Simulasi Penanggulangan Bencana Asia-Pasifik yang dilaksanakan dalam Asean Regional Forum Disaster Relief Exercise (ARF-Direx) digelar di Manado, Sulawesi Utara. Selain latihan evakuasi, kegiatan tersebut juga menyuguhkan defile kendaraan kendaraan Tim SAR. Kendaraan amfibi Hugglans milik PMI mengikuti simulasi ini. (Foto: Andi Saputra)
16 Maret 2011, Manado -- (KOMPAS): Bencana alam harus menjadi perhatian dan persoalan seluruh komunitas internasional. Kerja sama antara sipil dan militer serta multipihak perlu dipererat dalam manajemen penanggulangan bencana alam. Militer memiliki kemampuan respons cepat dan dapat dimobilisasi dalam jumlah besar dalam penanggulangan bencana.
Demikian benang merah pidato pembukaan ASEAN Regional Forum Disaster Relief Exercise (ARF DiREx) oleh Wakil Presiden Boediono, Selasa (15/3) di Manado, Sulawesi Utara. Acara ini merupakan pelatihan penanggulangan bencana alam yang diikuti sekitar 5.000 peserta dari 20 negara dengan tuan rumah bersama antara Indonesia dan Jepang.
Hadir dalam acara pembukaan, antara lain, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring, Menteri Sosial Salim Segaf Al'jufrie, dan Wakil Menteri Luar Negeri Jepang Makiko Kikuta.
Menurut Boediono, untuk merespons bencana alam yang datang tiba-tiba, perlu kesiapan multipihak, baik sipil ataupun militer, maupun instansi pemerintah lain. Karena bencana alam memiliki dimensi internasional, pihak imigrasi, kepabeanan, dan hal-hal yang terkait dengan keamanan perlu dilibatkan. ”Melalui pelatihan inilah, kita dapat menguji dan menyiapkan prosedur operasional standar penanggulangan bencana,” kata Boediono.
Sebelum pidato pembukaan, Boediono mengajak mengheningkan cipta atas musibah tsunami yang terjadi di Jepang dan banjir di Aceh. Boediono juga menyampaikan ucapan dukacita untuk rakyat Jepang yang menjadi korban tsunami.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyampaikan, ARF DiREx merupakan kegiatan bersama antaranggota ARF yang meliputi kerja sama bidang politik dan keamanan. Ia berharap, ada sinergisme antara sipil dan militer dalam hal penanggulangan bencana. ”Kegiatan ini sekaligus untuk memupuk kerja sama sipil dan militer dalam menanggulangi bencana. Sipil dan militer harus bahu-membahu untuk menanggulangi bencana yang sedang terjadi,” kata Purnomo.
Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring menambahkan, militer memiliki prosedur operasional standar penanggulangan bencana. Selain itu, militer merupakan unsur yang paling mudah digerakkan dalam jumlah besar saat bencana terjadi. Pelibatan militer dalam penanggulangan bencana sangat penting. ”Masyarakat sipil perlu juga belajar kepada militer dalam hal penanggulangan bencana,” kata Tifatul.
Sementara itu, Wakil Menteri Luar Negeri Jepang Makiko Kikuta mengatakan, keputusannya berada di Indonesia merupakan keputusan yang sulit karena Jepang saat ini tengah dilanda bencana tsunami. Namun, komitmen Jepang sebagai salah satu tuan rumah kegiatan ini membuat dirinya tetap bertahan di Indonesia.
ARF adalah forum yang dibentuk ASEAN pada tahun 1994 dan kini beranggotakan 27 negara. Kegiatan pada ARF Direx 2011 di Manado berupa latihan penanggulangan bencana alam, seperti tsunami, banjir, dan gempa bumi. Kegiatan ini direncanakan berakhir pada 19 Maret nanti.
Sumber: KOMPAS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar