Selasa, 14 September 2010

KRI Dewaruci Dihantam Ombak 7 Meter

Tampak dalam gambar salah satu tiang depan KRI Dewaruci mengalami patah, setelah diterjang ombak setinggi 7 meter saat keluar alur pelabuhan Weser Point, Jerman, menuju Cagliari, Italia. Beberapa pekan lalu.

14 September 2010, Surabaya -- Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Dewaruci yang sedang melaksanakan tugas negara untuk melaksanakan misi diplomasi tingkat dunia yang membawa Kadet Akademi TNI Angkatan Laut (AAL) dihantam Gelombang setinggi 7 meter. Peristiwa itu berlangsung sejak keluar dari alur pelabuhan Weser Point Jerman dalam perjalanannya ke barat menuju Cagliari, Italia.

Kapal dihantam ombak selama 30 jam pekan lalu. Akibat hantaman ombak yang begitu tinggi itu, KRI Dewaruci mengalami kemiringan hingga 40 ° yang sangat berbahaya. Peristiwa ini merupakan suatu hal yang tidak biasa terjadi, mengingat keadaan angin dan tekanan udara dalam keadaan normal. Angin dengan kecepatan 10 sampai 20 knot sedang tekanan udara 1010 sampai 1020 mb.adalah keadaan yang normal.

Namun demikian, gelombang setinggi 7 meter itu tetap menghajar KRI Dewaruci dan mengakibatkan porak-porandanya benda-benda yang dapat bergerak yang berada di dalam kapal serta mematahkan salah satu tiang depan kapal.

Keadaan menjadi normal setelah kapal memasuki Selat Inggris. Informasi cuaca yang diterima oleh Letkol Laut (P) Suharto selaku Komandan KRI Dewaruci, ramalan cuaca dari Weather Fax menyebutkan bahwa tekanan udara sebesar 1005 mb dan akan terus meningkat sampai 1020 mb selama 24 jam. Dalam kenyataanya angin itu membawa gelombang yang cukup tinggi yang mengakibatkan seluruh awak kapal dan kadet harus berjibaku melawan ganasnya ombak dan alam yang kurang bersahabat itu, selama 30 jam.

“Terjangan ombak yang dialami KRI Dewaruci saat ini, lebih tinggi dari pada hantaman ombak pada tahun 2004 di Okinawa, Jepang.” Jelas, Bintara Utama (Bama), Johanes Satoro saat melaporkan keadaan kepada Komandan KRI Dewaruci. Akibat peristiwa ini, KRI Dewaruci sempat mengalami perbaikan di Brest, Perancis. Peristiwa heroik ini terjadi setelah KRI Dewaruci melaksanakan “Ich komme nach hause..”, untuk menyaksikan Sail Bremerhaven selama 5 hari. Di Jerman. “Ich komme nach hause..”, Setelah 58 tahun mengabdi di Indonesia dan melalang jagad bersama Kadet AAL dalam rangka mengemban misi diplomatik membawa nama harum Indonesia, akhirnya KRI Dewaruci kembali “Ich komme nach hause..”, (dalam bahasa Indonesia: “ saya pulang kampung ”) di Jerman.

Disebut pulang kampung karena KRI Dewaruci merupakan kapal Perang Republik Indonesia buatan Hamburg, Jerman, pada tahun 1952. Tak heran bila masyarakat Jerman tumpah ruah datang ke Pelabuhan Bremerhaven, untuk datang menyaksikan langsung keberadaan KRI Dewaruci dengan berbagai atraksi, di antaranya, pagelaran kesenian. Pagelaran kesenian kali ini berlangsung dua kali setiap harinya. Bagi warga Jerman yang datang berkunjung ke KRI Dewaruci, pertunjukan ini merupakan hal yang sangat istimewa. Kegiatan ini tidak hanya digelar diatas geladak, tapi juga di panggung utama yang tersedia. Dengan antusias yang tinggi warga Indonesia dan Jerman menyaksikan pagelaran seni yang ditampilkan oleh para Kadet dan ABK KRI Dewaruci. Warga memberikan apresiasi yang baik sekali. Meskipun gerimis mengguyur, mereka tetap tak mau bergerak hingga pertunjukan selesai.

Sekalipun sempat tertunda selama 4 Jam, Minggu, 29 Agustus 2010 pukul 12.00 waktu setempat, kapal kebanggaan Indonesia ini bertolak menuju Cagliari Italia. Idul Fitri di Perairan Mediterania Setelah melewati hari-hari panjang dan mencemaskan di perairan yang terkenal ganas, seperti Teluk Biscay, Samudera Atlantik, dan Selat Gibraltar, kegembiraan bercampur sedih mulai menyelimuti para prajurit dan kadet ketika matahari tenggelam di malam terakhir puasa Ramadhan pada tanggal 9 September 2010.

“Kami bersyukur, laut sangat bersahabat selama 6 hari di Biscay, Atlantik, dan Gibraltar”, kata Perwira Navigasi (Panagi) Lettu Hadi yang pernah merasakan ganasnya Teluk Biscay semasih menjadi kadet pada tahun 2005 lalu. Takbir pun menggema di geladak tengah diiringi dengan irama perkusi beduk dari peralatan bass drum dan tenor. Juga terlihat ada yang membawa botol, piring dan lempengan besi untuk menyemarakkan acara malam takbiran di tengah kegelapan malam Laut Mediterania. Kegiatan ini berakhir saat menjelang pergantian hari, Suasana menjadi penuh sukacita bercampur haru.

Di pagi hari saat takbir, tahlil dan tahmid kembali berkumandang untuk perayaan Shalat Idul Fitri, wajah-wajah para umat muslim yang ikut berlayar dalam rangka Muhibah Kartika Jala Krida 2010 ini tampak penuh haru dan bangga. “Kita patut berbangga dan bersyukur telah memilih angkatan laut sebagai medan tugas, karena peristiwa seperti saat ini, sangat jarang dirasakan oleh orang kebanyakan. Kita dapat merasakan, betapa pentingnya arti kehadiran sebuah keluarga dalam suasana sakral seperti ini, yang mungkin tidak kita rasakan di saat kita bersama keluarga”, Ujar Komandan KRI Dewaruci Suharto menjelang pelaksanaan Shalat Ied. Di atas geladak utama KRI. Dewaruci.

Dispenarmatim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar