06 September 2010 -- Baru-baru ini saya mendengar dari siaran radio, komentar seorang mantan menteri koordinator mengenai industri alat utama sistem senjata (alutsista) kita.
Komentar tersebut dikaitkan dengan memanasnya hubungan Indonesia–Malaysia sebagaimana yang beberapa kali terjadi beberapa tahun terakhir. Secara ringkas mantan menteri tersebut berkomentar mengenai payahnya industri alutsista Indonesia, termasuk PT IPTN yang berganti nama PT Dirgantara Indonesia, yang dikatakan sebagai perusahaan yang nyaris tidak berproduksi lagi.Saya sungguh sedih mendengar komentar itu.Komentar tersebut menunjukkan betapa sempitnya pengetahuan yang bersangkutan, yang notabene mantan pejabat tinggi Pemerintah Indonesia. Industri alutsista Indonesia dewasa ini mengalami masa renaisans kembali, terutama di tangan Menteri Pertahanan yang baru, Purnomo Yusgiantoro.
Industri tersebut bahkan memiliki potensi untuk dipacu lebih lanjut dengan kemampuan yang semakin besar yang dimiliki oleh keuangan negara. Ini berarti di tahun-tahun mendatang industri strategis tersebut justru akan mengalami perkembangan lebih cepat karena dukungan yang lebih besar dari Pemerintah Indonesia. Benar bahwa industri alutsista kita mungkin masih berada pada tahapan teknologi menengah, tetapi potensi yang ada memungkinkan industri tersebut berkembang cepat menuju tataran lebih tinggi. PT Dirgantara Indonesia, yang dikatakan nyaris tidak berproduksi lagi, saat ini justru mengalami kebangkitan kembali dengan berbagai pesanan baik dari dalam maupun luar negeri.
CN-235, yang sebelum krisis merupakan produk andalan perusahaan tersebut, dewasa ini mengalami permintaan baru dari Korea Selatan dalam versi militer, yaitu CN-235 MPA dengan menggunakan peralatan antara lain dari Prancis.Kesuksesan perusahaan dalam mengembangkan versi tersebut membuat TNI Angkatan Laut juga memesan beberapa pesawat dari perusahaan tersebut. Helikopter produksi PT Dirgantara Indonesia juga mengalami kenaikan permintaan. PT Dirgantara Indonesia ternyata memiliki daya tahan yang sangat tinggi untuk survive dan dewasa ini kembali berkembang dengan baik.Dewasa ini PT Dirgantara Indonesia bekerja sama dengan industri pesawat di Korea telah menyiapkan diri untuk membuat pesawat tempur.
Di industri kedirgantaraan tersebut, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) juga menunjukkan prestasi lumayan dengan mengembangkan satelit sendiri setelah sebelumnya bekerja sama dengan Universitas Teknik Berlin. Sementara itu, pengembangan wahana peluncur satelit secara bertahap juga telah dilakukan, termasuk pengembangan roket yang dewasa ini berdaya jangkau lebih dari 105 km. Jika dikembangkan menjadi roket militer, dalam keadaan statis pun kemampuan roket semacam itu mampu menjadi penggentar. Kesemuanya ini dilakukan oleh Lapan dengan anggaran terbatas.
Jika anggaran itu dapat dilipatgandakan, kemampuan tersebut akan mampu dikembangkan secara cepat di tahun-tahun mendatang. Di matra laut,PT PAL semakin menunjukkan kemandirian yang tinggi dalam memenuhi kebutuhan peralatan Angkatan Laut. Dua kapal perang landing platform dock (LPD)sudah dibangun di galangan mereka di Surabaya, bahkan dengan peningkatan teknologi dibandingkan desain awal yang dikembangkan oleh galangan kapal modern di Korea Selatan. LPD buatan PT PAL tersebut mampu didarati lima helikopter (dibandingkan dengan tiga buatan Korea) dan dengan mesin yang sama mampu melaju lebih cepat (15,4 knot dibandingkan dengan 15 knot dari produk aslinya).
PT PAL juga ditugasi melakukan overhaul kapal korvet kita yang dibuat di Belanda baru-baru ini serta memiliki kemampuan untuk melakukan overhaul kapal selam kita (KRI Nenggala dan KRI Cakra). Dengan kemampuan itu, PT PAL dewasa ini sedang berada pada tahap pengembangan kapal fregat kelas Lafayette (sebagaimana yang dimiliki Singapura), kapal perusak kawal rudal (PKR), dan bahkan dalam proses pengembangan kapal selam bekerja sama dengan galangan kapal di Jerman dan Korea. Mereka juga mampu untuk membuat kapal induk helikopter dengan menggunakan teknologi pengembangan kapal Star 50 dengan bobot mati 35.000 ton.
Industri kapal yang lain adalah Industri Kapal Lundin di Banyuwangi yang mampu membangun kapal-kapal sekoci maupun katamaran dengan kecepatan sangat tinggi. Industri kapal ini telah memenuhi kebutuhan kapal untuk angkatan laut Singapura dan Malaysia maupun angkatan laut kita. Industri yang dibangun oleh anak raja industri kapal Sewdia tersebut (North Sea Boats) mengembangkan teknologi komposit bagi kapal-kapalnya sehingga memiliki daya tahan untuk kecepatan tinggi dan medan ganas.Dalam keadaan perang, industri kapal ini tentu dapat memenuhi banyak kebutuhan angkatan laut kita. Untuk matra darat, Pindad telah memiliki teknologi pengembangan panser dengan teknologi Prancis.
Panser tersebut memiliki kemampuan yang tidak kalah dengan yang dibuat Renault,Prancis, dan bahkan menggunakan mesin perusahaan Prancis tersebut. Dewasa ini panser tersebut juga mulai diekspor ke negara-negara ASEAN. Dengan kemampuan tersebut, Pindad dapat berkembang lebih tinggi dengan pengembangan tank-tank ringan yang sesuai dengan medan di Indonesia. Untuk jangka waktu yang lebih lama, Pindad memiliki kemampuan untuk memproduksi senjata sendiri bagi tentara Indonesia seperti senapan serbu SS-2 yang memiliki kemampuan tidak kalah dengan senjata buatan luar negeri. Kemampuan tersebut dan dengan kerja sama dengan Lapan misalnya akan memungkinkan Pindad memproduksi roket-roket tempur yang tidak kalah dengan buatan luar negeri.
Perusahaan tersebut juga memiliki prospek pengembangan peluru kendali sebagaimana yang dewasa ini mulai secara serius dikembangkan oleh perusahaan itu. Sebuah perusahaan di Malang dewasa ini juga mampu memproduksi bom-bom bagi kebutuhan pesawat tempur Indonesia. Dengan permintaan yang lebih tinggi, perusahaan tersebut tentu akan mampu mengembangkan diri melalui penelitian dan pengembangan bagi kebutuhan yang lebih canggih. Pada akhirnya,kesemuanya ini terpulang pada penggunanya, yaitu Kementerian Pertahanan Indonesia.
Sebagaimana yang dapat kita saksikan beberapa waktu terakhir, Menteri Pertahanan yang baru tampak memiliki komitmen sangat tinggi bagi tumbuh berkembangnya industri tersebut. Semoga harga diri kita menjadi terangkat dengan berkembangnya industri strategis kita tersebut. (Cyrillus Harinowo Hadiwerdoyo)
SINDO
Komentar tersebut dikaitkan dengan memanasnya hubungan Indonesia–Malaysia sebagaimana yang beberapa kali terjadi beberapa tahun terakhir. Secara ringkas mantan menteri tersebut berkomentar mengenai payahnya industri alutsista Indonesia, termasuk PT IPTN yang berganti nama PT Dirgantara Indonesia, yang dikatakan sebagai perusahaan yang nyaris tidak berproduksi lagi.Saya sungguh sedih mendengar komentar itu.Komentar tersebut menunjukkan betapa sempitnya pengetahuan yang bersangkutan, yang notabene mantan pejabat tinggi Pemerintah Indonesia. Industri alutsista Indonesia dewasa ini mengalami masa renaisans kembali, terutama di tangan Menteri Pertahanan yang baru, Purnomo Yusgiantoro.
Industri tersebut bahkan memiliki potensi untuk dipacu lebih lanjut dengan kemampuan yang semakin besar yang dimiliki oleh keuangan negara. Ini berarti di tahun-tahun mendatang industri strategis tersebut justru akan mengalami perkembangan lebih cepat karena dukungan yang lebih besar dari Pemerintah Indonesia. Benar bahwa industri alutsista kita mungkin masih berada pada tahapan teknologi menengah, tetapi potensi yang ada memungkinkan industri tersebut berkembang cepat menuju tataran lebih tinggi. PT Dirgantara Indonesia, yang dikatakan nyaris tidak berproduksi lagi, saat ini justru mengalami kebangkitan kembali dengan berbagai pesanan baik dari dalam maupun luar negeri.
CN-235, yang sebelum krisis merupakan produk andalan perusahaan tersebut, dewasa ini mengalami permintaan baru dari Korea Selatan dalam versi militer, yaitu CN-235 MPA dengan menggunakan peralatan antara lain dari Prancis.Kesuksesan perusahaan dalam mengembangkan versi tersebut membuat TNI Angkatan Laut juga memesan beberapa pesawat dari perusahaan tersebut. Helikopter produksi PT Dirgantara Indonesia juga mengalami kenaikan permintaan. PT Dirgantara Indonesia ternyata memiliki daya tahan yang sangat tinggi untuk survive dan dewasa ini kembali berkembang dengan baik.Dewasa ini PT Dirgantara Indonesia bekerja sama dengan industri pesawat di Korea telah menyiapkan diri untuk membuat pesawat tempur.
