Minggu, 24 Januari 2010

Pesawat Baru untuk Amankan Perbatasan

Super Tucano. (Foto: Embraer Defense Systems)

25 Januari 2010, Yogyakarta -- TNI Angkatan Udara membeli 16 pesawat Super Tucano dari Brasil tahun ini. Pesawat tersebut akan digunakan untuk patroli keamanan di daerah-daerah perbatasan. TNI AU juga membeli 3 pesawat Sukhoi untuk menggantikan pesawat jenis MK-53.

”Dengan pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) tersebut diharapkan target zero accident bisa tercapai. Selama ini peralatan kami masih ada beberapa yang kurang layak sehingga perlu diganti,” kata Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Imam Sufaat seusai serah terima jabatan Gubernur Akademi Angkatan Udara di Yogyakarta, Sabtu (23/1).

Menurut Imam, Super Tucano menggantikan pesawat tempur taktis OV-10 Bronco North American Rockwell. TNI AU akan memanfaatkannya untuk pengamanan di daerah perbatasan. Pesawat juga dipakai untuk memantau penebangan liar, yang selama ini sulit terpantau. ”Di Brasil pesawat tersebut juga dipakai untuk pengamanan wilayah perbatasan,” tuturnya.

Super Tucano telah dipakai sejumlah negara, seperti Kolombia, Guatemala, dan Republik Dominika. Sebagaimana halnya OV-10 Bronco, Super Tucano juga didesain untuk serangan udara ringan, antigerilya, pesawat latih, dan patroli perbatasan dengan sistem senjata dan avionik yang lebih canggih.

Alutsista China

Indonesia juga akan menjajaki rencana pembelian alutsista asal China. Penjajakan itu disampaikan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Djoko Suyanto saat menjawab pers seusai mengikuti sidang kabinet paripurna di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Jumat malam.

Sebelumnya, Djoko Suyanto bersama Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mendampingi State Councilor RRC (Menko Polhukam) Dai Bingguo menemui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden dan Wapres Boediono di Istana Wapres, Jakarta, Jumat.

Kunjungan Dai Bingguo beserta delegasi China ke Indonesia bertujuan untuk menindaklanjuti perjanjian kerja sama kemitraan antara Indonesia dan China yang sebelumnya ditandatangani Presiden Yudhoyono dan Presiden China Hu Jin Tao saat kunjungan kenegaraan Presiden di China.

”Kita memang pernah membeli alutsista China beberapa waktu lalu. Sekarang tidak lagi. Yang baru kita lakukan sekarang adalah penjajakan. Kita belum sampai kepada jenis alutsista seperti apa yang akan dibeli. Itu diserahkan kepada Kementerian Pertahanan dan TNI sendiri,” kata Djoko.

KOMPAS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar