2 Februari 2009, Jakarta -- Tujuh perusahaan dari lima negara berminat membangun kapal perusak kawal rudal untuk operasional TNI AL. Kepala Staf TNI AL Laksamana Tedjo Edhy Purdijatno mengatakan, dua perusahaan Jerman dan Rusia, serta galangan kapal asal Itali, Belanda, dan Korea sudah menyatakan kesediaannya menggandeng PT PAL dalam pembangunan kapal tersebut.
"Kami masih menimbang mana yang terbaik," katanya kepada Jurnal Nasional di Jakarta, pekan lalu.
Tedjo menegaskan, selain harga, transfer teknologi menjadi faktor penentu. Pembangunan di PT PAL, Surabaya tidak bisa ditawar-tawar.
"Kalau tidak ada alih teknologi kapan Indonesia mandiri," katanya.
Dia menjelaskan, saat ini tim dari Markas Besar TNI AL intensif melakukan kajian spesifikasi teknis dan persyaratan operasional yang dibutuhkan. Setelah selesai, kajian diserahkan ke Markas Besar TNI dan Departemen Pertahanan.
"Tahun ini ditargetkan kontrak pembuatannya selesai," katanya. Alasannya, pengadaan senjata strategis itu masuk dalam rencana pembangunan TNI AL 2004-2009.
Meski ada pengaruh krisis keuangan yang melanda dunia, Tedjo tetap optimistis target tersebut dapat terealisasi. "Asalkan memiliki tekad bersama pasti bisa," kata Tedjo.
Saat ini TNI AL punya 13 kapal perusak kawal rudal. Enam kapal fregat kelas Van Speijk dengan rudal Harpoonnya, yaitu KRI Ahmad Yani 351 eks HNMLS Tjrek Hiddes F804 buatan tahun 1967, Slamet Riadi 352/Van Speijk F802, Yos Sudarso 353/Van Galen F802, Oswald Siahaan 354/Van Ness F805, Abdul Halim Perdanakusuma 355/Eversten F815, Karel Satsuitubun 356/Isaac Sweers F814.
Tiga kapal kelas Fatahillah buatan Belanda dengan Exocett MM-38 yaitu KRI Fatahillah 361, Malahayati 362 dan Nala 363. Satu kapal kelas Ki Hajar Dewantara 364 buatan eks Yugoslavia dilengkapi dengan Exocett MM-38 juga, serta tiga korvet Sigma yang gress datang dari Belanda.
Indonesia memesan empat korvet Sigma dengan nilai total nilai 700 juta Euro (sekitar Rp8 triliun). KRI Diponegoro, KRI Sultan Hasanuddin, dan KRI Sultan Iskandar Muda telah memperkuat TNI AL. Satu kapal terakhir KRI Frans Kaisiepo diperkirakan tiba April mendatang.
Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksma Iskandar Sitompul menjelaskan, nantinya kapal perusak tersebut berjenis fregat sehingga ukurannya lebih besar dan persenjataannya lebih lengkap dibanding dengan korvet Sigma.
"Otomatis harganya lebih mahal," katanya. Meski hanya memesan satu kapal, Iskandar optimistis kekurangan kapal berkategori tempur dapat terus ditingkatkan di masa mendatang.
Dia mengakui, matra laut sadar penuh anggaran pertahanan ideal tidak akan dicapai dalam waktu dekat. Pihaknya hanya meminta pembangunan kekuatan minimal untuk mengamankan perairan Indonesia yang sedemikian luas.
"Kapal yang terbatas, disiasati dengan data intelijen yang kuat dan akurat," kata lulusan Akademi Angkatan Laut tahun 1980 itu. (jurnalnasional.com/info-terkumpul.blogspot.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar