Kamis, 14 Januari 2010

Anggaran Belanja Alutsista Rp20 Triliun

Sejumlah teknisi PT Dirgantara Indonesia mengerjakan bagian body Helikopter Super Puma NAS 332 di hanggar PTDI, Pajajaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (14/10). TNI-AU memesan 9 buah helikopter Super Puma 332 seri militer yang rencananya akan selesai akhir Januari 2010. (Foto: ANTARA/Rezza Estily/ss/ama/10)

14 Januari 2009, Bandung -- Pemerintah melalui Kementerian Pertahanan sudah merencanakan pemenuhan anggaran alutsista hingga Rp20 triliun. Jumlah tersebut akan dicapai dalam jangka waktu lima tahun ke depan.

Hal itu disampaikan Menhan Purnomo Yusgiantoro kepada wartawan dalam jumpa pers seusai penyerahan 33 panser buatan PT Pindad di Bandung, Jawa Barat, Rabu (13/1).

"Pemerintah akan berikan tambahan dana untuk alutsista secara bertahap itu mencapai Rp 20 triliun. Saya bicara ini khusus untuk alutsista. Anggarannya sendiri lebih dari itu karena belanja pegawai 60% dan belanja barang 26%, sisanya buat alutsista," jelas Menhan.

Sejumlah teknisi PT Dirgantara Indonesia mengerjakan bagian body Pesawat CN 235 MPA di Hanggar PTDI, Pajajaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (14/1). TNI-AL memesan 3 buah pesawat CN 235 MPA (Maritime Patrol Aircraft) yang dilengkapi radar pengintai serta sonar, untuk mengganti sebagian pesawat intai Nomad yang telah uzur. Rencananya pesawat tersebut akan selesai pada tahun 2012. (Foto: ANTARA/Rezza Estily/ss/ama/10)

Sebelumnya, Menhan menyatakan bahwa belanja modal dialokasikan pemerintah sebesar Rp 6,4 triliun untuk tahun 2010. Jumlah ini jauh lebih kecil dari anggaran untuk belanja pegawai yang mencapai Rp 22 triliun dari total anggaran pertahanan. Dengan adanya rencana peningkatan anggaran tersebut, Menhan memperkirakan setidaknya anggaran untuk alutsista mencapai Rp 63 triliun. Jumlah tersebut masih dipertanyakan kemampuannya untuk menggerakkan industri pertahanan dalam negeri.

"Jika ini cukup untuk membuat industri menggeliat. Jika tidak, akan menjadi base loan sebagai modal dasar. Sisanya tentu industri pertahanan dapat menjual ke sektor lain. Contohnya PAL menjual ke bea cukai atau ke migas dan panser juga akan dipakai oleh negara tetangga kita. Dibeli bukan dipakai gratis. Jadi ini proses untuk mendorong tumbuhnya industri pertahanan kita," cetusnya.

MEDIA INDONESIA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar