Selasa, 08 Maret 2011

Pencurian Ikan Jadi Perhatian di Laut China Selatan


9 Maret 2011, Jakarta -- (Kompas): Patroli keamanan Komando Armada RI Kawasan Barat (Armabar) mewaspadai risiko pencurian ikan di Laut China Selatan. Hal itu disampaikan Panglima Armabar Laksamana Muda Hari Bowo, Selasa (8/3), saat membuka Latihan Keamanan Laut Wilayah Barat (Latkamlabar). Dari segi faktor alam, Laut China Selatan memiliki ombak yang besar. Masalah yang paling mengemuka adalah pencurian ikan (illegal fishing). ”Tapi, saya lihat kemarin waktu ke Natuna, lanal-lanal (pangkalan TNI AL) bisa menyelesaikan masalah,” kata Hari Bowo.

Ia mengatakan, Latkamlabar adalah adalah latihan rutin setiap tahun yang bertujuan meningkatkan profesionalisme penyidik di laut. Dengan demikian, temuan-temuan baru permasalahan di laut dapat diantisipasi dengan melihat pengalaman di setiap lanal dan lantamal (pangkalan utama TNI AL). ”Pelaku di lapangan juga harus bisa menguasai aturan hukum yang baru,” katanya.

Koordinasi dengan penyidik sipil juga menjadi salah satu titik fokus Latkamlabar. Direktur Latihan Laksamana Pertama DA Mamahit mengatakan, latihan di posko itu melibatkan 188 personel, empat pangkalan utama TNI AL, 18 pangkalan TNI AL, dan empat pangkalan udara TNI AL.

Dalam kesempatan berbeda, Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut Laksamana Pertama Tri Prasodjo mengatakan, KRI Ki Hajar Dewantara-364 baru-baru ini kembali berhasil menangkap kapal penangkap ikan KM Mahatan Arujaya 18 karena diduga tidak memiliki izin mempekerjakan tenaga kerja asing (IKTA).

Kapal ikan berbendera Indonesia bertonase 110 ton yang dinakhodai Johanes Banea tersebut ditangkap di sekitar perairan Laut Arafura. Setelah diperiksa, ternyata anak buah kapal yang berjumlah 19 orang dan terdiri dari 4 warga negara Indonesia dan 15 warga negara Thailand tersebut tidak dilengkapi dokumen IKTA yang seharusnya berada di kapal.

Sumber: KOMPAS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar