysia
Dua personel TNI AL melakukan pemeriksaan terhadap kapal ikan berbendera Malaysia yang berhasil ditangkap di Perairan Selat Riau, Batam, saat gelar perkara di Pos Satkamla Lantamal IV Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri), Rabu (30/3). Kapal ikan Malaysia tersebut diawaki enam orang ABK asal Thailand dan saat ini menjalani pemeriksaan di Lantamal IV Tanjungpinang usai ditangkap Jumat (25/3) pukul 20.00 WIB. (Foto: ANTARA/Henky Mohari/ss/ama/11)
29 Maret 2011, Jakarta (ANTARA News) - TNI Angkatan Laut kembali menangkap kapal ikan berbendera Malaysia yang tengah menangkap ikan secara ilegal di sekitar Pulau Batam, Provinsi Kepulauan Riau, kata juru bicara TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama TNI Tri Prasodjo di Jakarta, Selasa.
"Kapal berbendera Malaysia KHF 1897 ditangkap kapal patroli TNI-AL KRI Pulau Rangsang-727 di sekitar perairan Pulau Batam, Provinsi Kepulauan Riau," katanya.
Tri mengemukakan, kapal ikan berbendera Malaysia bertonase 60,82 GT dinakhodai Malek Sarman Bin Shuib ditangkap setelah dilakukan penghentian dan pemeriksaan oleh personel KRI Pulau Rangsang-727.
"Setelah dilakukan pemeriksaaan, diketahui kapal tersebut tidak dilengkapi `Port Clearence` yang merupakan kelengkapan dokumen penting bagi kapal asing, saat memasuki wilayah Indonesia. Selain itu, tidak menyimpan alat penangkap ikan di dalam palka, yang mengindikasikan kapal baru saja melakukan kegiatan penangkapan ikan di wilayah perairan Indonesia, serta nakhoda kapal tidak berada di atas kapal ketika berlayar," ungkapnya.
Kapal KHF 1897 memiliki ciri-ciri berlambung biru dan anjungan berwarna merah, diawaki enam orang Anak Buah Kapal (ABK) berkebangsaan Thailand. Saat ini kapal tersebut masih dalam proses pemeriksaan dan penyelidikan oleh TNI-AL di Tanjung Uban, Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) IV.
Sumber: ANTARA News
29 Maret 2011, Jakarta (ANTARA News) - TNI Angkatan Laut kembali menangkap kapal ikan berbendera Malaysia yang tengah menangkap ikan secara ilegal di sekitar Pulau Batam, Provinsi Kepulauan Riau, kata juru bicara TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama TNI Tri Prasodjo di Jakarta, Selasa.
"Kapal berbendera Malaysia KHF 1897 ditangkap kapal patroli TNI-AL KRI Pulau Rangsang-727 di sekitar perairan Pulau Batam, Provinsi Kepulauan Riau," katanya.
Tri mengemukakan, kapal ikan berbendera Malaysia bertonase 60,82 GT dinakhodai Malek Sarman Bin Shuib ditangkap setelah dilakukan penghentian dan pemeriksaan oleh personel KRI Pulau Rangsang-727.
"Setelah dilakukan pemeriksaaan, diketahui kapal tersebut tidak dilengkapi `Port Clearence` yang merupakan kelengkapan dokumen penting bagi kapal asing, saat memasuki wilayah Indonesia. Selain itu, tidak menyimpan alat penangkap ikan di dalam palka, yang mengindikasikan kapal baru saja melakukan kegiatan penangkapan ikan di wilayah perairan Indonesia, serta nakhoda kapal tidak berada di atas kapal ketika berlayar," ungkapnya.
Kapal KHF 1897 memiliki ciri-ciri berlambung biru dan anjungan berwarna merah, diawaki enam orang Anak Buah Kapal (ABK) berkebangsaan Thailand. Saat ini kapal tersebut masih dalam proses pemeriksaan dan penyelidikan oleh TNI-AL di Tanjung Uban, Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) IV.
Sumber: ANTARA News
Komandan KRI Slamet Riyadi-352: Perairan Bali Relatif Aman
KRI Slamet Riyadi (352). (Foto: Dispenarmatim)
30 Maret 2011, Denpasar (ANTARA News) - Komandan Kapal perang Republik Indonesia (KRI) Slamet Riyadi-352 Kolonel Laut (p) I Wayan Suarjaya mengatakan, wilayah perairan Bali relatif aman dari kejahatan dan kegiatan ilegal di laut seperti pencurian ikan dan terumbu karang.
"Di Bali sejauh ini belum ada pencurian hasil laut, artinya relatif aman, tapi mungkin di perbatasan laut arafuru iya," katanya, di Denpasar, Rabu.
KRI Slamet Riyadi tengah sandar di Pelabuhan Benoa, Bali, untuk mengisi bahan bakar dan logistik, dan selanjutnya kembali melakukan operasi siaga tempur laut di wilayah Timur Indonesia.
Suarjaya menambahkan, salah satu ancaman melalui jalur laut bagi Indonesia yang berpotesni yakni pencurian kekayaan hasil laut seperti ikan-ikan dan terumbu karang.
Untuk itu, KRI Slamet Riyadi-352 dan sejumlah kapal perang TNI Angkatan Laut secara rutin melakukan patroli di seluruh wilayah perairan Indonesia Timur.
Dalam operasinya, kapal perang KRI Slamet Riyadi yang baru tiba siang ini melingkupi wilayah timur Indonesia atau Armatim , yakni dari laut Cirebon hingga Papua.
"Kapal ini beroperasi rutin untuk mencegah berbagai macam gangguan di laut seperti adanya kapal asing yang melintas batas, juga kapal-kapal dalam negeri yang memang dicurigai melakukan kegiatan ilegal termasuk membawa benda berbahaya, seperti bom, dan senjata," jelasnya.
Sumber: ANTARA News
30 Maret 2011, Denpasar (ANTARA News) - Komandan Kapal perang Republik Indonesia (KRI) Slamet Riyadi-352 Kolonel Laut (p) I Wayan Suarjaya mengatakan, wilayah perairan Bali relatif aman dari kejahatan dan kegiatan ilegal di laut seperti pencurian ikan dan terumbu karang.
"Di Bali sejauh ini belum ada pencurian hasil laut, artinya relatif aman, tapi mungkin di perbatasan laut arafuru iya," katanya, di Denpasar, Rabu.
KRI Slamet Riyadi tengah sandar di Pelabuhan Benoa, Bali, untuk mengisi bahan bakar dan logistik, dan selanjutnya kembali melakukan operasi siaga tempur laut di wilayah Timur Indonesia.
Suarjaya menambahkan, salah satu ancaman melalui jalur laut bagi Indonesia yang berpotesni yakni pencurian kekayaan hasil laut seperti ikan-ikan dan terumbu karang.
Untuk itu, KRI Slamet Riyadi-352 dan sejumlah kapal perang TNI Angkatan Laut secara rutin melakukan patroli di seluruh wilayah perairan Indonesia Timur.
Dalam operasinya, kapal perang KRI Slamet Riyadi yang baru tiba siang ini melingkupi wilayah timur Indonesia atau Armatim , yakni dari laut Cirebon hingga Papua.
"Kapal ini beroperasi rutin untuk mencegah berbagai macam gangguan di laut seperti adanya kapal asing yang melintas batas, juga kapal-kapal dalam negeri yang memang dicurigai melakukan kegiatan ilegal termasuk membawa benda berbahaya, seperti bom, dan senjata," jelasnya.
Sumber: ANTARA News
KRI Tanjung Kambani-971 Bantu Penyeberangan di Banten
30 Maret 2011, Jakarta -- (Pos Kota): Kapal perang TNI AL, KRI Tanjung Kambani-971 sampai hari ini masih tetap disiagakan untuk membantu penyeberangan di Banten, demikian disampaikan Komandan KRI Tanjung Kambani Letkol Laut (P) Dadang Sumantri saat dihubungi di pelabuhan Indah Kiat Banten, Rabu (30/1).
KRI Tanjung Kambani-971 , salah satu unsur kapal perang Komando Lintas laut Militer, kata Komandan Letkol Laut (P) Dadang Sumantri , keberadaannya masih dalam rangka membantu kegiatan penyeberangan kendaraan Banten- Bakauheni Lampung berhubung masih terjadi penumpukan kendaraan pekan lalu.
Saat terjadi antrian kendaraan pekan lalu juga KRI Tanjung Kambani-971 mengangkut 53 kendaraan truk dan kendaraan kecil dimuat dari dermaga Indah Kiat menuju dermaga Pelabuhan Panjang Lampung.
Menurut Komandan KRI Tanjung Kambani-971, keberadaan kapalnya di dermaga Indah Kiat Banten secara tehnis terdukung oleh fasilitas dermaga yang sewaktu-waktu dapat digunakan untuk embarkasi/menaikkan muatan kendaraan dari pintu rampa depan dek kapal. Demikian pula saat melaksanakan debarkasi/menurunkan kendaraan dilaksanakan dari pintu rampa depan saat di dermaga pelabuhan Panjang.
Lebih lanjut dikatakannya, untuk dua hari terakhir ini yaitu hari senin dan selasa , sehubungan tidak terjadi antrian kendaraan yang berlebihan di kawasan pelabuhan penyeberangan, KRI Tanjung Kambani-971 tetap disiagakan dan tergabung dalam kegiatan operasi Rakata Jaya Komando Armada RI Kawasan Barat dalam rangka mengamankan Perairan Kawasan Barat Indonesia khususnya perairan Selat Sunda dan sekitarnya.
Sumber: Kolinlamil
Peresmian NACS dan Peleburan Skuadron 900
30 Maret 2011, Surabaya -- (Puspenerbal): Setelah memiliki Flight Training Device untuk pesawat latih TB-10 Tobago, kini Puspenerbal memperoleh kembali Flight Training Device yang diberi nama NACS (Naval Aviation Combat Simulator) untuk simulasi pertempuran udara maritim bagi para penerbang pesud TNI Angkatan Laut.
Pada hari Rabu tanggal 30 Maret 2011 pukul 09.00 Wib Komandan Puspenerbal Laksma TNI H. Sipahutar, M.Sc. meresmikan Gedung NACS yang ditandai dengan penandatanganan prasasti dan pengguntingan pita oleh ibu Linda Halomoan Sipahutar selanjutnya Komandan, Wadan, para Direktur Puspenerbal Danwing 1, Danwing 2 diikuti para undangan meninjau ruang simulator.
Sarana Latihan Naval Aviation Combat Simulator (NACS) dibangun dan dikembangkan sebagai simulasi taktik pertempuran pesawat udara yang sekaligus dapat difungsikan sebagai simulasi taktis operasi yang memiliki kemampuan peperangan laut meliputi peperangan permukaan atas air, peperangan
bawah air dan udara. Peralatan simulator dibangun dengan tujuan sebagai sarana latihan taktik pertempuran laut yang dirancang dapat diintegrasikan melalui platform fixed wing, rotary wing, surface ship dan submarine.
Selesai meresmikan gedung Naval Aviation Combat Simulator (NACS) pukul 10.00 Wib bertempat di Base Ops Lanudal Juanda dilaksanakan upacara likuidasi skuadron 900 yang dipimpin langsung oleh Komandan Pusat Penerbangan Angkatan Laut Laksamana Pertama TNI H. Sipahutar, M.Sc dan dihadiri oleh para Direktur Puspenerbal, Danwing Udara 1, Danwing Udara 2, Kafasharkan Pesud, Danpuslatdiksarmil serta pejabat dijajaran Puspenerbal. Pada pelaksanaan upacara acara pokok didahului penghormatan, pemeriksaan pasukan, pembacaan Skep Danpuspenerbal, penyelubungan Tunggul Skuardron 900, penanggalan tanda jabatan dan penandatangan naskah.
Pada amanatnya Komandan Pusat Penerbangan Angkatan Laut Laksamana Pertama TNI H. Sipahutar, M.Sc. mengatakan kepada seluruh anggota Skuadron 900 Wing Udara 1 yang telah ditetapkan sebagai anggota Fasharkan Pesud kiranya dapat segera menyesuaikan diri dengan organisasi baru dan tetap semangat dalam menjalankan tugas dengan baik. Selanjutnya kepada anggota Skuadron 900 Wing Udara 2 akan ditetapkan sebagai anggota Sathar Pesud Lanudal Tanjungpinang yang memiliki kemampuan pemeliharaan tingkat III khususnya bagi pesawat udara yang bermarkas di Wing Udara 2.
Maksud diselenggarakannya upacara likuidasi skuadron 900 Wing Udara 1 dan Skuadron 900 Wing Udara 2 merupakan implementasi dari terbentuknya organisasi Puspenerbal yang diresmikan melalui alih bina satuan-satuan penerbangan ke dalam jajaran Puspenerbal. Sebagai skuadron Pemeliharaan, Skuadron 900 telah menunjukkan kiprahnya dalam melaksanakan tugas Pemeliharaan dan Perbaikan bagi pesawat udara TNI AL baik yang bermarkas di Wing Udara 1 maupun Wing Udara 2. Dengan perubahan organisasi Disnerbal menjadi Puspenerbal, maka satuan Pemeliharaan yang dulunya oleh Skuadron 900, kini telah ditingkatkan menjadi Fasharkan Pesud yang memiliki kemampuan pemeliharaan hingga tingkat Depo, sehingga mampu melaksanakan kegiatan pemeliharaan tingkat IV secara swakelola. Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan Pesawat Udara disingkat Fasharkan Pesud adalah unsur pelaksana Puspenerbal yang berkedudukan langsung di bawah Danpuspenerbal. Fasharkan Pesud memiliki tugas melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan Pesud, fasilitas pendukung serta materiel udara Puspenerbal. Dengan menjadi Fasharkan Pesud, mendatang dapat melakukan pembenahan secara internal baik yang menyangkut regulasi, ketrampilan dan kemampuan maupun kelengkapan fasilitas pemeliharaan sesuai standar yang dipersyaratkansehingga Fasharkan pesud mampu menjadi leader untuk mewujudkan program zero accident dalam keselamatan kerja.
Diakhir amanatnya Komandan Pusat Penerbangan Angkatan Laut Laksamana Pertama TNI H. Sipahutar, M.Sc. mengucapkan terima kasih kepada seluruh mantan personel Skuadron 900 yang telah menunjukkan dedikasinya sebagai teknisi pesawat udara dengan baik dan selamat bekerja di satuan yang baru.
Sumber: Puspenerbal
Selasa, 29 Maret 2011
Indonesia Kirim Pasukan ke Haiti
29 Maret 2011, Jakarta -- (ANTARA News): Pemerintah Indonesia segera mengirim pasukan bantuan ke Haiti untuk membantu proses pemulihan akibat gempa bumi di negara itu.
"Dalam waktu dekat, mungkin dalam waktu hitungan hari-hari ini kita berangkat," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa.
Dia menjelaskan, utusan PBB sudah datang ke Indonesia untuk memastikan keterlibatan Indonesia di Haiti itu, sedangkan pasukan Indonesia sudah siap dan tinggal menunggu perintah pemberangkatan.
"Yang kita kirim itu adalah pasukan untuk zeni dan medical (batalyon kesehatan)," katanya.
Purnomo menegaskan, pasukan yang akan dikirimkan itu bukan hanya untuk pemulihan keadaan akibat konflik bersenjata, namun juga untuk pemulihan keadaan pascabencana.
Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono sendiri telah mengatakan menunggu konfirmasi kebutuhan penanggulangan bencana gempa di Haiti, sebelum memberangkatkan pasukannya ke negara itu.
"Kita masih menyesuaikan kebutuhan mereka dan kemampuan TNI," katanya.
Haiti diguncang gempa 7 Skala Richter pada 12 Januari 2010 yang diklaim pemerintah Haiti merenggut 316 ribu orang tewas, 300 ribu orang terluka, dan sekitar sejuta orang kehilangan tempat tinggal.
Sumber: ANTARA News
Senin, 28 Maret 2011
ASEAN Bahas Penggunaan Militer untuk Bantuan Kemanusiaan
Prajurit Koppasus mengevakuasi seorang nenek yang menolak meninggalkan rumahnya saat terjadi erupsi Gunung Merapi tahun lalu. (Foto: Getty Images)
29 Maret 2011, Jakarta -- (TEMPO Interaktif): Direktur Jenderal kekuatan Pertahanan (Kuathan) Kementerian Pertahanan, Laksamana Muda Mochammad Jurianto mengatakan, bantuan kemanusiaan dan penanggulangan bencana menjadi fokus utama dalam lokakarya penggunaan aset militer ASEAN, yang dibuka hari ini, Selasa 29 Maret 2011.
"Bantuan kemanusiaan dan bencana alam merupakan bagian dari operasi militer," kata Jurianto saat membuka lokakarya tersebut di Hotel Sultan Jakarta.
Lokakarya yang telah digelar kedua kalinya ini merupakan lanjutan dari Paper on Use of ASEAN Military Assets and Capacities. Agenda utama yang akan menjadi pembahasan dalam lokakarya ini untuk membentuk Joint Coordinating Committee atau JCC, menentukan tugas pokok, struktur, dan pimpinan.
Bencana alam yang sering terjadi di wilayah ASEAN menjadi salah satu faktor pendorong pembentukan JCC. Kedepan, jika ada negara anggota ASEAN yang tertimpa bencana alam atau membutuhkan bantuan kemanusiaan, JCC akan memfasilitasi dengan penggunaan aset militer ASEAN dengan melibatkan warga sipil.
Jurianto juga menekankan agar pelaksanaan penggunaan aset militer di negara yang tertimpa bencana tetap harus menghormati kedaulatan negara yang bersangkutan. "Pelaksanaannya juga harus menghormati HAM dan tidak boleh diskriminasi," ujar Jurianto
Dia menambahkan, hasil lokakarya ini akan dibawa ke tingkat ASEAN Defense Senior Officer Meeting pada 26-29 April 2011mendatang yang akan digelar di Yogyakarta. "Nantinya akan ada keputusan politik di tingkat ASEAN Defense Minister's Meeting," kata Jurianto.
Sumber: TEMPO Interaktif
29 Maret 2011, Jakarta -- (TEMPO Interaktif): Direktur Jenderal kekuatan Pertahanan (Kuathan) Kementerian Pertahanan, Laksamana Muda Mochammad Jurianto mengatakan, bantuan kemanusiaan dan penanggulangan bencana menjadi fokus utama dalam lokakarya penggunaan aset militer ASEAN, yang dibuka hari ini, Selasa 29 Maret 2011.
"Bantuan kemanusiaan dan bencana alam merupakan bagian dari operasi militer," kata Jurianto saat membuka lokakarya tersebut di Hotel Sultan Jakarta.
Lokakarya yang telah digelar kedua kalinya ini merupakan lanjutan dari Paper on Use of ASEAN Military Assets and Capacities. Agenda utama yang akan menjadi pembahasan dalam lokakarya ini untuk membentuk Joint Coordinating Committee atau JCC, menentukan tugas pokok, struktur, dan pimpinan.
Bencana alam yang sering terjadi di wilayah ASEAN menjadi salah satu faktor pendorong pembentukan JCC. Kedepan, jika ada negara anggota ASEAN yang tertimpa bencana alam atau membutuhkan bantuan kemanusiaan, JCC akan memfasilitasi dengan penggunaan aset militer ASEAN dengan melibatkan warga sipil.
Jurianto juga menekankan agar pelaksanaan penggunaan aset militer di negara yang tertimpa bencana tetap harus menghormati kedaulatan negara yang bersangkutan. "Pelaksanaannya juga harus menghormati HAM dan tidak boleh diskriminasi," ujar Jurianto
Dia menambahkan, hasil lokakarya ini akan dibawa ke tingkat ASEAN Defense Senior Officer Meeting pada 26-29 April 2011mendatang yang akan digelar di Yogyakarta. "Nantinya akan ada keputusan politik di tingkat ASEAN Defense Minister's Meeting," kata Jurianto.
Sumber: TEMPO Interaktif
Kopassus-SAS Australia Latgab Bersama
Latihan bersama Kopassus-SAS di Bandara Internasional Ngurah Rai, Denpasar tahun lalu. (Foto: Reuters)
28 Maret 2011, Jakarta -- (REPUBLIKA.CO.ID): Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat (Kopassus) Mayjen TNI Lodewijk F Paulus mengatakan Komando Pasukan Khusus Australia (SAS) akan membantu daya mampu Kopassus baik dari segi teknik militer, peralatan dan perlengkapan, serta kemampuan bahasa Inggris. "Ini yang kita pelajari kemarin selama latihan bersama 'Dawn Kookabbura' antara Kopassus dan SAS," katanya, usai menghadiri pembukaan Kejuaran Panahan Piala Kasad 2011 di Markas Komando Kopassus di Jakarta, Senin (28/3).
Latihan Bersama Kopassus dan SAS dengan sandi "Dawn Kookabbura" berlangsung di Swan Bourne, Perth, Australia pada pekan terakhir Februari 2011. Dalam Latihan bersama itu, komando pasukan khusus militer kedua negara memfokuskan penanganan terorisme di laut. "Banyak hal yang harus kita pelajari dan tingkatkan lagi, semisal kemampuan penggunaan alat perlengkapan, persenjataan dan bahasa untuk dapat memahami lebih luas prosedur, alat, sistem penanganan terorisme sesuai standar internasional," kata Lodewijk.
Khusus menyangkut kemampuan bahasa, ia mengemukakan, SAS siap mengirimkan instrukturnya untuk memberikan pelajaran dan pemahaman lebih dalam tentang bahasa Inggris terutama terkait teknis militer komando pasukan khusus. "Kita sudah memiliki laboratorium bahasa Inggris, namun untuk 'native speaker' terutama yang menyangkut bahasa teknis militer komando pasukan khusus kita masih minim," ungkap Lodewijk.
Ia menambahkan, kursus bahasa Inggris oleh SAS bagi para personel Kopassus akan dimulai pada September 2011. Kerjasama Kopassus- SAS sempat terhenti sejak 1999 menyusulnya terjadinya kerusuhan di Timor-Timur (kini Timor Leste) seusai jajak pendapat. Pemulihan kerja sama Kopassus-SAS, Australia berawal dari kunjungan Komandan SAS Australia yang kemudian diikuti kunjungan Kepala Staf Angkatan Darat Australia, Letjen Peter Leahy pada akhir 2002.
Langkah pemulihan diambil Australia, pascaledakan Bom Bali I pada Oktober 2002 yang menewaskan sebagian besar warga negara Australia yang tengah berada di Pulau Dewata. Selain Australia, Kopassus juga rutin mengadakan latihan bersama dengan Singapura dan Thailand. Kini Kopassus tengah merumuskan kembali latihan bersama dengan pasukan khusus Amerika Serikat (AS) yang juga sempat terhenti pada sekitar sebelas tahun silam, karena dugaan pelanggaran HAM oleh TNI di Timor-Timur.
Sumber: Republika
28 Maret 2011, Jakarta -- (REPUBLIKA.CO.ID): Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat (Kopassus) Mayjen TNI Lodewijk F Paulus mengatakan Komando Pasukan Khusus Australia (SAS) akan membantu daya mampu Kopassus baik dari segi teknik militer, peralatan dan perlengkapan, serta kemampuan bahasa Inggris. "Ini yang kita pelajari kemarin selama latihan bersama 'Dawn Kookabbura' antara Kopassus dan SAS," katanya, usai menghadiri pembukaan Kejuaran Panahan Piala Kasad 2011 di Markas Komando Kopassus di Jakarta, Senin (28/3).
Latihan Bersama Kopassus dan SAS dengan sandi "Dawn Kookabbura" berlangsung di Swan Bourne, Perth, Australia pada pekan terakhir Februari 2011. Dalam Latihan bersama itu, komando pasukan khusus militer kedua negara memfokuskan penanganan terorisme di laut. "Banyak hal yang harus kita pelajari dan tingkatkan lagi, semisal kemampuan penggunaan alat perlengkapan, persenjataan dan bahasa untuk dapat memahami lebih luas prosedur, alat, sistem penanganan terorisme sesuai standar internasional," kata Lodewijk.
Khusus menyangkut kemampuan bahasa, ia mengemukakan, SAS siap mengirimkan instrukturnya untuk memberikan pelajaran dan pemahaman lebih dalam tentang bahasa Inggris terutama terkait teknis militer komando pasukan khusus. "Kita sudah memiliki laboratorium bahasa Inggris, namun untuk 'native speaker' terutama yang menyangkut bahasa teknis militer komando pasukan khusus kita masih minim," ungkap Lodewijk.
Ia menambahkan, kursus bahasa Inggris oleh SAS bagi para personel Kopassus akan dimulai pada September 2011. Kerjasama Kopassus- SAS sempat terhenti sejak 1999 menyusulnya terjadinya kerusuhan di Timor-Timur (kini Timor Leste) seusai jajak pendapat. Pemulihan kerja sama Kopassus-SAS, Australia berawal dari kunjungan Komandan SAS Australia yang kemudian diikuti kunjungan Kepala Staf Angkatan Darat Australia, Letjen Peter Leahy pada akhir 2002.
Langkah pemulihan diambil Australia, pascaledakan Bom Bali I pada Oktober 2002 yang menewaskan sebagian besar warga negara Australia yang tengah berada di Pulau Dewata. Selain Australia, Kopassus juga rutin mengadakan latihan bersama dengan Singapura dan Thailand. Kini Kopassus tengah merumuskan kembali latihan bersama dengan pasukan khusus Amerika Serikat (AS) yang juga sempat terhenti pada sekitar sebelas tahun silam, karena dugaan pelanggaran HAM oleh TNI di Timor-Timur.
Sumber: Republika
TNI AU Dongkrak Skill Juru Montir Udara
Kasau Marsekal TNI Subandrio saat menyaksikan komponen pesawat tempur yang sedang dalam perbaikan di Skadron Teknik 042.(Foto: Pentak Lanud Iswahjudi)
29 Maret 2011, Jakarta -- (Suara Karya): TNI Angkatan Udara (AU) intensif meningkatkan keahlian dan profesionalisme prajurit pada bidang juru montir udara dan load master. Pemantapan keahlian itu untuk mendukung oprasional TNI AU.
Secara serentak, Senin (28/3), latihan dan penyiapan juru montir udara TNI AU dilaksanakan Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, dan Lanud Abdurahman Saleh, Malang, Jawa Timur.
"Untuk meningkatkan meningkatkan penyiapan awak pesawat sesuai kebutuhan operasional, maka dilaksanakan pendidikan kwalafikasi," ujar Komandan Wing 1 Lanud Halim Perdanakusuma Kolonel (Pnb) Tri Bowo BS, saat membuka Pendidikan Kualifikasi Khusus Juru Montir Udara, dan Load Master Pesawat C-130 Hercules, B-737, F-27, 28 dan CN-235, di Jakarta, kemarin.
Lanud Halim Perdanakusuma merekrut 59 calon juru montir udara mulai dari bintara hingga perwira TNI AU. Penyiapan dilaksanakan di Skadron 17 Wing 1 Halim Perdanakusuma. Sedangkan, kwalifikasi juru montir udara Lanud Abdurahman Saleh dilaksanakan di Skadron 32. Kwalifikasi juru montir udara pada pesawat C-130 Hercules dan Casa 212.
Zero Accident
Tri Bowo mengatakan, pendidikan juru montir udara dan load master guna meningkatkan personel skadron udara agar lebih profesional. Para awak disiapkan secara dini sesuai kebutuhan operasional.
Sedangkan sasaran yang ingin dicapai, lanjut dia, pendidikan dan pelatihan untuk mengintegrasikan budaya operational crew guna membentuk satu lintas budaya, sehingga akan tercipta suatu kerja sama yang efektif.
Dengan demikian, Tri Bowo berharap, koordinasi awak pesawat dapat lebih efektif, efisien dan lebih meningkatkan kemampuan awak pesawat serta tercapai zero accident.
Pendidikan juru montir udara dan load master Lanud Halim Perdanakusuma, dilaksanakan tiga bulan bulan dengan jumlah siswa 59 orang terdiri dari perwira dan bintara anggota Skadron Udara 2, Skadron Udara 31 dan Skadron Udara 17.
Sumber: Suara Karya
29 Maret 2011, Jakarta -- (Suara Karya): TNI Angkatan Udara (AU) intensif meningkatkan keahlian dan profesionalisme prajurit pada bidang juru montir udara dan load master. Pemantapan keahlian itu untuk mendukung oprasional TNI AU.
Secara serentak, Senin (28/3), latihan dan penyiapan juru montir udara TNI AU dilaksanakan Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, dan Lanud Abdurahman Saleh, Malang, Jawa Timur.
"Untuk meningkatkan meningkatkan penyiapan awak pesawat sesuai kebutuhan operasional, maka dilaksanakan pendidikan kwalafikasi," ujar Komandan Wing 1 Lanud Halim Perdanakusuma Kolonel (Pnb) Tri Bowo BS, saat membuka Pendidikan Kualifikasi Khusus Juru Montir Udara, dan Load Master Pesawat C-130 Hercules, B-737, F-27, 28 dan CN-235, di Jakarta, kemarin.
Lanud Halim Perdanakusuma merekrut 59 calon juru montir udara mulai dari bintara hingga perwira TNI AU. Penyiapan dilaksanakan di Skadron 17 Wing 1 Halim Perdanakusuma. Sedangkan, kwalifikasi juru montir udara Lanud Abdurahman Saleh dilaksanakan di Skadron 32. Kwalifikasi juru montir udara pada pesawat C-130 Hercules dan Casa 212.
Zero Accident
Tri Bowo mengatakan, pendidikan juru montir udara dan load master guna meningkatkan personel skadron udara agar lebih profesional. Para awak disiapkan secara dini sesuai kebutuhan operasional.
Sedangkan sasaran yang ingin dicapai, lanjut dia, pendidikan dan pelatihan untuk mengintegrasikan budaya operational crew guna membentuk satu lintas budaya, sehingga akan tercipta suatu kerja sama yang efektif.
Dengan demikian, Tri Bowo berharap, koordinasi awak pesawat dapat lebih efektif, efisien dan lebih meningkatkan kemampuan awak pesawat serta tercapai zero accident.
Pendidikan juru montir udara dan load master Lanud Halim Perdanakusuma, dilaksanakan tiga bulan bulan dengan jumlah siswa 59 orang terdiri dari perwira dan bintara anggota Skadron Udara 2, Skadron Udara 31 dan Skadron Udara 17.
Sumber: Suara Karya
RI-China Matangkan Kerja Sama Antiteror
Pasukan Khusus Cina. (Foto: Sinodefence)
29 Maret 2011, Jakarta -- (Suara Karya): Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat, dan Pasukan Khusus Republik Rakyat China sepakat untuk mematangkan kerja sama kedua pihak, terutama dalam penanganan dan pemberantasan terorisme.
"Kami sudah melakukan beberapa kali penjajakan, diawali dengan pertukaran kunjungan perwira. Pada April nanti, kami kembali kirimkan tiga perwira kami untuk mematangkan kerja sama yang tengah dijajaki," kata Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat (Kopassus) Mayjen TNI Lodewijk F Paulus dalam perbincangan, di Jakarta, Senin (28/3).
Ditemui usai menghadiri pembukaan Kejuaraan Panahan Piala KSAD 2011, ia mengatakan, setelah penjajakan yang ada dimatangkan kedua pihak dalam tataran teknis yang lebih rinci, pasukan khusus militer kedua negara sepakat untuk segera melakukan latihan bersama dalam waktu dekat.
"Untuk materi yang akan dikerjasamakan nanti adalah penanganan terorisme. Karena itu yang menjadi salah satu ancaman pertahanan keamanan saat ini," tutur Lodewijk, menambahkan.
Sebelumnya, hasil penjajakan yang dilakukan kedua pihak, masing-masing sepakat untuk bekerja sama dalam bidang sumber daya manusia (SDM) melalui pertukaran kunjungan para perwira, pendidikan, latihan bersama serta transfer teknologi.
Bahkan, pihak China menekankan, perlunya terus membangun program yang lebih nyata di bidang pendidikan, latihan dan pertukaran informasi tentang teknologi militer kedua angkatan. Kedua pihak juga sepakat untuk memperkuat kerja sama yang ada dalam rangka menciptakan kawasan Asia dan ASEAN yang aman dan stabil.
Calon KSAD
Sementara itu, Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat Letjen TNI Pramono Edhie Wibowo mengaku belum tahu jika dirinya menjadi salah satu calon kuat Kepala Staf Angkatan Darat menggantikan Jenderal TNI Goerge Toisutta.
"Wah belum tahu saya," katanya usai menjadi pemimpin upacara pembukaan Kejuaraan Panahan Piala KSAD, di Jakarta, Senin (28/3). Alumni Akademi Militer 1980 itu menambahkan, sebagai prajurit TNI maka dirinya siap menjalankan tugas apa pun yang diberikan pimpinan .
"Tetapi benar, saya belum tahu lho," ujar mantan Panglima Kodam III/ Siliwangi itu menegaskan. Mantan ajudan Presiden Megawati Soekarnoputri itu pun menambahkan, yang penting dirinya siap menjalankan apa yang ada dengan sebaik-baiknya.
Jenderal TNI George Toisutta dilantik sebagai Kepala Staf Angkatan Darat pada 11 November 2009 dan akan memasuki masa purna tugas pada Juni 2011.
Pangkostrad Letjen TNI Pramono Edhie Wibowo akan "bersaing" dengan Wakil KSAD Letjen TNI Budiman dan Komandan Komando Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan Darat (Dankodiklat) Letjen TNI Marciano Norman.
Sumber: Suara Karya
29 Maret 2011, Jakarta -- (Suara Karya): Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat, dan Pasukan Khusus Republik Rakyat China sepakat untuk mematangkan kerja sama kedua pihak, terutama dalam penanganan dan pemberantasan terorisme.
"Kami sudah melakukan beberapa kali penjajakan, diawali dengan pertukaran kunjungan perwira. Pada April nanti, kami kembali kirimkan tiga perwira kami untuk mematangkan kerja sama yang tengah dijajaki," kata Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat (Kopassus) Mayjen TNI Lodewijk F Paulus dalam perbincangan, di Jakarta, Senin (28/3).
Ditemui usai menghadiri pembukaan Kejuaraan Panahan Piala KSAD 2011, ia mengatakan, setelah penjajakan yang ada dimatangkan kedua pihak dalam tataran teknis yang lebih rinci, pasukan khusus militer kedua negara sepakat untuk segera melakukan latihan bersama dalam waktu dekat.
"Untuk materi yang akan dikerjasamakan nanti adalah penanganan terorisme. Karena itu yang menjadi salah satu ancaman pertahanan keamanan saat ini," tutur Lodewijk, menambahkan.
Sebelumnya, hasil penjajakan yang dilakukan kedua pihak, masing-masing sepakat untuk bekerja sama dalam bidang sumber daya manusia (SDM) melalui pertukaran kunjungan para perwira, pendidikan, latihan bersama serta transfer teknologi.
Bahkan, pihak China menekankan, perlunya terus membangun program yang lebih nyata di bidang pendidikan, latihan dan pertukaran informasi tentang teknologi militer kedua angkatan. Kedua pihak juga sepakat untuk memperkuat kerja sama yang ada dalam rangka menciptakan kawasan Asia dan ASEAN yang aman dan stabil.
Calon KSAD
Sementara itu, Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat Letjen TNI Pramono Edhie Wibowo mengaku belum tahu jika dirinya menjadi salah satu calon kuat Kepala Staf Angkatan Darat menggantikan Jenderal TNI Goerge Toisutta.
"Wah belum tahu saya," katanya usai menjadi pemimpin upacara pembukaan Kejuaraan Panahan Piala KSAD, di Jakarta, Senin (28/3). Alumni Akademi Militer 1980 itu menambahkan, sebagai prajurit TNI maka dirinya siap menjalankan tugas apa pun yang diberikan pimpinan .
"Tetapi benar, saya belum tahu lho," ujar mantan Panglima Kodam III/ Siliwangi itu menegaskan. Mantan ajudan Presiden Megawati Soekarnoputri itu pun menambahkan, yang penting dirinya siap menjalankan apa yang ada dengan sebaik-baiknya.
Jenderal TNI George Toisutta dilantik sebagai Kepala Staf Angkatan Darat pada 11 November 2009 dan akan memasuki masa purna tugas pada Juni 2011.
Pangkostrad Letjen TNI Pramono Edhie Wibowo akan "bersaing" dengan Wakil KSAD Letjen TNI Budiman dan Komandan Komando Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan Darat (Dankodiklat) Letjen TNI Marciano Norman.
Sumber: Suara Karya
Minggu, 27 Maret 2011
Turki Ajak Azerbaijan Kembangkan Senapan Serbu Baru
Turki akan produksi senapan berat anti-material Istiglal IST-12.7 atas lisensi dari Azerbaijan.
28 Maret 2011, Baku -- (Berita HanKam): Turki mengajak Azerbaijan bekerja sama mengembangkan senapan serbu infantri modern diungkapkan Akif Akgul manager pemasaran dan penjualan ekspor Turkey’s Machinery and Chemistry Industry Organization (MKEK) pada kantor berita APA, Sabtu (26/3).
Turki sedang menunggu tanggapan pihak Azerbaijan. Azerbaijan menyambut baik tawaran proyek bersama tetapi belum memberikan keputusan resmi pada Turki. Senapan serbu baru ini tidak sama dengan G3, M16 ataupun Kalashnikov. Kaliber senapan 7,65 x 51 dirancang oleh para ahli Turki menurut standar NATO.
Akgul menambahkan MKEK telah menyelesaikan tiga prototipe senapan dan akan mulai diproduksi setelah menyelesaikan serangkaian pengujian.
MKEK juga akan memproduksi senapan berat anti-material Istiglal IST-12.7 yang dikembangkan oleh Azerbaijan. IST-12.7 diperkenalkan di IDEF-2009, April 2009 di Istanbul, Turki. Istiglal menpunyai kaliber 14,5 mm dengan jarak tembak effektif 2400 m.
Azerbaijan akan berpartisipasi di IDEF-2011, menampilkan 75 tipe produk pertahanan. IDEF-2011 diikuti 485 perusahaan pertahanan dari Jerman, AS, Perancis, Afrika Selatan, Bulgaria, Cina, Rusia serta sejumlah negara lainnya.
Sumber: APA
Berita HanKam
28 Maret 2011, Baku -- (Berita HanKam): Turki mengajak Azerbaijan bekerja sama mengembangkan senapan serbu infantri modern diungkapkan Akif Akgul manager pemasaran dan penjualan ekspor Turkey’s Machinery and Chemistry Industry Organization (MKEK) pada kantor berita APA, Sabtu (26/3).
Turki sedang menunggu tanggapan pihak Azerbaijan. Azerbaijan menyambut baik tawaran proyek bersama tetapi belum memberikan keputusan resmi pada Turki. Senapan serbu baru ini tidak sama dengan G3, M16 ataupun Kalashnikov. Kaliber senapan 7,65 x 51 dirancang oleh para ahli Turki menurut standar NATO.
Akgul menambahkan MKEK telah menyelesaikan tiga prototipe senapan dan akan mulai diproduksi setelah menyelesaikan serangkaian pengujian.
MKEK juga akan memproduksi senapan berat anti-material Istiglal IST-12.7 yang dikembangkan oleh Azerbaijan. IST-12.7 diperkenalkan di IDEF-2009, April 2009 di Istanbul, Turki. Istiglal menpunyai kaliber 14,5 mm dengan jarak tembak effektif 2400 m.
Azerbaijan akan berpartisipasi di IDEF-2011, menampilkan 75 tipe produk pertahanan. IDEF-2011 diikuti 485 perusahaan pertahanan dari Jerman, AS, Perancis, Afrika Selatan, Bulgaria, Cina, Rusia serta sejumlah negara lainnya.
Sumber: APA
Berita HanKam
Peluncuran KRI Banda Aceh
KRI Banda Aceh-593. (Foto: Kemhan)
28 Maret 2011 -- (SINDO): Hari Senin, 21 Maret 2011 lalu terjadi sebuah peristiwa menarik, yaitu serah terima kapal landing platform dock (LPD) dari pembuatnya, PT PAL Surabaya, kepada pemesannya, Departemen Pertahanan,yang diwakili Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.
LPD adalah sebuah kapal perang besar yang mampu mengangkut satu batalion pasukan, kendaraan perang maupun kapal pendarat (landing craft carrier). Ini merupakan kapal modern dan banyak dibangun oleh beberapa negara seperti Inggris, Belanda, Spanyol, Italia dalam beberapa tahun terakhir. Dengan serah terima ini, lengkap sudah perjalanan pemesanan kapal LPD yang dipesan Departemen Pertahanan kepada Daewoo International dari Korea sebanyak 4 buah dengan bantuan pembiayaan kredit ekspor dari Korea.
Menariknya, separuh dari pesanan ke Korea tersebut akhirnya justru disubkontrakkan ke PT PAL Surabaya. Bukan hanya berhasil dipenuhi, tetapi bahkan dengan perbaikan spesifikasi, yaitu kemampuan menampung pendaratan helikopter dari 3 buah menjadi 5 buah maupun kecepatan yang lebih tinggi. Peluncuran kapal tersebut pada hakikatnya suatu testimoni mengenai kemampuan PT PAL dalam memenuhi kebutuhan alat utama sistem senjata (alutsista) kita.
Negara tetangga kita,Filipina,juga mengakui keunggulan itu sehingga memesan kapal jenis LPD tersebut. Sementara itu Timor Leste memesan kapal patroli cepat (fast patrol boat) yang ukurannya antara 30 sampai 40 meter.Pemesanan ini bersamaan dengan pemesanan kapal sejenis fregat oleh Departemen Pertahanan yang dalam istilah PT PAL diberi nama kapal perusak kawal rudal (PKR). Kapal yang dibangun dengan bantuan teknologi Belanda tersebut akan memiliki kelas yang sama dengan kapal fregat kelas la Fayette yang sekarang ini dimiliki Angkatan Laut Singapura.
Pembangunan kapal tempur baru tersebut sekaligus dimaksudkan sebagai modernisasi maupun pembangunan kekuatan angkatan laut kita supaya mampu menghasilkan efek penggentar bagi yang mencoba mengganggu kedaulatan kita. Dewasa ini PT PAL juga sedang menyiapkan diri untuk membangun dua kapal selam dengan bantuan teknologi dari Jerman dan Korea Selatan. Jika proses alih teknologi dapat diselesaikan dengan baik, kemampuan PT PAL untuk membangun kapal perang tidak bisa diragukan lagi.
Dewasa ini pun PT PAL sudah pula melakukan overhauluntuk kapal perang korvet kelas Sigma yang diproduksi Belanda maupun juga kapal selam Nenggala dan Cakra yang dibuat Jerman. Kemampuan PT PAL juga sudah melebar pada pembangunan kapal niaga.Yang menjadi andalan utama perusahaan tersebut adalah kapal barang berbobot mati 50.000 ton yang dikenal sebagai Star 50. Kapal yang rancang bangunnya dilakukan sepenuhnya oleh PT PAL tersebut telah dihasilkan sebanyak 9 buah yang semuanya adalah pesanan dari luar negeri, yaitu Jerman, Hong Kong,Turki, dan Singapura.
Sementara itu, PT PAL juga baru saja menyelesaikan kapal tanker pesanan dari Italia, sementara Pertamina juga sudah melakukan pemesanan kapal tanker untuk kebutuhan mereka.Dalam peluncuran kapal Star 50 yang terakhir pesanan Singapura (Azurite Invest, Virgin Island) yang diberi nama Erslyne, sebuah double skin bulk carrier (DSBC), kapal tersebut dikatakan sebagai yang terbaik di dunia di antara sejenisnya. Dalam kunjungan saya ke perusahaan tersebut di Surabaya setahun silam, saya melihat kesibukan yang luar biasa di galangan mereka.
Selain pembangunan kapal niaga baru, yaitu sebuah kapal dengan bobot mati 50.000 ton (yang akhirnya diluncurkan dengan nama Erslyne tersebut) dan tanker pesanan Italia, PT PAL pada waktu itu juga sedang melakukan pembangunan kapal LPD (yang akhirnya diluncurkan pekan lalu) maupun 4 kapal patroli cepat pesanan Bea Cukai.Pada saat yang sama saya juga melihat pekerjaan overhaul yang sedang mereka lakukan terhadap dua kapal perang kita. Pada saat kunjungan tersebut, terpikir oleh saya bahwa PT PAL sangat mungkin untuk mengembangkan kapal niaga yang lebih besar dengan teknologi yang sudah mereka kuasai saat ini.
Namun, salah satu kendala yang mereka miliki adalah fasilitas galangan kapal yang lebih besar. Dengan latar belakang tersebut, sudah waktunya bagi pemerintah untuk secara aktif membantu pengembangan salah satu industri strategis tersebut. Pembangunan sebuah galangan baru yang mampu untuk menampung pembangunan kapal yang jauh lebih besar, yaitu sampai dengan bobot mati sampai 150.000 ton, memungkinkan mereka untuk menerobos pasar yang lebih luas.
Kemampuan serta produk yang mereka hasilkan pada akhirnya menjadi promosi penting bagi industri pelayaran di seluruh dunia.Dengan melihat perkembangan ekonomi yang terjadi di Indonesia sendiri, pada akhirnya kebutuhan sarana pengangkutan air semacam ini jelas akan mengalami peningkatan di tahun-tahun yang akan datang. Barangkali Pulau Madura yang menjadi semakin dekat dengan selesainya Jembatan Suramadu memiliki potensi yang besar bagi pengembangan kemampuan PT PAL tersebut.
Bantuan pemerintah untuk pembangunan galangan kapal yang lebih besar tersebut pada akhirnya juga akan memperkuat permodalan dari PT PAL. Perusahaan tersebut, meskipun memiliki kemampuan teknologi yang tinggi, secara komersial masih memiliki kelemahan yang besar. Dengan injeksi permodalan yang baru melalui penyertaan pemerintah pada pembangunan galangan kapal tersebut, struktur modal PT PAL akan menjadi semakin baik.
Ini berarti langkah tersebut seperti killing two birds with one stone. Saya yakin secara finansial Pemerintah Indonesia dewasa ini sangat mampu untuk melakukan injeksi modal tersebut. Namun pada akhirnya hal tersebut sangat tergantung pada political will yang dimiliki Pemerintah.
Dengan perbaikan struktur permodalan tersebut, PT PAL akan menjadi semakin mudah untuk berkembang karena kemampuan finansial mereka memungkinkan untuk memperoleh pembiayaan dari bank. Virtuous circle semacam ini akhirnya akan membawa kebaikan yang sifatnya permanen bagi pengembangan industri strategis yang kemampuannya tidak bisa diragukan lagi. (CYRILLUS HARINOWO HADIWERDOYO/Pengamat Ekonomi)
Sumber: SINDO
28 Maret 2011 -- (SINDO): Hari Senin, 21 Maret 2011 lalu terjadi sebuah peristiwa menarik, yaitu serah terima kapal landing platform dock (LPD) dari pembuatnya, PT PAL Surabaya, kepada pemesannya, Departemen Pertahanan,yang diwakili Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.
LPD adalah sebuah kapal perang besar yang mampu mengangkut satu batalion pasukan, kendaraan perang maupun kapal pendarat (landing craft carrier). Ini merupakan kapal modern dan banyak dibangun oleh beberapa negara seperti Inggris, Belanda, Spanyol, Italia dalam beberapa tahun terakhir. Dengan serah terima ini, lengkap sudah perjalanan pemesanan kapal LPD yang dipesan Departemen Pertahanan kepada Daewoo International dari Korea sebanyak 4 buah dengan bantuan pembiayaan kredit ekspor dari Korea.
Menariknya, separuh dari pesanan ke Korea tersebut akhirnya justru disubkontrakkan ke PT PAL Surabaya. Bukan hanya berhasil dipenuhi, tetapi bahkan dengan perbaikan spesifikasi, yaitu kemampuan menampung pendaratan helikopter dari 3 buah menjadi 5 buah maupun kecepatan yang lebih tinggi. Peluncuran kapal tersebut pada hakikatnya suatu testimoni mengenai kemampuan PT PAL dalam memenuhi kebutuhan alat utama sistem senjata (alutsista) kita.
Negara tetangga kita,Filipina,juga mengakui keunggulan itu sehingga memesan kapal jenis LPD tersebut. Sementara itu Timor Leste memesan kapal patroli cepat (fast patrol boat) yang ukurannya antara 30 sampai 40 meter.Pemesanan ini bersamaan dengan pemesanan kapal sejenis fregat oleh Departemen Pertahanan yang dalam istilah PT PAL diberi nama kapal perusak kawal rudal (PKR). Kapal yang dibangun dengan bantuan teknologi Belanda tersebut akan memiliki kelas yang sama dengan kapal fregat kelas la Fayette yang sekarang ini dimiliki Angkatan Laut Singapura.
Pembangunan kapal tempur baru tersebut sekaligus dimaksudkan sebagai modernisasi maupun pembangunan kekuatan angkatan laut kita supaya mampu menghasilkan efek penggentar bagi yang mencoba mengganggu kedaulatan kita. Dewasa ini PT PAL juga sedang menyiapkan diri untuk membangun dua kapal selam dengan bantuan teknologi dari Jerman dan Korea Selatan. Jika proses alih teknologi dapat diselesaikan dengan baik, kemampuan PT PAL untuk membangun kapal perang tidak bisa diragukan lagi.
Dewasa ini pun PT PAL sudah pula melakukan overhauluntuk kapal perang korvet kelas Sigma yang diproduksi Belanda maupun juga kapal selam Nenggala dan Cakra yang dibuat Jerman. Kemampuan PT PAL juga sudah melebar pada pembangunan kapal niaga.Yang menjadi andalan utama perusahaan tersebut adalah kapal barang berbobot mati 50.000 ton yang dikenal sebagai Star 50. Kapal yang rancang bangunnya dilakukan sepenuhnya oleh PT PAL tersebut telah dihasilkan sebanyak 9 buah yang semuanya adalah pesanan dari luar negeri, yaitu Jerman, Hong Kong,Turki, dan Singapura.
Sementara itu, PT PAL juga baru saja menyelesaikan kapal tanker pesanan dari Italia, sementara Pertamina juga sudah melakukan pemesanan kapal tanker untuk kebutuhan mereka.Dalam peluncuran kapal Star 50 yang terakhir pesanan Singapura (Azurite Invest, Virgin Island) yang diberi nama Erslyne, sebuah double skin bulk carrier (DSBC), kapal tersebut dikatakan sebagai yang terbaik di dunia di antara sejenisnya. Dalam kunjungan saya ke perusahaan tersebut di Surabaya setahun silam, saya melihat kesibukan yang luar biasa di galangan mereka.
Selain pembangunan kapal niaga baru, yaitu sebuah kapal dengan bobot mati 50.000 ton (yang akhirnya diluncurkan dengan nama Erslyne tersebut) dan tanker pesanan Italia, PT PAL pada waktu itu juga sedang melakukan pembangunan kapal LPD (yang akhirnya diluncurkan pekan lalu) maupun 4 kapal patroli cepat pesanan Bea Cukai.Pada saat yang sama saya juga melihat pekerjaan overhaul yang sedang mereka lakukan terhadap dua kapal perang kita. Pada saat kunjungan tersebut, terpikir oleh saya bahwa PT PAL sangat mungkin untuk mengembangkan kapal niaga yang lebih besar dengan teknologi yang sudah mereka kuasai saat ini.
Namun, salah satu kendala yang mereka miliki adalah fasilitas galangan kapal yang lebih besar. Dengan latar belakang tersebut, sudah waktunya bagi pemerintah untuk secara aktif membantu pengembangan salah satu industri strategis tersebut. Pembangunan sebuah galangan baru yang mampu untuk menampung pembangunan kapal yang jauh lebih besar, yaitu sampai dengan bobot mati sampai 150.000 ton, memungkinkan mereka untuk menerobos pasar yang lebih luas.
Kemampuan serta produk yang mereka hasilkan pada akhirnya menjadi promosi penting bagi industri pelayaran di seluruh dunia.Dengan melihat perkembangan ekonomi yang terjadi di Indonesia sendiri, pada akhirnya kebutuhan sarana pengangkutan air semacam ini jelas akan mengalami peningkatan di tahun-tahun yang akan datang. Barangkali Pulau Madura yang menjadi semakin dekat dengan selesainya Jembatan Suramadu memiliki potensi yang besar bagi pengembangan kemampuan PT PAL tersebut.
Bantuan pemerintah untuk pembangunan galangan kapal yang lebih besar tersebut pada akhirnya juga akan memperkuat permodalan dari PT PAL. Perusahaan tersebut, meskipun memiliki kemampuan teknologi yang tinggi, secara komersial masih memiliki kelemahan yang besar. Dengan injeksi permodalan yang baru melalui penyertaan pemerintah pada pembangunan galangan kapal tersebut, struktur modal PT PAL akan menjadi semakin baik.
Ini berarti langkah tersebut seperti killing two birds with one stone. Saya yakin secara finansial Pemerintah Indonesia dewasa ini sangat mampu untuk melakukan injeksi modal tersebut. Namun pada akhirnya hal tersebut sangat tergantung pada political will yang dimiliki Pemerintah.
Dengan perbaikan struktur permodalan tersebut, PT PAL akan menjadi semakin mudah untuk berkembang karena kemampuan finansial mereka memungkinkan untuk memperoleh pembiayaan dari bank. Virtuous circle semacam ini akhirnya akan membawa kebaikan yang sifatnya permanen bagi pengembangan industri strategis yang kemampuannya tidak bisa diragukan lagi. (CYRILLUS HARINOWO HADIWERDOYO/Pengamat Ekonomi)
Sumber: SINDO
DPR RI Setuju Hibahkan 4 Meriam ke PNG
(Foto: KOSTRAD)
28 Maret 2011, Jakarta -- (Suara Karya): Hibah empat unit meriam Salute Gun dari Republik Indonesia (RI) kepada militer Papua Nugini semakin terbuka. Ini menyusul persetujuan seluruh fraksi di DPR. Rencananya, persetujuan itu akan ditetapkan pada Sidang Parupurna DPR, Selasa (29/3).
"Dalam rapat internal di Komisi I DPR sebelumnya, seluruh fraksi yang ada telah menyetujui hibah tersebut. Selasa, tinggal ketuk palu," ujar Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq, di Jakarta, akhir pekan lalu.
Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Golkar Fayakhun Andriadi mengatakan, sebelum ketuk palu, Komisi I DPR akan melakukan pembahasan internal pada Senin (27/3). Agenda rapat, membahas pandangan fraksi dan dilanjutkan pengambilan keputusan. "Senin akan di-clear dalam rapat internal Komisi I," katanya.
Mahfudz menjelaskan, seluruh fraksi Komisi I DPR punya pandangan bahwa hibah itu tak akan memengaruhi kekuatan militer Indonesia. Artinya, ketersediaan meriam Indonesia masih mencukupi. Apalagi, meriam Salute Gun yang akan dihibahkan merupakan seri lama. "Hibah meriam itu, didasari bahwa Indonesia memiliki kelebihan stok," ujarnya.
Alasan lain, tutur Mahfudz, hibah empat unit meriam Salute Gun untuk mengurangi biaya perawatan meriam itu. Masyarakat, tutur Mahfudz, tak perlu khawatir karena meriam yang dihibahkan itu bukan termasuk kategori persenjataan perang atau alutsista. "Ini bukan kategori alutsista kok, jadi tidak perlu curiga berlebihan. Kecuali menyangkut persenjataan berat, yang memang kita sendiri masih membutuhkannya," katanya.
Sementara itu, mantan anggota Komisi I DPR Muhammad AS Hikam menyatakan, jika memang betul hibah itu ditujukan pada Papua Nugini, harus dibatalkan. Hibab itu tak dapat dibenarkan karena melanggar penjanjian internasional. "Apalagi jika hibah itu untuk kelompok separatis Papua Nugini, itu jelas mesti dibatalkan hibahnya, karena akan mendapat kecaman dunia internasional," katanya.
AS Hikam sendiri belum mendapatkan informasi lengkap, kepada siapa hibah itu diberikan Indonesia. Yang pasti, menurut dia, kebijakan pemerintah Indonesia untuk mengibahkan meriam Salute Gun terlalu berlebihan (over acting). Pemerintah dan DPR perlu meninjau ulang, di tengah kondisi militer Indonesia masih banyak membutuhkan alat utama sistem persenjataan (alutsista).
Menurut dia, Indonesia masih minus dalam hal persenjataan tersebut. Sehingga sangat ironis, jika alutsista yang dibeli dengan uang rakyat dari impor itu, justru diberikan pada pihak lain.
"Sayang kalau peralatan itu masih bagus dan kita masih memerlukannya kenapa mesti disumbangkan pada negara lain. Apalagi jika alutsista tersebut di impor dan dibeli dari uang rakyat," kata Hikam.
Pendapat senada disampaikan pengamat militer dan intelijen Suripto, bahwa hibah meriam itu tak perlu direalisasikan. Indonesia masih perlu melengkapi alutsistanya untuk menjaga kedaulatan NKRI.
Apalagi dalam era sekarang ini, dia mengatakan, hampir seluruh negara di Asia sedang membangun kekuatan militer dan melengkapi alutsistanya.
Sumber: Suara Karya
28 Maret 2011, Jakarta -- (Suara Karya): Hibah empat unit meriam Salute Gun dari Republik Indonesia (RI) kepada militer Papua Nugini semakin terbuka. Ini menyusul persetujuan seluruh fraksi di DPR. Rencananya, persetujuan itu akan ditetapkan pada Sidang Parupurna DPR, Selasa (29/3).
"Dalam rapat internal di Komisi I DPR sebelumnya, seluruh fraksi yang ada telah menyetujui hibah tersebut. Selasa, tinggal ketuk palu," ujar Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq, di Jakarta, akhir pekan lalu.
Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Golkar Fayakhun Andriadi mengatakan, sebelum ketuk palu, Komisi I DPR akan melakukan pembahasan internal pada Senin (27/3). Agenda rapat, membahas pandangan fraksi dan dilanjutkan pengambilan keputusan. "Senin akan di-clear dalam rapat internal Komisi I," katanya.
Mahfudz menjelaskan, seluruh fraksi Komisi I DPR punya pandangan bahwa hibah itu tak akan memengaruhi kekuatan militer Indonesia. Artinya, ketersediaan meriam Indonesia masih mencukupi. Apalagi, meriam Salute Gun yang akan dihibahkan merupakan seri lama. "Hibah meriam itu, didasari bahwa Indonesia memiliki kelebihan stok," ujarnya.
Alasan lain, tutur Mahfudz, hibah empat unit meriam Salute Gun untuk mengurangi biaya perawatan meriam itu. Masyarakat, tutur Mahfudz, tak perlu khawatir karena meriam yang dihibahkan itu bukan termasuk kategori persenjataan perang atau alutsista. "Ini bukan kategori alutsista kok, jadi tidak perlu curiga berlebihan. Kecuali menyangkut persenjataan berat, yang memang kita sendiri masih membutuhkannya," katanya.
Sementara itu, mantan anggota Komisi I DPR Muhammad AS Hikam menyatakan, jika memang betul hibah itu ditujukan pada Papua Nugini, harus dibatalkan. Hibab itu tak dapat dibenarkan karena melanggar penjanjian internasional. "Apalagi jika hibah itu untuk kelompok separatis Papua Nugini, itu jelas mesti dibatalkan hibahnya, karena akan mendapat kecaman dunia internasional," katanya.
AS Hikam sendiri belum mendapatkan informasi lengkap, kepada siapa hibah itu diberikan Indonesia. Yang pasti, menurut dia, kebijakan pemerintah Indonesia untuk mengibahkan meriam Salute Gun terlalu berlebihan (over acting). Pemerintah dan DPR perlu meninjau ulang, di tengah kondisi militer Indonesia masih banyak membutuhkan alat utama sistem persenjataan (alutsista).
Menurut dia, Indonesia masih minus dalam hal persenjataan tersebut. Sehingga sangat ironis, jika alutsista yang dibeli dengan uang rakyat dari impor itu, justru diberikan pada pihak lain.
"Sayang kalau peralatan itu masih bagus dan kita masih memerlukannya kenapa mesti disumbangkan pada negara lain. Apalagi jika alutsista tersebut di impor dan dibeli dari uang rakyat," kata Hikam.
Pendapat senada disampaikan pengamat militer dan intelijen Suripto, bahwa hibah meriam itu tak perlu direalisasikan. Indonesia masih perlu melengkapi alutsistanya untuk menjaga kedaulatan NKRI.
Apalagi dalam era sekarang ini, dia mengatakan, hampir seluruh negara di Asia sedang membangun kekuatan militer dan melengkapi alutsistanya.
Sumber: Suara Karya
Odyssey Dawn, Etalase Eropa
Jet tempur Rafale bersiap lepas landas dengan katapel di atas kapal induk Perancis Charles de Gaulle pada 26 Maret. Charles de Gaulle telah melakukan 47 sorti mengempur sasaran di Libya sebagai bagian dari zona larangan terbang NATO. (Foto: Reuters)
27 Maret 2011 -- (KOMPAS): Ada yang ”segar” pada tayangan liputan Operasi Odyssey Dawn, yang digelar untuk mengawal zona larangan terbang di Libya sejak pekan lalu. Tayangan berita di layar televisi tak lagi didominasi gambar-gambar persenjataan canggih buatan Amerika Serikat.
Dalam dua perang besar terakhir yang melibatkan pasukan koalisi, yakni Operasi Enduring Freedom ke Afganistan, 2001, dan Operasi Iraqi Freedom ke Irak, 2003, hampir seluruh media menampilkan kegagahan militer AS.
Gambar pesawat-pesawat F/A-18 Hornet lepas landas dari geladak kapal induk super, rudal-rudal Tomahawk meluncur dari kapal perusak, dan tank-tank M1 Abrams berseliweran di gurun-gurun Irak, disiarkan berulang-ulang baik di layar kaca maupun halaman koran.
Namun, sejak Perancis memimpin serangan ke Libya, Sabtu (19/3) malam, senjata-senjata andalan AS itu seolah ”menghilang” dari layar kaca. Kecuali tayangan klasik rudal-rudal Tomahawk yang meluncur dari kapal, tak banyak alat utama sistem persenjataan (alutsista) buatan AS yang terlihat.
Alih-alih, kini CNN lebih sering menampilkan pesawat Rafale dari Perancis lepas landas dari pangkalan udara di darat maupun dari kapal induk Charles de Gaulle. Di bagian lain, terlihat pesawat tempur tercanggih buatan Eropa saat ini, Eurofighter Typhoon, milik Royal Air Force (RAF) Inggris sedang bersiap-siap lepas landas di sebuah pangkalan udara di Italia.
Nama Tomahawk pun mendapat saingan baru, yakni rudal StormShadow. Rudal udara ke darat buatan Inggris, Italia, dan Perancis ini dibawa oleh pesawat-pesawat Tornado GR4 milik RAF.
Dengan berbagai alasan pembenaran, Eropa kali ini tampil di depan, memimpin operasi militer pasukan sekutu terbesar sejak invasi ke Irak 2003. Perancis, secara khusus, terlihat sangat agresif dengan tampil sebagai pembuka serangan dan mengirimkan persenjataan dalam kapasitas dan kuantitas yang signifikan.
Portal berita pertahanan GlobalSecurity.org menyebut, dalam operasi ini Perancis menggelar satu kapal induk, empat kapal fregat, dan armada pesawat Mirage 2000D serta Rafale F3.
Beberapa pengamat mengatakan, Perancis ingin memperbaiki citra di dunia Arab setelah negara itu dianggap tak cukup aktif saat terjadi krisis di Tunisia, yang memicu gelombang revolusi ke seluruh Timur Tengah dan Afrika Utara, termasuk di Libya saat ini.
Promosi efektif
Jet tempur Mirage 2000 mendarat di Capitaine Preziosi aka Solenzara, Pulau Korsika. (Foto; Getty Images)
Namun, di luar semua alasan itu, sudah bukan rahasia lagi bahwa setiap operasi militer besar menjadi semacam ”etalase” yang sangat efektif untuk memasarkan kemampuan berbagai jenis senjata canggih itu ke seluruh dunia.
Persenjataan AS, mulai dari pesawat F/A-18, tank Abrams, helikopter angkut Blackhawk, helikopter tempur Apache, hingga pesawat angkut kelas berat C-17 Globemaster III, laris manis sejak tampang mereka sering tampil di televisi, baik saat beraksi di Irak maupun Afganistan.
Bahkan, jip militer Humvee menjadi semacam ikon gaya hidup baru bagi para pencinta kemachoan, setelah kendaraan serba guna itu tampil di Operasi Badai Gurun di Irak 1991.
Mark Edward Schwan, seorang perwira Korps Marinir AS, pernah menulis dalam tesis S-2-nya tahun 1995, bahwa Perang Teluk 1991 menjadi ajang promosi luar biasa bagi berbagai persenjataan AS. ”Peningkatan permintaan akan senjata-senjata AS terutama berkat keunggulan terhadap senjata-senjata (buatan) Soviet yang digunakan Irak,” tulis Schwan dalam tesis yang dipublikasikan di GlobalSecurity.org.
Schwan memperkirakan, nilai penjualan senjata berkat ”etalase” Perang Teluk waktu itu mencapai 40 miliar dollar AS. ”Keefektifan sistem persenjataan yang telah teruji dalam perang (combat proven) adalah salah satu aspek permintaan global persenjataan dari AS,” tulis dia.
Tak heran jika muncul dugaan Operasi Odyssey Dawn menjadi kesempatan Eropa memajang produk-produk militer mereka. Di saat negara-negara Eropa masih terpuruk dalam resesi tak berkesudahan, pembelian senjata-senjata berharga mahal ini tentu akan sangat membantu pemulihan ekonomi.
Dr Paul Holtom, Direktur Program Perdagangan Senjata di lembaga riset Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) menyebutkan, negara-negara Eropa saling berkompetisi untuk memperebutkan pasar senjata di Asia, Timur Tengah, Afrika Utara, dan Amerika Latin.
Tahun lalu, misalnya, lima pemimpin negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yakni Inggris, AS, Perancis, China, dan Rusia, silih berganti berkunjung ke India, membujuk negara itu untuk membeli senjata buatan mereka (Kompas, 24/12/2010).
SIPRI menyebut, Perancis, Jerman, Italia, dan Inggris, bersaing memperebutkan order peralatan angkatan laut dari Aljazair. Sementara Inggris, Perancis, Italia, dan Swedia, berebut kontrak pembelian pesawat tempur dari Brasil.
Pasar potensial
Secara khusus, kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara dipandang sebagai pasar potensial bagi produk-produk alutsista ini. Rezeki nomplok dari tingginya harga minyak dunia dalam beberapa tahun terakhir, dan hubungan antarnegara di kawasan serta ketegangan internal di dalam negeri, menjadi pendorong utama panasnya pasar alutsista di kawasan ini.
Salah satu contoh betapa besar potensi pasar di kawasan ini adalah penandatanganan kontrak pembelian persenjataan antara Arab Saudi dengan AS senilai 60 miliar dollar AS, Oktober 2010. Kontrak tersebut meliputi antara lain, pembelian 86 pesawat F-15 Eagle dan 70 helikopter tempur AH-64 Apache, yang diperlukan Arab Saudi untuk menghadapi Iran yang kian agresif.
Namun, segencar apa pun promosi yang dilakukan produsen senjata Eropa, mereka hampir selalu kalah dengan produk-produk AS. Pesawat Rafale yang dibuat pabrikan Dassault dari Perancis, misalnya, sudah dipromosikan sejak tahun 2000, tetapi belum pernah sekalipun memenangkan kontrak pembelian.
Di Maroko, Rafale kalah dengan F-16 Block 52 buatan Lockheed Martin, AS. Sementara AU Korsel dan Singapura lebih memilih F-15 Eagle produksi Boeing daripada Rafale.
Demikian juga dengan Typhoon, pesawat tempur yang dikembangkan bersama oleh Inggris, Jerman, Italia, dan Spanyol dalam konsorsium Eurofighter, itu baru mendapat dua pelanggan di luar negara-negara pembuatnya, yakni Austria dan Arab Saudi.
Salah satu faktornya adalah, persenjataan Eropa itu ”kalah promosi” dibanding AS dalam hal pembuktian di medan perang. Typhoon sama sekali belum pernah dipakai dalam perang sesungguhnya.
Rafale sebenarnya sudah terlibat dalam misi di Afganistan sejak 2002, tetapi nyaris tak dikenal orang karena jarang tampil di layar TV seperti saingan-saingannya dari AS.
Itu sebabnya, kesempatan menampilkan kemampuan tempur yang sesungguhnya di Libya kali ini menjadi kesempatan emas bagi mereka. Portal berita bisnis Bloomberg menyebut, operasi di Libya ini bisa mendorong penjualan pesawat Typhoon, yang berharga 106 juta dollar AS per unit itu.
Pihak Eurofighter sendiri terang-terangan menyebut operasi di Libya ini menjadi ujian penting bagi Typhoon. ”Interoperabilitas sangat penting bagi pesawat tempur, karena pesawat-pesawat itu saling bertukar data di udara, terutama dalam operasi seperti ini,” kata Marco Valerio Bonelli, juru bicara Eurofighter.
Di tengah gelombang perubahan yang melanda Afrika Utara dan Timur Tengah saat ini, AS mungkin saja tak akan lagi jadi kekuatan dominan di kawasan ini. Saatnya bagi Eropa untuk unjuk gigi. (DAHONO FITRIANTO)
Sumber: KOMPAS
27 Maret 2011 -- (KOMPAS): Ada yang ”segar” pada tayangan liputan Operasi Odyssey Dawn, yang digelar untuk mengawal zona larangan terbang di Libya sejak pekan lalu. Tayangan berita di layar televisi tak lagi didominasi gambar-gambar persenjataan canggih buatan Amerika Serikat.
Dalam dua perang besar terakhir yang melibatkan pasukan koalisi, yakni Operasi Enduring Freedom ke Afganistan, 2001, dan Operasi Iraqi Freedom ke Irak, 2003, hampir seluruh media menampilkan kegagahan militer AS.
Gambar pesawat-pesawat F/A-18 Hornet lepas landas dari geladak kapal induk super, rudal-rudal Tomahawk meluncur dari kapal perusak, dan tank-tank M1 Abrams berseliweran di gurun-gurun Irak, disiarkan berulang-ulang baik di layar kaca maupun halaman koran.
Namun, sejak Perancis memimpin serangan ke Libya, Sabtu (19/3) malam, senjata-senjata andalan AS itu seolah ”menghilang” dari layar kaca. Kecuali tayangan klasik rudal-rudal Tomahawk yang meluncur dari kapal, tak banyak alat utama sistem persenjataan (alutsista) buatan AS yang terlihat.
Alih-alih, kini CNN lebih sering menampilkan pesawat Rafale dari Perancis lepas landas dari pangkalan udara di darat maupun dari kapal induk Charles de Gaulle. Di bagian lain, terlihat pesawat tempur tercanggih buatan Eropa saat ini, Eurofighter Typhoon, milik Royal Air Force (RAF) Inggris sedang bersiap-siap lepas landas di sebuah pangkalan udara di Italia.
Nama Tomahawk pun mendapat saingan baru, yakni rudal StormShadow. Rudal udara ke darat buatan Inggris, Italia, dan Perancis ini dibawa oleh pesawat-pesawat Tornado GR4 milik RAF.
Dengan berbagai alasan pembenaran, Eropa kali ini tampil di depan, memimpin operasi militer pasukan sekutu terbesar sejak invasi ke Irak 2003. Perancis, secara khusus, terlihat sangat agresif dengan tampil sebagai pembuka serangan dan mengirimkan persenjataan dalam kapasitas dan kuantitas yang signifikan.
Portal berita pertahanan GlobalSecurity.org menyebut, dalam operasi ini Perancis menggelar satu kapal induk, empat kapal fregat, dan armada pesawat Mirage 2000D serta Rafale F3.
Beberapa pengamat mengatakan, Perancis ingin memperbaiki citra di dunia Arab setelah negara itu dianggap tak cukup aktif saat terjadi krisis di Tunisia, yang memicu gelombang revolusi ke seluruh Timur Tengah dan Afrika Utara, termasuk di Libya saat ini.
Promosi efektif
Jet tempur Mirage 2000 mendarat di Capitaine Preziosi aka Solenzara, Pulau Korsika. (Foto; Getty Images)
Namun, di luar semua alasan itu, sudah bukan rahasia lagi bahwa setiap operasi militer besar menjadi semacam ”etalase” yang sangat efektif untuk memasarkan kemampuan berbagai jenis senjata canggih itu ke seluruh dunia.
Persenjataan AS, mulai dari pesawat F/A-18, tank Abrams, helikopter angkut Blackhawk, helikopter tempur Apache, hingga pesawat angkut kelas berat C-17 Globemaster III, laris manis sejak tampang mereka sering tampil di televisi, baik saat beraksi di Irak maupun Afganistan.
Bahkan, jip militer Humvee menjadi semacam ikon gaya hidup baru bagi para pencinta kemachoan, setelah kendaraan serba guna itu tampil di Operasi Badai Gurun di Irak 1991.
Mark Edward Schwan, seorang perwira Korps Marinir AS, pernah menulis dalam tesis S-2-nya tahun 1995, bahwa Perang Teluk 1991 menjadi ajang promosi luar biasa bagi berbagai persenjataan AS. ”Peningkatan permintaan akan senjata-senjata AS terutama berkat keunggulan terhadap senjata-senjata (buatan) Soviet yang digunakan Irak,” tulis Schwan dalam tesis yang dipublikasikan di GlobalSecurity.org.
Schwan memperkirakan, nilai penjualan senjata berkat ”etalase” Perang Teluk waktu itu mencapai 40 miliar dollar AS. ”Keefektifan sistem persenjataan yang telah teruji dalam perang (combat proven) adalah salah satu aspek permintaan global persenjataan dari AS,” tulis dia.
Tak heran jika muncul dugaan Operasi Odyssey Dawn menjadi kesempatan Eropa memajang produk-produk militer mereka. Di saat negara-negara Eropa masih terpuruk dalam resesi tak berkesudahan, pembelian senjata-senjata berharga mahal ini tentu akan sangat membantu pemulihan ekonomi.
Dr Paul Holtom, Direktur Program Perdagangan Senjata di lembaga riset Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) menyebutkan, negara-negara Eropa saling berkompetisi untuk memperebutkan pasar senjata di Asia, Timur Tengah, Afrika Utara, dan Amerika Latin.
Tahun lalu, misalnya, lima pemimpin negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yakni Inggris, AS, Perancis, China, dan Rusia, silih berganti berkunjung ke India, membujuk negara itu untuk membeli senjata buatan mereka (Kompas, 24/12/2010).
SIPRI menyebut, Perancis, Jerman, Italia, dan Inggris, bersaing memperebutkan order peralatan angkatan laut dari Aljazair. Sementara Inggris, Perancis, Italia, dan Swedia, berebut kontrak pembelian pesawat tempur dari Brasil.
Pasar potensial
Secara khusus, kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara dipandang sebagai pasar potensial bagi produk-produk alutsista ini. Rezeki nomplok dari tingginya harga minyak dunia dalam beberapa tahun terakhir, dan hubungan antarnegara di kawasan serta ketegangan internal di dalam negeri, menjadi pendorong utama panasnya pasar alutsista di kawasan ini.
Salah satu contoh betapa besar potensi pasar di kawasan ini adalah penandatanganan kontrak pembelian persenjataan antara Arab Saudi dengan AS senilai 60 miliar dollar AS, Oktober 2010. Kontrak tersebut meliputi antara lain, pembelian 86 pesawat F-15 Eagle dan 70 helikopter tempur AH-64 Apache, yang diperlukan Arab Saudi untuk menghadapi Iran yang kian agresif.
Namun, segencar apa pun promosi yang dilakukan produsen senjata Eropa, mereka hampir selalu kalah dengan produk-produk AS. Pesawat Rafale yang dibuat pabrikan Dassault dari Perancis, misalnya, sudah dipromosikan sejak tahun 2000, tetapi belum pernah sekalipun memenangkan kontrak pembelian.
Di Maroko, Rafale kalah dengan F-16 Block 52 buatan Lockheed Martin, AS. Sementara AU Korsel dan Singapura lebih memilih F-15 Eagle produksi Boeing daripada Rafale.
Demikian juga dengan Typhoon, pesawat tempur yang dikembangkan bersama oleh Inggris, Jerman, Italia, dan Spanyol dalam konsorsium Eurofighter, itu baru mendapat dua pelanggan di luar negara-negara pembuatnya, yakni Austria dan Arab Saudi.
Salah satu faktornya adalah, persenjataan Eropa itu ”kalah promosi” dibanding AS dalam hal pembuktian di medan perang. Typhoon sama sekali belum pernah dipakai dalam perang sesungguhnya.
Rafale sebenarnya sudah terlibat dalam misi di Afganistan sejak 2002, tetapi nyaris tak dikenal orang karena jarang tampil di layar TV seperti saingan-saingannya dari AS.
Itu sebabnya, kesempatan menampilkan kemampuan tempur yang sesungguhnya di Libya kali ini menjadi kesempatan emas bagi mereka. Portal berita bisnis Bloomberg menyebut, operasi di Libya ini bisa mendorong penjualan pesawat Typhoon, yang berharga 106 juta dollar AS per unit itu.
Pihak Eurofighter sendiri terang-terangan menyebut operasi di Libya ini menjadi ujian penting bagi Typhoon. ”Interoperabilitas sangat penting bagi pesawat tempur, karena pesawat-pesawat itu saling bertukar data di udara, terutama dalam operasi seperti ini,” kata Marco Valerio Bonelli, juru bicara Eurofighter.
Di tengah gelombang perubahan yang melanda Afrika Utara dan Timur Tengah saat ini, AS mungkin saja tak akan lagi jadi kekuatan dominan di kawasan ini. Saatnya bagi Eropa untuk unjuk gigi. (DAHONO FITRIANTO)
Sumber: KOMPAS
Jumat, 25 Maret 2011
Thailand Beli Dua Kapal selam Tipe 206A Bekas AL Jerman
26 Maret 2011, Medan -- (Berita HanKam): Pemerintah Thailand telah menyetujui pembelian dua kapal selam diesel bekas pakai tipe 206A dari Angkatan Laut Jerman, menurut seorang pejabat Thailand dikutip Jane’s.
Anggaran pembelian diperkirakan mencapai 200 juta dolar, diharapkan berasal dari anggaran pertahanan tahun fiskal 2012.
AL Jerman pensiunkan empat kapal selam tipe 206A pada pertengahan 2010. Usia kapal selam telah 35 tahun, seharusnya dipensiunkan antara 2011 dan 2015. Karena Berlin meninjau ulang anggaran pertahanan, kapal selam dipensiunkan dini untuk menghemat biaya operasi.
Perwira AL Jerman telah berkunjung ke Thailand akhir 2010 dan menawarkan kapal selam tersebut menurut perwira senior AL Thailand pada Jane’s pada 21 Maret. Beliau menambahkan kapal selam asal Jerman dipilih, menyingkirkan Korea Selatan Tipe 209 dan Cina Tipe 039. AL Thailand juga melakukan pembicaraan dengan pabrik kapal selam asal Swedia Kockums mengenai ketersediaan kelas Gotland.
Kapal selam diesel tipe 206 dikembangkan oleh Howaldtswerke-Deutsche-Werft AG (HDW), dirancang berdasarkan kesuksesan tipe 205. Kapal selam dibangun saat Perang Dingin dan ditujukan beroperasi di perairan dangkal di Laut Baltik dan menyerang kapal Pakta Warsawa jika terjadi perang.
AL Jerman Barat membangun 18 kapal selam, 12 telah dimodernisasi awal 1990-an dan diberina nama tipe 206A, sisanya dipensiunkan. AL Jerman mulai pensiunkan tipe 206A dan digantikan tipe 212.
Panjang keseluruhan tipe 206A 48,6 meter dan lebar 4,6 meter, berbobot 450 ton dipermukaan dan 498 ton saat menyelam. Kecepatan menyelam 17 knot sedangkan dipermukaan 10 knot. Kapal mempunyai jarak jelajah 8300 km pada kecepatan 5 knot di permukaan dan 420 km dengan kecepatan 4 knot saat menyelam. Kapal selam dipersenjatai 8 tabung torpedo 533 mm.
AL Thailand juga segera diperkuat satu kapal perang jenis LPD yang dibeli dari ST Marine, Singapura. Kapal diberi nama HTMS Angthong dan bernomer lambung 791, diluncurkan di Singapura oleh KASAL Thailand Admiral Khamthorn Pumhiran pada 20 Maret.
Sumber: Jane’s
Berita HanKam
Jakarta International Defense Dialogue 2011 Ditutup Oleh Panglima TNI
25 Maret 2011, Jakarta -- (DMC): Jakarta International Defense Dialogue (JIDD) 2011 telah sukses diselenggarakan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia melalui Universitas Pertahanan Indonesia (UNHAN) dan secara resmi ditutup oleh Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, Jum’at (25/3) di Jakarta Convention Center, Jakarta. JIDD 2011 telah menjadi sarana yang baik bagi promosi kerjasama antar pemerintah untuk menghadapi berbagai ancaman dan permasalahan keamanan baik regional maupun internasional.
Panglima TNI dalam sambutannya mengatakan, JIDD telah menjadi sebuah forum multilateral yang membahas isu - isu pertahanan dan keamanan dalam rangka keberlanjutan menciptakan suasana yang kondusif di masa - masa mendatang. "34 delegasi dari negara sahabat yang hadir telah mejawab perkembangan strategi pertahanan dan keamanan, ini menunjukan keberhasilan JIDD sebagai forum pertahanan dan keamanan", tambah Panglima TNI.
Lebih lanjut Panglima TNI mengatakan, hasil dari JIDD diharapkan dapat diimplementasikan lebih lanjut melalui kemitraan komprehensif untuk merespon ancaman dan tantangan yang muncul, yang terpenting untuk menciptakan persahabatan yang berkelanjutan.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro saat ditanya wartawan mengatakan, melalui forum petemuan JIDD ini telah tercapai beberapa sasaran diantaranya terbentuknya suatu forum dialog informal baik di dalam panel diskusi maupun forum diskusi yang terjadi di luar ruangan.
Selain itu, juga ada pertemuan bilateral bahkan pertemuan trilateral baik antara tiga menteri pertahanan maupun antara tiga Panglima Angkatan Bersenjata yang saling bertukar pandangan mengenai permasalahan - permasalahan dunia yang sedang berkembang.
Selain terbentuknya forum dialog, disisi lain melalui JIDD ini juga telah tercapai kepentingan - kepentingan bisnis dalam rangka mempromosikan industri pertahanan dalam negeri.
Menhan mengungkapkan, setelah melihat paparan dari industri pertahanan Indonesia, beberapa negara menyatakan tidak menyangka bahwa industri pertahanan Indonesia sudah sedemikian maju, beberapa negara seperti Inggris juga menyatakan tidak menyadari bahwa industri pertahanan Indonesia sudah mampu membangun kapal jenis LPD .
Lebih lanjut Menhan mengatakan, beberapa negara seperti Papua New Guinea telah menyampaikan keinginannya untuk menjajaki pembelian Pesawat CN-235 produksi PT. DI. Delegasi Papua New Guinea yang hadir dalam forum JIDD tersebut selanjutnya berencana akan berkunjung ke PT.DI di Bandung, guna melihat produk – produk PT. DI misalnya Pesawat CN-235, Cassa dan lain sebagainya.
Sementara itu, Timor Leste juga sudah memastikan akan membeli Fast Patrol Boat produksi PT. PAL Indonesia. Selain Papua New Guinea dan Timor Leste, Philipina juga berencana ingin membeli kapal jenis LPD produksi PT. PAL, karena memiliki kelebihan diantaranya yaitu disamping dapat digunakan untuk operasi keamanan juga dapat digunakan untuk operasi penanggulangan bencana.
Dengan melihat hasil positif yang telah dicapai dalam penyelenggaraan JIDD 2011, maka menurut Menhan telah diputuskan oleh Bapak Presiden RI agar penyelenggaraan JIDD akan selenggarakan kembali pada tahun depan. “Forum ini menjadi forum dialog, forum pertemuan tukar menukar pendapat dan lain sebagainya, jadi saya lihat ini berhasil dan sudah ditetapkan tahun depan akan diadakan lagi”, jelas Menhan.
Sumber: DMC
JIDD 2011: Menhan Bentuk Simbiosis Pertahanan dengan 3 Negara
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) berbincang serius dengan PM Timor Leste Xanana Gusmao (kanan) seusai meresmikan pembukaan Jakarta International Defense Dialogue (JIDD) Tahun 2011 di Balai Sidang, Jakarta, Rabu (23/3). JIDD Tahun ini mengambil tema "Strengthening Security and Stability" yang diikuti oleh perwakilan dari 34 Negara dan akan berlangsung hingga 25 Maret. (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/ss/Spt/11)
25 Maret 2011, Jakarta -- (DMC): Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro, Kamis (24/3) menerima Courtesy Call (CC) negara sahabat diantaranya Menhan Papua New Guinea (PNG) HE Bob Dadae MP, Panglima Angkatan Bersenjata Afrika Selatan yang diwakili Lt. Gen Temba Templeton Matanzima dan Wakil Menhan Polandia ZM. Mosowidz, di JCC, Jakarta. Pertemuan yang berlangsung diantara jadwal acara JIDD ini, dimanfaaatkan sebagai pertemuan bilateral guna meningkatkan kerjasama antara Indonesia juga negara-negara tersebut baik dalam pertahanan maupun ekonomi. Dari sinilah akan terbentuk suatu simbiosis pertahanan antar ketiga negara.
Dalam kunjungannya, Menhan PNG memberikan beberapa pandangan tentang alusista Indonesia dimana alusista Indonesia dianggap sudah baik dalam menjaga keamanan dan pertahanan negara. Sebelumnya PNG juga sudah membeli beberapa kapal patroli Indonesia.
Kerjasama militer Indonesia dan Papua New Guinea memang perlu dilakukan karena wilayah Indonesia yang berbatasan langsung dengan Papua New Guinea dan Australia maka perlu diadakannya beberapa kebijakkan yang tepat. Kerjasama yang terjalin adalah membangun koorporasi dibidang security, stabilitas nasional, dan komunikasi. Apabila hal tersebut terpenuhi akan membuat jalinan persahabatan yang ada semakin erat.
Dalam kesempatan ini, Menhan PNG juga mengungkapkan berniat membeli kembali pesawat tempur Indonesia dan kapal patroli serta ingin bekerja sama dengan PT.PAL Indonesia dalam pengadaan alusista negaranya guna menunjang pertahanan dan ekonomi negara.
Lt. Gen Temba Templeton Matanzima selaku Panglima Angkatan Bersenjata Afrika Selatan dalam kesempatan tersebut pun menyatakan ingin adanya pertukaran mahasiswanya, agar dapat menimba ilmu di Universitas Pertahanan (UNHAN) dan juga menawarkan beberapa program pertahanan Afrika Selatan untuk bisa dipelajari oleh Indonesia agar dapat mendukung kerjasama yang sudah ada. Disinggung pula perihal alusista pasukan bersenjata, dimana alusista merupakan hal penting sebagai sarana pertahanan.
Kedekatan kedua negara antara Indonesia –Afrika Selatan, sudah berjalan baik selama ini, karena pernah diadakannya perjanjian alusita tahun 2008 tentang pengadaan radio komunikasi militer dan persenjataan.
Dan pertemuan terakhir Menhan dengan Wakil Menhan Polandia, masih menbicarakan perihal pertahanan yang telah di bangun karena ancaman yang ada saat ini sudah mulai beralih ke arah ancaman non militer, ini membangkitkan semangat untuk menciptakan teknologi dan solusi penyelesaian yang dianggap terbaik untuk menghadapinya.
Selain memberikan berberapa pandangan alusista Polandia, Menhan menekankan kembali agenda JIDD, yaitu: manajemen pertahanan, pertahanan ekonomi, dan strategi pertahanan. Ini menjadi pembahasan karena perang yang terjadi saat ini bukan antar negara tapi perang horizontal, seperti demontrasi dan terorisme yang dilakukan oleh individu ataupun organisasi. Ini yang menjadi dasar pembentukan program JIDD.
Sumber: DMC
25 Maret 2011, Jakarta -- (DMC): Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro, Kamis (24/3) menerima Courtesy Call (CC) negara sahabat diantaranya Menhan Papua New Guinea (PNG) HE Bob Dadae MP, Panglima Angkatan Bersenjata Afrika Selatan yang diwakili Lt. Gen Temba Templeton Matanzima dan Wakil Menhan Polandia ZM. Mosowidz, di JCC, Jakarta. Pertemuan yang berlangsung diantara jadwal acara JIDD ini, dimanfaaatkan sebagai pertemuan bilateral guna meningkatkan kerjasama antara Indonesia juga negara-negara tersebut baik dalam pertahanan maupun ekonomi. Dari sinilah akan terbentuk suatu simbiosis pertahanan antar ketiga negara.
Dalam kunjungannya, Menhan PNG memberikan beberapa pandangan tentang alusista Indonesia dimana alusista Indonesia dianggap sudah baik dalam menjaga keamanan dan pertahanan negara. Sebelumnya PNG juga sudah membeli beberapa kapal patroli Indonesia.
Kerjasama militer Indonesia dan Papua New Guinea memang perlu dilakukan karena wilayah Indonesia yang berbatasan langsung dengan Papua New Guinea dan Australia maka perlu diadakannya beberapa kebijakkan yang tepat. Kerjasama yang terjalin adalah membangun koorporasi dibidang security, stabilitas nasional, dan komunikasi. Apabila hal tersebut terpenuhi akan membuat jalinan persahabatan yang ada semakin erat.
Dalam kesempatan ini, Menhan PNG juga mengungkapkan berniat membeli kembali pesawat tempur Indonesia dan kapal patroli serta ingin bekerja sama dengan PT.PAL Indonesia dalam pengadaan alusista negaranya guna menunjang pertahanan dan ekonomi negara.
Lt. Gen Temba Templeton Matanzima selaku Panglima Angkatan Bersenjata Afrika Selatan dalam kesempatan tersebut pun menyatakan ingin adanya pertukaran mahasiswanya, agar dapat menimba ilmu di Universitas Pertahanan (UNHAN) dan juga menawarkan beberapa program pertahanan Afrika Selatan untuk bisa dipelajari oleh Indonesia agar dapat mendukung kerjasama yang sudah ada. Disinggung pula perihal alusista pasukan bersenjata, dimana alusista merupakan hal penting sebagai sarana pertahanan.
Kedekatan kedua negara antara Indonesia –Afrika Selatan, sudah berjalan baik selama ini, karena pernah diadakannya perjanjian alusita tahun 2008 tentang pengadaan radio komunikasi militer dan persenjataan.
Dan pertemuan terakhir Menhan dengan Wakil Menhan Polandia, masih menbicarakan perihal pertahanan yang telah di bangun karena ancaman yang ada saat ini sudah mulai beralih ke arah ancaman non militer, ini membangkitkan semangat untuk menciptakan teknologi dan solusi penyelesaian yang dianggap terbaik untuk menghadapinya.
Selain memberikan berberapa pandangan alusista Polandia, Menhan menekankan kembali agenda JIDD, yaitu: manajemen pertahanan, pertahanan ekonomi, dan strategi pertahanan. Ini menjadi pembahasan karena perang yang terjadi saat ini bukan antar negara tapi perang horizontal, seperti demontrasi dan terorisme yang dilakukan oleh individu ataupun organisasi. Ini yang menjadi dasar pembentukan program JIDD.
Sumber: DMC
Langganan:
Postingan (Atom)