Di industri kedirgantaraan tersebut, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) juga menunjukkan prestasi lumayan dengan mengembangkan satelit sendiri setelah sebelumnya bekerja sama dengan Universitas Teknik Berlin. Sementara itu, pengembangan wahana peluncur satelit secara bertahap juga telah dilakukan, termasuk pengembangan roket yang dewasa ini berdaya jangkau lebih dari 105 km. Jika dikembangkan menjadi roket militer, dalam keadaan statis pun kemampuan roket semacam itu mampu menjadi penggentar. Kesemuanya ini dilakukan oleh Lapan dengan anggaran terbatas.
Jika anggaran itu dapat dilipatgandakan, kemampuan tersebut akan mampu dikembangkan secara cepat di tahun-tahun mendatang. Di matra laut,PT PAL semakin menunjukkan kemandirian yang tinggi dalam memenuhi kebutuhan peralatan Angkatan Laut. Dua kapal perang landing platform dock (LPD)sudah dibangun di galangan mereka di Surabaya, bahkan dengan peningkatan teknologi dibandingkan desain awal yang dikembangkan oleh galangan kapal modern di Korea Selatan. LPD buatan PT PAL tersebut mampu didarati lima helikopter (dibandingkan dengan tiga buatan Korea) dan dengan mesin yang sama mampu melaju lebih cepat (15,4 knot dibandingkan dengan 15 knot dari produk aslinya).
PT PAL juga ditugasi melakukan overhaul kapal korvet kita yang dibuat di Belanda baru-baru ini serta memiliki kemampuan untuk melakukan overhaul kapal selam kita (KRI Nenggala dan KRI Cakra). Dengan kemampuan itu, PT PAL dewasa ini sedang berada pada tahap pengembangan kapal fregat kelas Lafayette (sebagaimana yang dimiliki Singapura), kapal perusak kawal rudal (PKR), dan bahkan dalam proses pengembangan kapal selam bekerja sama dengan galangan kapal di Jerman dan Korea. Mereka juga mampu untuk membuat kapal induk helikopter dengan menggunakan teknologi pengembangan kapal Star 50 dengan bobot mati 35.000 ton.
Industri kapal yang lain adalah Industri Kapal Lundin di Banyuwangi yang mampu membangun kapal-kapal sekoci maupun katamaran dengan kecepatan sangat tinggi. Industri kapal ini telah memenuhi kebutuhan kapal untuk angkatan laut Singapura dan Malaysia maupun angkatan laut kita. Industri yang dibangun oleh anak raja industri kapal Sewdia tersebut (North Sea Boats) mengembangkan teknologi komposit bagi kapal-kapalnya sehingga memiliki daya tahan untuk kecepatan tinggi dan medan ganas.Dalam keadaan perang, industri kapal ini tentu dapat memenuhi banyak kebutuhan angkatan laut kita. Untuk matra darat, Pindad telah memiliki teknologi pengembangan panser dengan teknologi Prancis.
Panser tersebut memiliki kemampuan yang tidak kalah dengan yang dibuat Renault,Prancis, dan bahkan menggunakan mesin perusahaan Prancis tersebut. Dewasa ini panser tersebut juga mulai diekspor ke negara-negara ASEAN. Dengan kemampuan tersebut, Pindad dapat berkembang lebih tinggi dengan pengembangan tank-tank ringan yang sesuai dengan medan di Indonesia. Untuk jangka waktu yang lebih lama, Pindad memiliki kemampuan untuk memproduksi senjata sendiri bagi tentara Indonesia seperti senapan serbu SS-2 yang memiliki kemampuan tidak kalah dengan senjata buatan luar negeri. Kemampuan tersebut dan dengan kerja sama dengan Lapan misalnya akan memungkinkan Pindad memproduksi roket-roket tempur yang tidak kalah dengan buatan luar negeri.
Perusahaan tersebut juga memiliki prospek pengembangan peluru kendali sebagaimana yang dewasa ini mulai secara serius dikembangkan oleh perusahaan itu. Sebuah perusahaan di Malang dewasa ini juga mampu memproduksi bom-bom bagi kebutuhan pesawat tempur Indonesia. Dengan permintaan yang lebih tinggi, perusahaan tersebut tentu akan mampu mengembangkan diri melalui penelitian dan pengembangan bagi kebutuhan yang lebih canggih. Pada akhirnya,kesemuanya ini terpulang pada penggunanya, yaitu Kementerian Pertahanan Indonesia.
Sebagaimana yang dapat kita saksikan beberapa waktu terakhir, Menteri Pertahanan yang baru tampak memiliki komitmen sangat tinggi bagi tumbuh berkembangnya industri tersebut. Semoga harga diri kita menjadi terangkat dengan berkembangnya industri strategis kita tersebut. (Cyrillus Harinowo Hadiwerdoyo)
SINDO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar