CN-235 MPA TNI AU hasil produksi PT. IPTN. (Foto: Dispenau)
8 Nopember 2010, Depok -- Mantan Presiden Prof Dr Ing BJ Habibie meyakini, pengembangan industri kedirgantaraan di Indonesia terhenti lantaran sengaja dihambat oleh salah satu negara industri maju. Sukses Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) memproduksi CN-235, bangsa Indonesia dianggap sudah menguasai teknologi kedirgantaraan yang bakal maju seperti Jepang.
"Pada satu ketika di Singapura, saya mendapat informasi bahwa jangan ada lagi Jepang kedua di Asia," tutur Habibie ketika berbicara dalam Studium Generale Kongres ke-27 Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Kongres tersebut berlangsung di Graha Insan Cita, Kota Depok, Sabtu (6/11) siang.
Tampak hadir dalam acara pembukaan mantan Ketua DPR Akbar Tandjung, mantan Ketua BPK Anwar Nasution, dan mantan Menpora Mahadi Sinambela. Kongres ke-27 HMI, yang bertema Sinergi HMI untuk Indonesia yang Bermartabat, dibuka Menpora Andi Mallarangeng.
Ketika IPTN berhasil memproduksi CN-235, Habibie semakin yakin akan kecanggihan bangsa Indonesia dalam membuat produk berteknologi tinggi. "Saya katakan kepada Pak Harto (Presiden Soeharto-Red) bahwa yang membuat pesawat bisa terbang bukan lantaran kepres atau kekuasaan. Pesawat itu bisa terbang karena orang-orang pintar di belakangnya," ujar mantan Menteri Riset dan Teknologi itu.
Oleh karena itu, dia berpesan kepada generasi muda Indonesia, termasuk para anggota HMI, pencapaian yang telah dilakukannya agar dilanjutkan. "Saya berharap kemampuan generasi sekarang dan mendatang melampaui kemampuan kakeknya," kata Habibie.
Ia mengingatkan bahwa Bung Karno (Presiden Soekarno- Red) sangat bercita-cita agar bangsa Indonesia tidak dinilai sebagai bangsa kuli atau kuli bangsa-bangsa. "Kita telah memulainya, bahwa bangsa Indonesia memiliki kemampuan untuk membuat produk berteknologi tinggi. Setiap orang berhak untuk menguasai teknologi," katanya.
Hal lain yang diingatkannya adalah pemanfaatan waktu untuk kegiatan produktif. Dalam dunia ekonomi dikenal ada neraca perdagangan dan neraca pembayaran. Dari neraca tersebut bisa diketahui seberapa besar produk yang diperjualbelikan atau seberapa besar penggunaan anggaran. Terkait pemanfaatan waktu untuk kegiatan produktif, menurut Habibie, perlu ada neraca jam kerja.
Sementara itu, Akbar Tandjung, dalam sambutannya, mengimbau para anggota HMI untuk meneladani sikap Prof Lafran Pane, tokoh pendiri HMI. Lafran Pane, tutur dia, dikenal sebagai figur yang jujur dan bersemangat juang tinggi.
Ia pun mengingatkan bahwa HMI juga memiliki cendekiawan yang patut dibanggakan. Disebutnya, Prof Nurcholish Madjid, dan Prof Ismail Hasan Metareum. Nama mereka diabadikan dalam setiap ruang tempat para anggota HMI berkongres. Dengan demikian, diharapkan semua peserta terinspirasi oleh keteladanan para tokoh tersebut selama berkongres.
Di tempat yang sama, Menpora Andi Mallarangeng, dalam sambutannya, mengajak pemuda lebih giat menimba ilmu untuk meningkatkan daya saingnya. "Pesaing kita bukan lagi di dalam negeri, tapi luar negeri. Perguruan tinggi kita harus lebih baik dari Singapura atau Malaysia," tuturnya.
Ketua Umum PB HMI Arip Mustopha, dalam sambutannya, mengemukakan, ada agenda strategis HMI ke depan yang akan dibahas dalam kongres. Pertama, meneruskan peran aktif membangun demokrasi berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal. Kedua, menghasilkan lebih banyak entrepreneur untuk menjawab kebutuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
Suara Karya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar