Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat Laksamana Muda TNI Marsetio (dua dari kanan) berdialog dengan mantan Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL) Laksamana TNI (Pur) Bernard Kent Sondakh serta prajurit KRI saat meninjau kesiapan pengamanan perbatasan di Pelabuhan Fasharkan Mentigi Tanjung Uban, Bintan, Kepulauan Riau, Selasa (26/10). Pangarmabar sekaligus meresmikan Satuan Kapal Cepat Koarmabar yang akan bertugas menjaga wilayah perbatasan Indonesia bagian barat dengan dilengkapi persenjataan canggih untuk melumpuhkan kapal permukaan musuh dan anti serangan udara. (Foto: ANTARA/Henky Mohari/Koz/hp/10)
26 Oktober 2010, Tanjung Pinang -- Komando Armada RI Kawasan Barat menyiagakan lima kapal cepat yang berfungsi sebagai penghancur atau melumpuhkan kapal permukaan lawan di Provinsi Kepulauan Riau yang langsung berbatasan dengan negara luar.
"Tahap awal kami menyiagakan lima dari tujuh kapal cepat diperbatasan yang juga dilengkapi dengan rudal penghancur kapal permukaan lawan," kata Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) Laksamana Muda TNI Marsetio MM usai meresmikan pembentukan Satuan Kapal Cepat Koarmabar di Fasharkan Mentigi, Tanjung Uban, Bintan, Selasa (26/10).
Marsetio mengatakan, keberadaan kapal cepat tersebut untuk menyikapi dan mengantisipasi berbagai ancaman yang terjadi akibat adanya perkembangan lingkungan strategis. "Satuan Kapal Cepat (Satkat) juga mempunyai fungsi sebagai pertahanan anti serangan udara, pengintai dan pencarian sasaran operasi serta melaksanakan peperangan elektronika," terang Marsetio.
KRI Lemadang-632 (kanan) sandar di Pelabuhan Fasharkan Mentigi Tanjung Uban, Bintan, Kepulauan Riau, Selasa (26/10). KRI Lemadang-632 merupakan salah satu kapal cepat yang akan bertugas menjaga wilayah perbatasan Indonesia bagian barat dengan dilengkapi persenjataan canggih untuk melumpuhkan kapal permukaan musuh dan anti serangan udara. (Foto: ANTARA/Henky Mohari/Koz/hp/10)
Kapal dengan manuver cepat dan respon yang tinggi tersebut, menurut Marsetio, memungkinkan untuk menerapkan strategi tempur di wilayah Koarmabar yang merupakan perairan dangkal dengan kemampuan daya pukul yang cepat dapat menghindar serta bersembunyi.
"Dengan demikian keberadaan Satkat Koarmabar dapat meningkatkan kekuatan untuk menunjang pertahanan negara serta mampu memberikan kontribusi positif bagi perekonomian negara," katanya.
Wilayah barat yang strategis sebagai jalur pelayaran internasional, menurut dia, juga mempunyai potensi ancaman yang cukup tinggi seperti penyelundupan, imigran gelap, pembajakan, perompakan dan ancaman terorisme di dan atau lewat laut.
"Secara geografis wilayah barat berbatasan dengan lima negara yang semuanya masih meninggalkan permasalahan tentang batas negara yang belum selesai. Kondisi ini jelas akan berdampak terhadap timbulnya konflik perbatasan," kata Marsetio.
Dengan rentannya kepentingan negara di wilayah perbatasan terhadap konflik dan gangguan keamanan, Marsetio menyebutkan Koarmabar harus mampu mengantisipasi kerawanan kerawanan tersebut. Selain meresmikan Satkat, Marsetio juga meresmikan pemakaian eks gedung Krait Fasharkan Mentigi Lantamal IV sebagai pusat komando Satkat dengan nama Raja Haji Fisabilillah.
"Kami mengharapkan dukungan dari semua pihak, agar tugas yang diemban untuk menjaga keamanan laut guna menunjang perekonomian nasional bisa berhasil dengan baik," harapnya.
MI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar