Proses pembangunan monumen pahlawan Santiago. (Foto: media indonesia)
21 Agustus 2009, Manado -- TNI telah berhasil membangun monumen Santiago di Pulau Miangas. Hanya dalam tempo 42 hari, dari 9 Juli hingga 20 Agustus, tugu itu diselesaikan. Kamis (20/8) kemarin, Pangdam VII Wirabuana, Mayjen TNI Djoko Susilo Utomo meresmikannya.
Dari atas helikopter MI-17V5 milik TNI AD, di ketinggian kira-kira 300 kaki atau 100 meter, terlihat bangunan menjulang ke langit terbungkus kain kuning. Letaknya tepat di depan dermaga Pulau Miangas. Seluruh penumpang, berjumlah 17 orang, helikopter warna hijau tua yang bermarkas di Squadron 31 Serbu Semarang itu, menoleh ke bawah. “Itu tugu yang akan kita resmikan,” kata Komandan Detasemen Zeni Tempur (Dandenzipur) 4/YKN (Yudha Karya Nyata), Mayor TNI M Alfianto, sambil menunjuk ke bawah dari sebelah kiri helikopter.
Sekira lima menit kemudian helikopter Rusia buatan 2008 itu mendarat di tengah kebun kelapa di samping lahan milik TNI AL di sisi selatan Pulau Miangas. Selanjutnya rombongan Pangdam disambut Dandim 1301/Sangihe Letkol TNI Tojo Simanjuntak di depan helikopter yang diterbangkan Letkol TNI Hari SM dan Kapten TNI Romy S itu.
Selanjutnya rombongan digiring ke depan Pendopo Kecamatan Miangas untuk disambut secara adat. Rombongan terdiri dari, selain Pangdam ada Kapolda Sulut Brigjen Pol Bekto Suprapto, Danrem 131/Santiago Kolonel Inf Istu Hari Subagyo, Asisten Perencanaan Lantamal VII Kolonel Laut Ganif, Asisten I Setprov Sulut HR Makagansa, dan Anggota DPRD Sulut Abid Takalamingan. Selain itu Bupati Talaud Elly Lasut, Ketua DPRD Talaud Ben Alotia, Kapolres Talaud AKBP Eriadi (ketiganya nanti bergabung saat rombongan singgah di Bandara Melonguane). Kemudian ada Dandenzipur, Kapenrem Kapten Inf Suparman, Ajudan Pangdam Serka AK Harahap, wartawan Manado Post, Kameraman TVRI Manado, Fotografer LKBN Antara Manado, dan dua orang wartawan media Kodam VII Wirabuana.
Usai penyambutan oleh belasan tetua adat Miangas, rombongan digiring ke lokasi pelaksanaan acara. Rombongan menempati satu, di sisi kiri, dari dua tenda tentara warna hijau tua yang tepat menghadap monument setinggi 14 meter itu. Acara peresmian langsung dimulai.
Panglima Kodam VII Wiarabuana (tengah) Mayjen Djoko Susilo bersama sejumlah muspida Sulut saat mengunjungi monumen pahlawan Santiago (1670-1675) di Pulau Miangas, Kab Talaud, Sulawesi Utara, Kamis (20/8). Monumen yang dibangun oleh TNI AD tersebut memilki ketinggian 7 meter dan menelan biaya Rp 1,2 miliyar. (Foto: ANTARA/ Basrul Haq/ss/nz/09)
Setelah pembukaan, Mayor Alfiansyah langsung memberikan laporan. Alfiansyah merinci: pembangunan monument pahlawan Santiago ini merupakn ide Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso, yang kemudian ditindaklanjuti lisan Panglima TNI kepada Danrem 131/Santiago Kolonel Inf Istu Hari Subagyo, 6 Mei 2009. Danrem bersama Gubernur SH Sarundajang selanjutnya 29 mei 2009 memerintahkan Dandenzipur 4/YKN merencanakan pembangunannya. Dari perencanaan itu, muncul pula 4 alternatif bahan dasar pembuatan patung untuk monumen Santiago itu, yakni semen, fiber, tembaga, dan perunggu. Dan akhirnya dipilihlah perunggu.
Setelah disetujui, dimulailah pembangunan oleh 35 anggota Denzipur yang dipimpin langsung M Alfianto. Seluruh material untuk membangun pondasi tempat mendirikan patung Santiago, kata Alfianto, disuplai dari Manado dengan kapal perintis Meliku Nusa bersama dengan pasukan Zipur itu.
Pekerjaan dilakukan secara paralel: Denzipur mengerjakan pondasi berbentuk segi lima setinggi 5 meter dan tugu 5 meter untuk mendirikan patung Santiago, sedangkan patung Santiago sendiri yang berbahan perunggu dikerjakan oleh perajin di Pati, Jawa Tengah sejak 10 Juli. Selesai 9 Agustus, dan tiba di Miangas 12 Agustus, dan 15 Agustus sudah terpasang di tugu. Kemarin, Pangdam VII Wirabuana mewakili Panglima TNI meresmikan monumen itu. “Dengan diresmikan monumen ini, saya berharap akan lahir Santiago-Santiago muda dari wilayah ini untuk menjaga keutuhan NKRI,” kata Pangdam saat membacakan sambutan Panglima TNI.
Menurut Pangdam, pembangunan monumen tersebut bertujuan mengukuhkan semangat NKRI karena Pulau Miangas merupakan wilayah paling utara NKRI, yang berbatasan langsung dengan Filipina.
Sekilas tentang Santiago, nama ini dipilih karena pahlawan bernama lengkap Bataha Santiago itu adalah raja yang berkuasa di Kerajaan Manganitu, Sangihe pada 1670 hingga 1675, yang paling getol menentang VOC. Bagi masyarakat setempat, Santiago dianggap sebagai pahlawan. Karena perlawanannya kepada penjajah, sehingga dia ditangkap dan dihukum gantung dan kepalanya dipancung di depan rakyatnya sendiri. Eksekuti mati itu dilakukan di sebuah tanjung di Bungalawang, Tahuna. Kini lokasi itu menjadi Makodim 1301/Satal. Kalimat penjuangannya yang terkenal, yang akhirnya diabadikan di monumen itu adalah ”Biar saya mati digantung, tidak mau tunduk kepada penjajah”. Semangat ini pula yang diharapkan pemerintah dari masyarakat wilayah beranda utara NKRI, Miangas, itu.
Miangas adalah pulau terluar Indonesia. Pulau ini termasuk ke dalam Desa Miangas, Kecamatan Nanusa (kini sudah jadi Kecamatan Khusus Miangas), Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara. Miangas adalah salah satu pulau yang tergabung dalam gugusan Kepulauan Nanusa yang berbatasan langsung dengan Filipina.
Pulau ini merupakan salah satu pulau terluar Indonesia sehingga rawan menjadi sengketa perbatasan, terorisme serta penyelundupan. Pulau ini memiliki luas sekitar 3,15 kilometer persegi. Jarak Pulau Miangas dengan Kecamatan Nanusa sekitar 145 mil, sedangkan jarak ke Filipina hanya 48 mil.
MANADO POST
Tidak ada komentar:
Posting Komentar