Radar TNI AU. (Foto: Kemhan)
17 Maret 2011, Merauke -- (Suara Karya): Satuan Radar 244 Merauke resmi memperkuat pengamanan wilayah udara nasional di timur Indonesia. Peresmian Satuan Radar 244 dilakukan dengan upacara militer dipimpin Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat di Merauke, Rabu.
Radar yang digunakan Satuan Tadar 244 adalah radar "Master T" buatan Perancis yang memiliki jangkauan 240 mil laut. Selama ini keamanan wilayah udara Timur Indonesia dipantau oleh tiga satuan radar yakni Satuan Radar 241 di Buraen, Kupang (NTT), dan Satuan Radar 242 Tanjung Warari (Biak).
Dengan berdirinya Satuan Radar 244 Meurake, maka wilayah udara timur Indonesia telah diawasi dan diamankan dengan tiga Satuan Radar dari lima yang direncanakan. Satuan Radar 244 dikomandani Letkol Lek Budi Santoso dengan 30 personel yang mengoperasikan.
TNI Angkatan Udara berencana menambah dua satuan radar yakni Satuan Radar 243 di Timika (Papua) dan Satuan Radar 245 di Saumlaki (Maluku Tenggara Barat). Satuan Radar 243 akan diresmikan pada Agustus 2011 sedangkan Satuan Radar 245 Saumlaki akan diresmikan pada awal 2012.
Kelima satuan radar wilayah Indonesia Timur berada di bawah Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional (Kosek Hanudna) IV yang bermarkas di Biak. Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan, relatif tingginya tingkat pelanggaran wilayah udara nasional di wilayah Timur Indonesia maka penambahan satuan radar di wilayah itu sangat penting.
"Dengan satuan radar yang akan dikembangkan di wilayah Timur Indonesia akan mampu menjadi mata dan telinga baik sebagai sarana dan bagian sistem pertahanan udara nasional, maupun sebagai media untuk melakukan deteksi dini dan intersep setiap pelanggaran wilayah udara nasional yang terjadi," katanya seperti dikutip Antara.
Imam menyebutkan, pendirian satuan radar di wilayah Timur Indonesia sangat penting mengingat adanya beberapa obyek vital nasional dan sebagai bagian dari jalur penerbangan internasional.
Reposisi
Sementara itu, KSAU Marsekal Imam Sufaat, mengatakan, pihaknya akan mereposisi atau mengganti sejumlah radar lama dengan yang baru. "Kami berencana mengganti sejumlah radar lama dengan yang baru, antara lain radar di Congot, Ngliyep dan Ploso," katanya.
Imam mengatakan, saat ini Indonesia memiliki 18 satuan radar yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Dari jumlah tersebut, tutur KSAU, ada radar yang memiliki usia lebih dari 20 tahun dan harus segera diganti dengan yang baru.
"Saat ini sudah ada penawaran dari beberapa perusahaan baik dalam maupun luar negeri. Tentunya ini sangat baik, jika ada perusahaan dalam negeri yang akan membuatkan radar untuk kami," kata Imam.
Ia mengatakan, Indonesia dengan wilayah sangat luas tentu membutuhkan "mata dan telinga" yang maksimal untuk menjaga kedaulatan wilayahnya serta mendeteksi adanya ancaman pelanggaran wilayah udara RI.
Sumber: Suara Karya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar