(Foto: KOSTRAD)
06 Oktober 2010, Jakarta -- Berikutnya dari Armed Kostrad, meriam 105 milimeter buatan Amerika Serikat tahun 1942,” kata pembawa acara yang memandu defile kendaraan tempur seusai upacara peringatan HUT Ke-65 TNI di Pangkalan TNI Angkatan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa (5/10). Di tenda bagi para kolonel, seketika gerundelan terdengar. Beberapa tersenyum pahit. Seorang kolonel dari TNI AD berkomentar, ”Mbok ya tahunnya enggak usah disebutin,” katanya.
”Itu dipakai nembak sepuluh kali juga sudah panas. Belum kalau bautnya copot. Belum lagi spare part-nya mau cari di mana?” kata seorang kolonel dari TNI Angkatan Laut. Sementara yang lain juga menepuk dahi saat ada yang mengingatkan bahwa acara HUT ini diliput media asing dan dihadiri duta besar sejumlah negara.
Masalah alat utama sistem persenjataan memang masih berderet. Pembelian senjata tidaklah ditujukan untuk perang, tetapi lebih pada efek gentar yang memiliki makna luas, termasuk untuk diplomasi.
Untuk pemenuhan kebutuhan pokok minimum, pemerintah mengaku masih kurang Rp 50 triliun dari kebutuhan Rp 150 triliun untuk lima tahun mendatang. Industri strategis menjadi solusi yang menguntungkan dilihat dari berbagai segi. Hal ini juga mungkin yang membuat defile kendaraan tempur dimulai dengan 26 unit kendaraan taktis Anoa buatan PT Pindad.
Selain itu, dalam defile yang diikuti 1.186 orang ini, masih ada juga Tank Scorpion Kostrad dan Tank Stomer APC. Tank Amfibi LVT 7 Marinir merupakan hibah dari Korea Selatan. Ada kendaraan tempur BPV 2 Marinir. Dari Kodam Jaya ada panser V 150. Ada juga meriam G-23 dari Artileri Pertahanan Udara Kostrad, jembatan tank, meriam 57 mm dari Artileri Pertahanan Udara Kodam Jaya, dan meriam rudal. TNI AL menampilkan Howitzer, Roket Multilaras 70 Grade, dan Sea Rider Taifib Marinir. Dari Detasemen Bravo Pasukan Khas TNI AU ada Comob, 10 unit triple gun, dan meriam 12,7 mm.
Ini belum termasuk pesawat-pesawat tempur yang terbang melintas di hadapan podium tempat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal George Toisutta, Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Madya Soeparno, dan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Imam Sufaat duduk. Pesawat-pesawat itu terbang dalam berbagai formasi, seperti kepala panah dan wajik.
Atraksi dimulai dengan helikopter Colibri yang melintas. Ditampilkan juga enam pesawat latih KT1 Wong Bee dan helikopter Bell serta Mill7. Setelah itu, berturut-turut pesawat-pesawat tempur seperti empat pesawat F5 dan delapan pesawat Hawk melintas.
Tampil juga enam pesawat F16 yang mendahului enam pesawat Sukhoi dari semula rencana tujuh pesawat yang menggelegar itu. Walaupun tidak ada atraksi akrobatik, Lanud Halim Perdanakusuma tampak gagah saat pesawat-pesawat tempur itu memecahkan formasinya di depan panggung. Selain itu, defile pasukan juga dari berbagai kesatuan, termasuk kesatuan- kesatuan penanggulangan teror. Salah satu yang mencuri perhatian adalah penampilan Pasukan Kontingen Garuda yang mengenakan kamuflase gurun.
Dalam pidatonya, Presiden Yudhoyono menginstruksikan Kementerian Pertahanan dan TNI menyusun rencana strategis pembangunan kekuatan pertahanan. Semoga segera menjadi kenyataan.
KOMPAS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar