Seren Taun Kuningan 2010
Senin (29/11/2010), suara gong renteng bertalu-talu kembali menyambut kehadiran para tamu pada puncak acara tradisi seren taun di Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan. Reog, angklung buncis, angklung kanekes, calun, gamelan, dan tari tayub juga turut ambil bagian memeriahkan suasana ritus tahunan di Komplek Cagar Budaya Nasional Paseban Tri Panca Tunggal, Cigugur.
Diantara tamu undangan, hadir pula masyarakat adat di tatar sunda. Ada masyarakat Adat Karuhun Urang (Akur) Cigugur Kuningan selaku tuan rumah, masyarakat adat Kampung Naga Tasikmalaya, Kampung Dukuh, Kampung Kuta Ciamis, Kampung Cikondang Pangelangan Bandung, Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu, Pupuhu Karahayuan Pangawitan Panjalu, serta masyarakat Banten Kidul. Puncak seren taun bertepatan dengan tanggal 22 Rayagung (22 Zulhijah 1431 Hijriah).
Bagi masyarakat petani Sunda di Cigugur, tanggal 22 Rayagung memiliki makna dan arti mendalam. Bilangan 22 terdiri dari 20 dan 2. Bilangan 20 mempunyai arti sifat dan wujud yang menggambarkan keyakianan terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas kemurahan-Nya. Terdapat 20 sifat wujud manusia, terdiri atas: 1. getih (darah), 2. daging, 3. bulu, 4. kuku, 5. rambut, 6. kulit, 7. urat, 8. polo (otak), 9. bayah (paru-paru), 10. ari (hati), 11. kalilipa (limpa), 12. mamaras (aras), 13. hamperu (empedu), 14. tulang, 15. sumsum, 16, lamad (lemak), 17. gegembung (lambung), 19. ginjal, dan 20. jantung.
Badan jasmani secara anatomis terbentuk dari 20 sifat yang menyatukan organ-organ dan sel-sel dengan fungsi beraneka ragam. Badan dipandang sebagai struktur hidup yang berproses menurut hukum adikondrati. Di dalam tubuh manusia ini, menjelma jirim (raga), jisim (nurani), dan pangakuan (aku).
Menurut pimpinan Paseban Rama Djatikusumah, dalam penghitungan tahun saka, bulan Rayagung penghujung hujan. Paling tepat untuk melaksanan upacara adat seren taun. Acara ini digelar satu tahun sekali, sebagai wujud luapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Seren berarti menyerahkan dari tahun yang terdiri 12 bulan. Diartikan sebagai upacara menyerahan hasil panen yang baru lewat, serta memohon berkah dan perlindungan untuk tahun yang akan datang. Seren taun sebagai pencerminan kesadaran pribadi atas hidup dan kehidupan.
Padi sebagai lambang kemakmuran. Naluri adikrodati nenek monyang Sunda menyadarkan bahwa di luar fenomena kehidupan ada yang berkuasa melebihi akal pikiran.
Padi tidak dapat dipisahkan dengan kisah Dewi Sri yang memberikan kesuburan atas utusan jabaning langit yang turun ke bumi. Pada upacara seren taun ini, pantun Sunda yang mengisahkan tentang Dewi Sri menjadi daya tarik bagi masyarakat agraris tatar Sunda. Tari Pwah Aci (Dewi Sri) merupakan tari spiritual yang mengisyaratkan ungkapan hormat dan bakti kepada Sang Pemberi Hidup. Padi merupakan sumber bahan makanan utama yang memengaruhi pada kedua puluh wujud manusia.
Secara simbolis, Rayagung berarti merayakan keagungan Tuhan. Pada tahun ini, acara diselenggarakan pada 18-22 Rayagung (24-29/11), dimulai upacara damar sewu dan ngajayak pda 18 Rayagung. Damar sewu merupakan sebuah gelaran budaya gambaran manusia dalam proses kehidupan manusia dalam proses kehidupan secara pribadi ataupun sosial.tahun ini, pagelaran diisi penanaman ribuan pohon di Bukit Hyang Mayasih.
Prosesi dilanjutkan upacara dadung yang merupakan upacara sakral masyarakat di Mayasih. Ini untuk meruwat dan menjaga kesimbangan agar hama dan unsur negatif tidak mengganggu. Kegiatan lain ngamomorekun, yakni upacara sakral dalam tradisi Sunda wiwitan di Kanekes (Baduy). Upacara “mempertemukan dan mengawinkan” benih padi jantan dan betina.
Sementara ngajayak berarti menerima dan menyambut. Simbol menerima dan menyambut cinta kasih atas kemurahan Tuhan Yang Maha Esa. Bilangan 18 dalam tanggal 18 Rayagung mengandung makna simbolis “Dalam bahsa Sunda 18 diucapkan dalapan welas, konotasinya welas asih atau kemurahan Gusti Yang Suci,” tutur Rama Djakusumah.
Puncak rangkaian kegiatan dengan menumbuk padi pada tanggal 22 Rayagung. Padi dikumpulkan masyarakat adat sebanyak 2.200 kg sejak enam hari sebelumnya, dan disimpan di tempat-tempat yang telah ditentukan di empat penjuru (barat, utara, selatan, dam timur). Padi hasil penumbukan setengahnya dibagikan kepada peserta. Setengah lainnya untuk badan-badan sosial dan fakir miskin di Cigugur. (H.Toto Santosa /”PR”)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar