20 Februari 2009, Jakarta -- Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara (Pangkoopsau) II Marsekal Muda Yushan Sayuti mengatakan, pihaknya akan mencek seluruh sistem radar peringatan (Radar Warning System) pesawat Sukhoi SU-30MK2.
Ketika dikonfirmasi ANTARA News di Jakarta, Jumat, ia mengatakan, pihaknya akan mengecek segala kemungkinan menimpa pesawat Sukhoi yang sedang berlatih tersebut.
"Apa pun kemungkinannya akan kita cek. Mulai dari sistem radar pesawat sampai kemungkinan ada pihak asing yang me-"lock" pesawat tersebut," katanya, menambahkan.
Yushan mengemukakan, kerusakan atau `trouble` pada sistem radar pesawat mungkin saja terjadi baik di pesawat tempur buatan barat maupun timur. Jadi, meski pesawat tersebut sudah diuji coba dan hasilnya negatif, tetap ada kemungkinan saat latihan sistem tidak berjalan baik sebagaimana mestinya.
"Ini yang harus dan akan kita cek lebih teliti, tanpa mengabaikan kemungkinan adanya pihak asing yang me`lock` pesawat tersebut," tuturnya
Yushan mengemukakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Komandon Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) TNI dan pihak TNI Angkatan Laut. Dari hasil koordinasi tersebut, tidak ditemukan adanya penerbangan gelap (black flight) atau permintaan ijin terbang lintas di wilayah Indonesia.
Sedangkan dari TNI AL juga dkabarkan tidak ada ijin melintas dari kapal perang dari pihak lain. "Meski begitu, kita akan lakukan pengecekan pula dengan melakukan penyisiran dan kita sudah kerahkan pesawat intai Boeing dari Skadron Udara 5," ungkapnya.
TNI AU baru saja mendapat tiga pesawat Sukhoi SU-30MK2 dari enam yang dipesan untuk melengkapi empat pesawat Sukhoi SU-27SK dan SU-30MK yang telah dimiliki sebelumnya.
Tiga unit Sukhoi SU-30MK2 yang tiba di Indonesia akhir 2008 dan awal Januari 2009 itu, telah mengalami ujicoba oleh pilot-pilot Rusia setelah dirakit di Skadron Teknik 044 Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin, Makassar.
Dalam ujicoba selama satu jam tersebut, seluruh sistem ketiga pesawat masing-masing TS-3003, TS-3004 dan TS-3005, dinyatakan berjalan baik termasuk sistem radar peringatan. (edit @antara)
Ketika dikonfirmasi ANTARA News di Jakarta, Jumat, ia mengatakan, pihaknya akan mengecek segala kemungkinan menimpa pesawat Sukhoi yang sedang berlatih tersebut.
"Apa pun kemungkinannya akan kita cek. Mulai dari sistem radar pesawat sampai kemungkinan ada pihak asing yang me-"lock" pesawat tersebut," katanya, menambahkan.
Yushan mengemukakan, kerusakan atau `trouble` pada sistem radar pesawat mungkin saja terjadi baik di pesawat tempur buatan barat maupun timur. Jadi, meski pesawat tersebut sudah diuji coba dan hasilnya negatif, tetap ada kemungkinan saat latihan sistem tidak berjalan baik sebagaimana mestinya.
"Ini yang harus dan akan kita cek lebih teliti, tanpa mengabaikan kemungkinan adanya pihak asing yang me`lock` pesawat tersebut," tuturnya
Yushan mengemukakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Komandon Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) TNI dan pihak TNI Angkatan Laut. Dari hasil koordinasi tersebut, tidak ditemukan adanya penerbangan gelap (black flight) atau permintaan ijin terbang lintas di wilayah Indonesia.
Sedangkan dari TNI AL juga dkabarkan tidak ada ijin melintas dari kapal perang dari pihak lain. "Meski begitu, kita akan lakukan pengecekan pula dengan melakukan penyisiran dan kita sudah kerahkan pesawat intai Boeing dari Skadron Udara 5," ungkapnya.
TNI AU baru saja mendapat tiga pesawat Sukhoi SU-30MK2 dari enam yang dipesan untuk melengkapi empat pesawat Sukhoi SU-27SK dan SU-30MK yang telah dimiliki sebelumnya.
Tiga unit Sukhoi SU-30MK2 yang tiba di Indonesia akhir 2008 dan awal Januari 2009 itu, telah mengalami ujicoba oleh pilot-pilot Rusia setelah dirakit di Skadron Teknik 044 Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin, Makassar.
Dalam ujicoba selama satu jam tersebut, seluruh sistem ketiga pesawat masing-masing TS-3003, TS-3004 dan TS-3005, dinyatakan berjalan baik termasuk sistem radar peringatan. (edit @antara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar