(Foto: Kodam II/Sriwijaya)
07 Oktober 2010, Bandarlampung -- Pangdam II Sriwijaya Mayor Jenderal TNI Agus Gunaedi Pribadi memberangkatkan 650 personel TNI ke Papua dalam rangka pengamanan terbatas di provinsi itu.
"Kesekian kalinya, Kodam II/Sriwijaya mendapat kepercayaan dari pimpinan TNI guna melaksanakan tugas operasi di daerah perbatasan," kata Pangdam, saat memberikan pengarahan kepada prajurit TNI sebelum pemberangkatan ke Papua, di Dermaga A Pelabuhan Panjang, Bandarlampung, Kamis.
Dalam kehidupan militer, lanjut dia, tugas operasi dimaknai sebagai suatu kebanggaan dan kehormatan. Karena itu, personel yang tergabung harus memiliki semangat pengabdian dan rela berkorban tanpa pamrih.
Pangdam Sriwijaya menjelaskan, Provinsi Papua yang berbatasan langsung dengan Papua New Guinea (Nugini) masih mengandung berbagai permasalahan dan ancaman, terutama berkenaan dengan masalah separatisme dan pelintas batas yang hingga kini belum terselesaikan dengan tuntas.
"Kehadiran Satgas Ops Pamtas Yonif 141/AYJP, diharapkan dapat membantu mengamankan wilayah perbatasan terhadap pelintas batas yang memasuki Wilayah Indonesia, dan adanya orang-orang tertentu yang berniat memisahkan Papua dari NKRI," terang dia.
Berkenaan dengan masalah separatisme, lanjutnya, hingga saat ini sebagian masyarakat di Wilayah Papua masih dihantui oleh perasaan was-was, takut dan trauma karena berbagai aksi teror atau pun intimidasi yang dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM).
"Aksi-aksi tersebut, selain telah mengganggu rasa aman dan ketenteraman masyarakat juga merupakan ancaman terhadap keutuhan wilayah NKRI," ucap Pangdam Sriwijaya menegaskan.
TNI, lanjut jenderal berbintang dua itu, tidak akan pernah membiarkan gerakan separatisme tumbuh di bumi pertiwi, karena gerakan tersebut jelas-jelas melawan hukum, menyengsarakan rakyat dan mengingkari kesepakatan nasional bangsa Indonesia.
Mencermati situasi tersebut, lanjutnya, seluruh prajurit setibanya di Papua untuk segera melakukan adaptasi dengan lingkungan di mana ditempatkan, guna mendapatkan dukungan dari berbagai kalangan terutama masyarakat.
"Laksanakan analisa situasi dengan cepat, tepat dan akurat agar terhindar dari kesalahan dalam pengambilan keputusan," ujarnya.
Terkait kekhawatiran dengan pelanggaran hak asasi manusia (HAM), Pangdam II Sriwijaya itu menegaskan, HAM bukanlah untuk ditakuti, tetapi wajib ditaati dan dihormati.
"Jangan ragu-ragu dalam bertindak bila semua prosedur telah dilakukan dengan benar," pesannya.
Sementara itu, suasana haru ketika keluarga masing-masing prajurit melepas keberangkatan dengan menaiki tanggal KRI Tanjung Kambani-971.
Mereka baik orang tua, istri, anak, kekasih dan kerabat melepas dengan pelukan dan lambaian tangan sambil meneteskan air mata.
ANTARA News
Tidak ada komentar:
Posting Komentar