Jumat, 09 Oktober 2009

Kesiapan Pesawat Ditarget Naik 25 Persen

Aero L-159. (Foto: AERO Vodochody a.s.)

9 Oktober 2009, Jakarta -- Tahun depan, TNI Angkatan Udara menargetkan naiknya kesiapan operasi pesawat hingga 25 persen.

"Kesiapan diupayakan lebih dari 50 persen," kata Panglima Komando Operasi TNI AU (Koopsau) I, Marsekal Muda Imam Sufaat usai serah terima jabatan komandan Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma di Jakarta, Kamis (8/10).

Hasil audit alat utama sistem persenjataan (Alutsista) yang dilakukan Departemen Pertahanan (Dephan) dan TNI mengungkapkan, kondisi pesawat yang siap saat ini hanya 30,88 persen. Kemampuan pemeliharaan menurun karena terkendala keterbatasan suku cadang, serta fasilitas pendukung seperti hanggar dan bengkel yang kurang memenuhi syarat.

TNI AU berjanji kucuran dana sekitar Rp5 triliun pada 2010 akan difokuskan untuk pemeliharaan dan pembelian suku cadang yang sebelumnya tidak bisa terbeli.

"Pembelian dilakukan dengan prioritas tinggi dan sangat selektif agar benar-benar bisa meningkatkan kemampuan," katanya.

Ketimbang angkatan lain, pemeliharaan pesawat memang menyedot anggaran terbesar. Berdasarkan data Dephan tahun 2009, dari Rp684,69 miliar, lebih dari Rp354 miliar atau 52 persen untuk TNI AU.

Untuk menyiasati minimnya kesiapan pesawat, kata Imam, dilakukan optimalisasi intelijen dan radar yang dimiliki. Koopsau I juga fokus pada pengamanan pulau-pulau terluar dan Selat Malaka. "Sembari mengantisipasi kegiatan ilegal di titik-titik rawan dengan pesawat pengintai," kata dia.

Yakolev Yak-130. (Foto: A.S. Yakolev Design Bureau)

Aermacchi M-346 Master. (Foto: Aermacchi)

KAI A-50. (Foto: KAI)

Asisten Perencanaan Kepala Staf TNI AU, Marsekal Muda Erry Biatmoko mengatakan, fokus pada pemeliharaan tidak membuat pihaknya melupakan pengadaan baru. TNI AU menargetkan pengadaan pesawat OV-10 Bronco dan Hawk MK-53 dapat terwujud dalam jangka waktu 2010-2014.

"Terus dibahas dengan departemen terkait agar realisasinya dipercepat," kata dia. Anggarannya lewat kredit ekspor dengan total nilai US$400 juta atau sekitar Rp4 triliun.

Bronco sudah dikandangkan sejak medio 2007 lalu. Matra udara sudah merekomendasikan Super Tucano dari Brasil. Sementara pengganti Hawk MK-53, baru diajukan setelah penggantian Bronco direalisasikan.

TNI AU memperkirakan, pengganti Hawk baru terwujud mulai 2013. "Itu pun didatangkan bertahap," katanya.

Untuk pengganti MK-53, TNI AU mengaku menggodok berbagai jenis pesawat. Setidaknya terdapat lima alternatif, yakni, L-159B dari Republik Ceko, Yak-130 dari Rusia, Aermacchi M346 asal Italia, Chengdu FTC-2000/JL-9 dari China, dan A-50 asal Korea.

JURNAL NASIONAL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar